Headlines
Loading...

                           Oleh. Mak Ayu

Sahabat, pernah tidak mendengar kalimat 2 nasehat :

1. “Salatlah engkau, sebelum engkau disalatkan.”
2. “Berhijablah engkau, sebelum engkau dihijabkan.”

Dua nasehat itu pernah membuatku tidak bisa tidur karena ketakutan luar biasa. Itu saat seorang teman masa pubertasku [masa SMP] ‘nyentil’ terkait aktivitas salat. Aku diingatkan tentang ibadah dan kematian sekaligus. Jadilah sejak saat itu serius dalam hal salat, lima waktu tak pernah bolong lagi. Siapa mau mati tanpa salat yang akan menjadi kunci pembuka surga? Siapa mau mati tanpa bekal salat? Rugi besar.

Maklumlah aku awam agama saat itu. Tapi lahir di lingkungan tanpa bekal agama, bukan lantas kita tak belajar agama. Merasa sudah cukup dengan salat rutin saja. 

Termasuk saat nasehat kedua ini kudapati setelah lulus SMA. Duuuuh sudah sangat terlambat. “Berhijablah engkau, sebelum engkau dihijabkan.”

Itu penasehat kematian yang kedua yang juga bikin tidak bisa tidur berhari-hari. Dalam hati bergulat tentang nasehat ini, 

“Masa aku menutup aurat hanya saat mati saja? Itu pun orang lain yang memakaikannya. Padahal sebenarnya aku bisa lakukan sendiri saat ini, aku masih hidup, diberi kemampuan melakukannya sebagai bentuk ibadah.” 

Aku ingin sekali melakukannya, tapi, sisi duniaku melarangnya, 

“Kamu sudah kerja, nanti susah dapat kerja yang lebih dengan hijabmu. Kamu gak bisa modis dan gak menarik lagi nanti, mana ada cowok tertarik padamu lagi. Kamu humble, nanti dijauhi teman-temanmu.”

Lama proses itu terjadi. Selama perenungan, akhirnya aku memilih ketaatan pada Allah Swt, menutup aurat karena takut kelak akan dimintai pertanggungjawaban mengenai waktu yang kugunakan untuk apa saja.

Sebagaimana firman Allah Swt :
“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.” [QS Mudatsir : 38]

Dan hasilnya, semua pikiran buruk itu hanyalah godaan-godaan setan yang hanya menghalangi kita untuk melakukan ketaatan untuk menutup aurat. Karena setelah tertutup, semua itu tidak ada yang terbukti. Tawaran kerja tetap mengalir, cowok yang mendekati justru yang serius ngajak ke pelaminan, teman-teman justru makin terpilih yang mengajak dalam ketaatan.

Selama niat kita benar, menjalaninya dengan benar dan istikamah dalam kebenaran. Maka semua itu akan menjadi mudah dan dimudahkan Allah. Jadi, menunggu apalagi? “Berhijablah engkau, sebelum engkau dihijabkan.” Jangan menunggu kematian, barulah kita berhijab sempurna. Itu pun orang lain yang melakukannya.”
 
Ngawi. 12 Agustus 2022

Baca juga:

0 Comments: