Headlines
Loading...
Di Balik Upaya Melindungi Dunia Pendidikan dari Radikalisme

Di Balik Upaya Melindungi Dunia Pendidikan dari Radikalisme


Oleh Ummu Faiha Hasna

Memasuki tahun ajaran baru, dunia pendidikan, khususnya tingkat perguruan tinggi, harus terus meningkatkan kewaspadaan terhadap paham dan gerakan kekerasan. Terutama paham dan gerakan yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang sah melalui legitimasi yang didasarkan pada pemahaman agama yang salah. Paham dan gerakan tersebut adalah intoleransi, radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme.
Benarkah kampus telah terpapar radikalisme, intoleransi hingga terorisme? Lalu bagaimana Islam memandang hal ini?

Menurut Catatan Global Terrorism Index 2022, sepanjang tahun 2021, terdapat 5.226 aksi terorisme di seluruh dunia. Korban meninggal dunia yang berjatuhan akibat aksi tersebut mencapai 7.142 jiwa. (news.detik.com, 11/8/2022)

Beberapa kampus merespon masuknya paham radikalisme dan terorisme di kampus  dengan membuat program mitigasi pencegahan paham-paham tersebut dari lingkungan kampus. 
Yang masih dipertanyakan  masyarakat, benarkah kampus telah terpapar radikalisme, intoleransi, hingga terorisme?  Apa sebenarnya definisi  radikalisme dan bagaimana ciri-cirinya? Sebab hingga hari ini, definisi tersebut masih absurd dalam pandangan masyarakat.

Jika yang dimaksud dengan radikalisme adalah terorisme beserta berbagai aksi teror dan kekerasan yang membahayakan, tentu kita sepakat bahwa hal itu harus dilawan. Pada faktanya tidak demikian.

Mengutip dari news.detik.com (19/7/2019), mantan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu pernah menyebut bahwa sekitar 23 persen mahasiswa terpapar radikalisme. Hal ini didasarkan pada bentuk persetujuan mahasiswa tersebut terhadap ajaran jihad dan perjuangan Islam atau Khilafah. 
Oleh karena itu, meskipun pemerintah mengatakan bahwa radikalisme bukan bagian dari gerakan keagamaan, pihak yang mereka katakan terpapar radikalisme dikaitkan dengan orang-orang yang memiliki pemahaman Islam yang benar dan lurus. Pasalnya, ajaran jihad dan Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam yang terdapat dalam kitab muktabar para ulama salafus saleh.

Khilafah adalah kepemimpinan yang satu untuk umat Islam yang menerapkan seluruh hukum Islam. Khilafah adalah mahkotanya kewajiban yang menjadikan umat Islam bisa melaksanakan ajaran Islam secara menyeluruh. Karena itu, radikalisme mengarah pada ajaran Islam kafah yaitu ajaran yang menghendaki agar Syariat Islam diterapkan secara keseluruhan (kafah) dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Apakah orang-orang yang memiliki paham ini yang mereka maksud ingin menggulingkan kekuasaan? Seharusnya tidak. Sebab Islam kafah adalah solusi atas semua persoalan bangsa. Kaum muslimin mencapai masa kejayaannya dalam berbagai bidang ketika khilafah tegak. Pada saat itu, tidak ada kemiskinan dan keterpurukan hidup. Yang ada adalah keadilan, kesejahteraan, hingga keamanan yang terwujud di tengah masyarakat. Dengan demikian,  seharusnya orang-orang itulah yang menginginkan bangsa ini maju dan hidup berkah dengan aturan Allah, tidak dengan stigma negatif.

Adanya isu kampus terpapar radikalisme sejatinya adalah upaya untuk mengkerdilkan kampus sebagai produsen para pemikir. Upaya ini jelas akan  memandulkan daya kritis  mahasiswa dan dosen terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan farming kampus terpapar radikalisme ini, daya tekan rezim yang kuat akan membuat dosen dan mahasiswa bungkam terhadap kebenaran. Padahal, wujud dari pengabdian kaum intelektual kepada umat adalah menyuarakan kebenaran dan berbicara untuk kepentingan umat. 

Umat Islam harus menyadari bahwa dunia hari ini, termasuk indonesia, berada dalam cengkeraman Kapitalisme global. Radikalisme adalah proyek Barat untuk menjaga kepentingan mereka agar tetap menguasai dunia dengan ideologi Kapitalisme. Proyek ini hanya memunculkan Islamofobia pada diri masyarakat bahkan umat Islam sendiri. Mereka fobia  terhadap ide Islam kafah dan khilafah yang merupakan bagian dari ajaran Islam. Semua ini bertujuan untuk menghadang kebangkitan Islam. 
Sebab, hanya khilafah yang mampu menghentikan hegemoni Barat atas dunia Islam. 

Proyek ini  juga diduga kuat sebagai bentuk pengalihan isu dari masalah utama kegagalan rezim dalam mengatasi 1001 problematika kehidupan. 
Misalnya, kegagalan rezim mengatasi masalah di  bidang pendidikan.
Pihak yang berkuasa pernah berjanji bahwa revolusi industri 4.0 akan meningkatkan kualitas pendidikan dan daya saing di bidang pendidikan. Namun, konsekuensi logis dari penerapan Kapitalisme berdampak pada mahalnya biaya pendidikan, pengalihan fungsi pendidikan tinggi dan arah riset. 

Demikian pula di bidang kesehatan. BPJS terbukti gagal  melayani kebutuhan rakyat akan kesehatan. Pada faktanya, BPJS termasuk kebijakan yang dipaksakan. Tanpa BPJS, rakyat tidak akan mendapatkan beberapa layanan. Masih banyak lagi bukti kegagalan penguasa.  Semua ini menunjukkan kegagalan mereka dalam menjalankan fungsi kepemimpinan, yang disebabkan oleh dua faktor. Di antaranya:  
- Tidak memiliki konsep bernegara yang kuat dan tangguh.  
- Kepemimpinan dibangun atas dasar yang keliru, yaitu asas Sekularisme. 

Jadi yang gagal adalah kepemimpinannya. Namun, yang dijadikan sasaran kambing hitam adalah masyarakat dan mahasiswa yang mengkritisi kebijakan pemimpin yang gagal mengurusi rakyat, dengan tuduhan intoleransi, radikalisme, ekstrimisme, dan terorisme. 

Jika ditelusuri lebih dalam, dengan adanya isu radikalisme, muncullah Islamofobia. Islamofobia ini bertujuan untuk  melenyapkan pemikiran ideologi Islam. Bagaimana mungkin mereka memisahkan ideologi Islam yang melekat dengan akidahnya? Oleh sebab itu, umat tidak butuh proyek untuk melawan radikalisme, karena bukan radikalisme yang menjadi problem mendasar negeri ini. Problem mendasar negeri ini adalah ketidaktaatan banyak kaum muslimin pada aturan Allah. Maka solusi tuntasnya adalah dengan taat kepada Allah, yaitu dengan menerapkan Syariat Islam Kafah dalam naungan negara khilafah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Apakah kamu beriman pada sebagian al-Kitab dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia. Dan pada hari kiamat,  mereka dikembalikan dengan siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. " (QS. Al-Baqarah: 86)

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: