Headlines
Loading...
Oleh: Bibit Sri Utami (Pemerhati Sosial)

Indonesia dikenal sebagai negeri dengan jumlah penduduk muslim yang banyak. Tak ayal, jumlah mayoritas tersebut idealnya tercermin dalam keseharian hidup kaum muslimin di Indonesia. Seperti halnya dalam keseharian mereka berpakaian, bertingkah laku, dan berkepribadian.

Pada faktanya, gambaran ini kian jauh dari umat. 
Ambil contoh kasus yang marak seputar krisis adab berpakaian yang setiap hari berdampak buruk pada umat, khususnya muslimah.
Mereka terpengaruh oleh  pergaulan bebas, tontonan buruk yang jadi tuntunan, dan gaya hidup salah yang semakin mengikis moral umat.

Yang terbaru, 
1. Fenomena Citayam Fashion Week (CFW), ajang "mejeng" anak muda yang kemudian diplesetkan SCBD (Sudirman Central Business District). Mereka terdiri dari anak-anak baru gede (ABG) yang biasa "nongkrong" dan berasal dari Jalan Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok. 
Mereka biasa "nongkrong" di  Dukuh Atas, Taman Sudirman, tanpa pengawasan orang tua. Mereka menghabiskan waktu mudanya dengan sia-sia. Seusia muda itu, mereka seharusnya duduk di bangku sekolah untuk  menimba ilmu. Namun masa sekolahnya malah mereka gunakan untuk "nongkrong" tak jelas, hingga lupa waktu, bahkan lupa pulang, dan menginap di pinggir jalan bak gelandangan.

Di sana, mereka bergaya bak artis, berpakaian vulgar, berjalan berlenggak-lenggok seperti  model. Pakaian sopan tak lagi dikenal. Gaya berpakaiannya jauh dari aturan berpakaian yang Allah tetapkan. 

2. Tindakan Gubernur DIY menonaktifkan kepsek dan guru di SMAN 1 Banguntapan, Bantul DIY. Menurut kabar, guru  mewajibkan siswa muslimah untuk berseragam syar'i di sekolah. Alih-alih mendapatkan dukungan. Pembiasaan baik yang mereka lakukan pada murid-murid muslimah di sekolah justru menuai kecaman keras. 
Inikah contoh gambaran jiwa pendidik yang hendak dicontohkan pemimpin di era ini?

Tak hanya di sekolah. Di lingkungan masyarakat juga terjadi hal serupa. Banyak sesama muslim yang mencibir dan menghujat pakaian syar'i. 
Ada segolongan kaum di tengah masyarakat, entah karena dan  demi kepentingan apa, dengan sinisnya menghujat muslimah  yang mendakwahkan Islam agar sesama muslimah menggunakan pakaian yang sesuai dengan syariat Allah.  
Ada apa di balik fenomena ganjil ini yang kian merebak? 

Mungkin hal ini terjadi karena minimnya ilmu keislaman di tengah umat Islam itu sendiri. Jauhnya muslimah dari adab berpakaian telah menimbulkan banyak dampak buruk: kasus pelecehan, pemerkosaan, perselingkuhan, dan KDRT. Padahal Allah telah mengingatkan kita melalui  firman-Nya:

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri kaum mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". 
Yang demikian itu agar mereka mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab: 59)

Apabila seluruh umat dan pemimpin negeri ini mengenal dan memahami ayat di atas, niscaya fenomena pakaian syar'i akan menjadi skala prioritas dan dapat diterima umat dengan baik. Kemudian pakaian syar'i tersebut diamalkan dalam keseharian hidup muslimah. Dampak baiknya, kehormatan muslimah terjaga, kasus  pemerkosaan, pelecehan,  perselingkuhan atau nikah dini akibat hamil luar nikah dapat diminimalisir. Hal ini hanya dapat  terwujud jika Syariat Allah diterapkan secara sempurna. Kemudian keberkahan dan keamanan negeri akan tercurah dari langit dan bumi. 

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: