Headlines
Loading...
Oleh. Barozah Alfajri

Merdeka! Satu kata yang sering terdengar ketika memasuki bulan Agustus, tepatnya pada tanggal 17 Agustus.

Rakyat Indonesia merayakan kemerdekaannya. Berbagai festival dan perlombaan digelar untuk merayakan kemerdekaan.

Merdeka bermakna bebas, tanpa ada kekangan, intervensi,dan ancaman. 17 Agustus tahun 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan. Namun, pertanyaannya sudahkah kita merdeka? Jika sudah mengapa rakyat masih menderita? Mengapa banyak rakyat yang mati kelaparan? Orang miskin dilarang sakit, sekolah mahal, keamanan menjadi barang langka dan masih banyak lagi keadaan rakyat Indonesia yang jauh dari kata merdeka.

Mungkin rakyat Indonesia secara fisik sudah merdeka, penjajah yang menyiksa serta menzalimi rakyat sudah tak terlihat. Namun, tak terlihat apakah berarti sudah tidak ada? 

Penjajahan yang terjadi hari ini telah berubah menjadi penjajahan yang tak kasat mata namun nyata dirasa. Sangat aneh jika ada yang tidak merasakan penjajahan saat ini, hanya karena penjajah telah pergi. Namun faktanya, secara pemikiran dan budaya serta dari berbagai lini kehidupan, kita masih terjajah. 
Dari segi sumber daya alam (SDA), tambang emas dikuasai asing, tambang minyak dikuasai asing, tambang batubara dikuasai asing.  Rakyat hanya menikmati sedikit saja dari SDA yang ada. Bahkan kemungkinan sebagian besar rakyat tidak menikmatinya karena sudah dikeruk oleh para cukong dan para korporasi. Sungguh ironi, bukan? 

Lantas, sudahkah kita merdeka jika kondisi rakyat demikian? Pantaskah kita ber-euforia memeriahkan kemerdekaan yang justru banyak melanggar aturan Islam. Laki-laki yang bersolek bak perempuan, dandanan, jogetan dan tontonan yang jauh dari mengenang kemerdekaan itu sendiri.

Jika kita mau merenung sejenak tentang bagaimana dahulu para pahlawan mengusir penjajahan, mereka mengorbankan nyawa demi kemerdekaan, mereka rela meninggalkan keluarga dan berjihad demi mengusir penjajah. Dan saat ini penjajah itu telah pergi, tepat 77 tahun Indonesia merdeka. Penjajah tak lagi ada di depan mata, tetapi ternyata penjajah itu datang kembali dengan penjajahan model baru. Hal ini yang menjadikan umat tak menyadari bahwa sesungguhnya penjajah itu masih bercokol di negeri ini bahkan lebih erat lagi daya cengkramnya.

 Ideologi yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan para penjajah lebih leluasa menguasai SDA dan SDM kita saat ini. Aturan yang jauh dari Islam menjadikan umat semakin jauh dari tujuan hidupnya, mereka menganggap bahwa kehidupan ini tak ada hubungan nya dengan akhirat kelak. Sehingga mereka lupa hakikat hidup yang sebenarnya, mereka lupa bagaimana memaknai kemerdekaan yang hakiki. Hanya dalam islam kemerdekaan hakiki bisa diraih.

Ketahuilah, sungguh Rasulullah diutus untuk menyampaikan risalah dari Allah kepada manusia. Rasulullah adalah suri tauladan yang terbaik, beliau teladan dari berbagai hal, mulai dari bangun tidur sampai bagaimana bangun negara, semuanya telah jelas dan gamblang telah dicontohkan oleh Rasulullah. 

Begitulah, Islam memberikan aturan yang sempurna dan paripurna hatta bagaimana menyikapi kemerdekaan yang sebenarnya, telah dijelaskan dalam Islam. 

Islam memaknai kemerdekaan dengan kebebasan yang teratur dan terukur sesuai syariat yang telah ditetapkan. Bukan bebas sebebas-bebasnya seperti yang ada dalam sistem kapitalis Demokrasi saat ini. Islam membebaskan manusia dari menghamba kepada manusia menuju menghamba hanya  kepada Allah semata. Membebaskan manusia dari menghamba kepada hawa nafsu menuju penghambaan kepada Zat Yang Maha suci. Karena sungguh nafsu manusia jika tidak di atur dengan aturan yang maha mengatur maka akan terjadi kehancuran. Begitulah Islam datang untuk menyelamatkan umat manusia. 

SDA serta SDM di negeri kita tercinta saat ini hanya bisa dibebaskan dengan Islam, baik dari segi ekonomi yang kian hari kian terpuruk hutang negara yang triliunan, serta pendidikan yang entah mau dibawa kemana, dan masih banyak lagi problem di negeri ini yang belum terselesaikan. Ini semua tidak lain karena aturan yang dipakai adalah buatan manusia yang sarat dengan kepentingan. Maka tidak heran jika saat ini kemerdekaan diartikan dengan kebebasan berpendapat, berekspresi dan bebas tanpa batas.

Sangat berbeda bukan dengan aturan buatan sang Pencipta? Maka masihkah kita ragu dengan aturan Islam padahal Islam mampu mengantarkan manusia kepada kemerdekaan yang hakiki? 
Wallahu a'alam bishowab.

Baca juga:

0 Comments: