Headlines
Loading...
Oleh : Yuliati Sugiono

Setelah lulus S1 Ali masih menetap di Mesir, masih berada di Darunnajah, membina para santri yang semakin lama jumlahnya semakin banyak. Bahkan dia sudah diangkat sebagai mudir menggantikan bang Hanif yang pulang ke Indonesia mengasuh pondok pesantren di Palembang. 

Namun sejujurnya ada perasaan jenuh dengan rutinitas harian, ritme kerja yang stagnan dan medan yang sama. Tak terasa sudah sepuluh tahun Ali di bumi Kinanah ini. Namun semua tetap dia jalani.

Ada terpikir untuk pulang ke Indonesia. Mengabdi di tanah air, sekalian berkumpul dengan keluarga besarnya. Tetapi negerinya ini kurang menghargai ilmu. Ini bisa dilihat dari gaji atau honor gurunya. Masih mending yang guru PNS, lha yang honorer apalagi guru ngaji. Suka mengelus dada jika tahu honor ustaz ustazah ngaji. Dalihnya selalu kerja ikhlas, padahal aslinya kurang menghargai ilmu. 

Sampai suatu hari dia bertemu dengan Tante Meme dan Om Chan yang pernah menjadi tetangga satu apartemen dulu. 

"Ali apa kabar?"

"Baik Alhamdulillah sehat, Om dan Tante bagaimana?"

"Ya seperti yang kau lihatlah Ali, berapa lama kita tak jumpa ya?"

"Ada dua tahun ya mungkin" jawab Ali sambil tertawa. 

"Wah kita gak terasa tambah tua ya?." kata Tante Meme terkekeh. 

"Sudah luluskah?" tanya Om Chan selanjutnya. 

"Sudah Om sebulan kemarin"

"Mengapa tidak pulang, sekarang kerja dimana, apa lanjut S2?" Tante memberondong  Ali dengan pertanyaan beruntun.

"Di Darunnajah, belum terpikir S2 Tante"

Sebenarnya pernah terpikir S2 tetapi dia ada butuh suasana baru, medan baru yang lebih menantang, disamping agak berat selalu berkutat dengan kitab-kitab. 

"Eh kemarin teman Tante ada chat, sepertinya Kunming ada butuh imam masjid."

"Kunming apaan itu Tante?" jujur Ali baru dengar kata ini. 

"Kunming itu nama kota di Cina, Ali"

"Sebentar tak lihatnya masjid apa" kata tante sambil membuka layar HP nya. 

"Oh ini dia, masjid Chengyi.. Iya betul masjid Chengyi butuh imam karena imam yang sebelumnya meninggal dunia" teriak tante sambil menyodorkan HP nya ke hadapan Ali agar dia bisa membacanya langsung. 

Kunming.. Chengyi.. Nama-nama ini begitu asing di telinga Ali, tapi yang membawa informasi ini sangat familiar, om dan tante yang dia kenal sudah bertahun-tahun dan sudah seperti keluarga sendiri. 

"Itu teman apa Tante?" tanyanya menyelidik. 

"Teman bisnis, Tante ekspor kurma ke orang ini"

"Ali jika kamu tertarik bisa Om hubungkan, gaji pasti lebih tinggi dari Mesir, apalagi kamu sudah lulus" kata Om Chan menimpali. 

"Oh saya pikirkan dulu Om" kata Ali mengakhiri pertemuan tanpa disengaja itu. 

Entah apa ini namanya dejavu, sebuah keberuntungan. Sebuah kebetulan atau apa. Dia butuh suasana baru, pengalaman baru, lingkungan baru dan yang terpampang sekarang Kunming, sebuah kota di Cina yang bahasanya sudah ia kuasai, bahasa Mandarin. 

Tanpa pikir panjang Ali langsung video call uminya. Menanyakan pendapat beliau. Sebenarnya neneknya ingin ia pulang, kumpul keluarga. 

"Kamu mantap yang mana? Yang menjalankan kan kamu sendiri, kalau umi ngikut saja, tetapi mungkin memang kehadiranmu di Kunming lebih dibutuhkan daripada di Indonesia. Kalau disini sudah banyak ulamanya, secara disana kan negeri Komunis ya.. Dimana pun kamu berada, Umi rida, semua buminya Gusti Allah"

"Embah bagaimana Mi, kan pingin kita ngumpul"

"Nanti Umi yang jelaskan ke Embah, InsyaAllah Embah paham kok"

"Oke dah"

Ali lega karena uminya meridai langkahnya. Jawaban umi membuatnya semakin mantap memilih Kunming sebagai tempat pengabdian agama. Meski dikatakan om gaji di Kunming lebih tinggi daripada di Mesir, itu hanya bonus, tapi niat dasarnya adalah berdakwah di negeri Komunis. Apalagi posisi yang ditawarkan sebagai imam masjid, memimpin salat berjamaah, memimpin sujud kepada Allah. 

Ø®َاشِعَØ©ً اَبْصَارُÙ‡ُÙ…ْ تَرْÙ‡َÙ‚ُÙ‡ُÙ…ْ Ø°ِÙ„َّØ©ٌ ۗÙˆَÙ‚َدْ ÙƒَانُÙˆْا ÙŠُدْعَÙˆْÙ†َ اِÙ„َÙ‰ السُّجُÙˆْدِ ÙˆَÙ‡ُÙ…ْ سَالِÙ…ُÙˆْÙ†َ

pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan). (QS Al Qalam : 43).

Baca juga:

0 Comments: