Headlines
Loading...

Oleh: Choirin Fitri

Sob, hidup mati kita bukan milik kita. Kita hanya dititipi oleh Zat Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, Allah. Percaya tidak? 

Yuk, kita simak firman Allah dalam surah Yunus ayat 56 jika kamu masih ragu! 

Ù‡ُÙˆَ ÙŠُØ­ْÙŠٖ ÙˆَÙŠُÙ…ِÙŠْتُ ÙˆَاِÙ„َÙŠْÙ‡ِ تُرْجَعُÙˆْÙ†َ

"Dialah yang menghidupkan dan mematikan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan."

Ayat ini menegaskan dengan terang benderang pada kita bahwa hidup mati kita milik Allah. Bukan milik kita sendiri. Bukan pula milik keluarganya atau orang yang menyayangi kita. 

Buktinya apa coba? Buktinya kita pernah dapat kabar orang yang gagal bunuh diri bukan? Meski ia berusaha segenap daya dan upaya untuk membunuh dirinya sendiri, kalau memang ajalnya belum waktunya, ia tak bakal mati. Mungkin malah cacat atau cidera hebat. Ngeri! 

Bukti lain, ada orang yang ingin hidup lebih lama. Ia ingin sehat. Berbagai upaya medis plus nonmedis dilakukan. Eh, ketika dinyatakan sakitnya sembuh, keluar dari rumah sakit malah kecelakaan. Ia pun meninggal di tempat. Tragis ya? Ya, namun di situlah ajal. 

Ajal tak dapat dimajukan atau dimundurkan. Jika waktunya telah tiba, kita takkan mampu memungkirinya. Maka, benarlah firman Allah jika Dialah yang menghidupkan dan mematikan. 

Lalu, apa efeknya bagi kita jika kita sudah yakin hidup mati milik Allah? Sob, yakin saja tak cukup. Harus ada aksi nyata atas setiap keyakinan kita. Apa itu? Taat. 

Taat. Hanya empat huruf. Namun, konsekuensinya menyangkut dunia dan akhirat kita. 

Pasca kita tahu hidup mati milik Allah. Artinya, kita tak bakal lama atau abadi di dunia ini, maka mentaati-Nya adalah keniscayaan. Jangan sampai aturan yang Allah berlakukan untuk kita malah kita langgar. 

Allah telah menyiapkan pahala bagi yang taat aturan-Nya. Namun, Dia pun menyiapkan balasan dosa bagi yang tak mau taat. Kelak ketika dunia telah berakhir, Allah juga menyiapkan dua kampung di akhirat. Surga dan neraka. 

Tak ada wilayah abu-abu dalam syariat Allah. Maka, pilihan ada di tangan kita. Mau mengisi hidup ini dengan taat atau maksiat. Memilih taat sama dengan memilih surga sebagai tempat kembali kita. Sebaliknya, memilih maksiat berarti memilih neraka sebagai tempat kembali. 

Jika kita memiliki identitas seorang muslim, maka rugi sekali jika kita memilih maksiat. Ciri kehidupan seorang muslim adalah taat. Sehingga, hidupnya akan diisi hanya dengan ketaatan kepada Allah Swt. Bukan yang lainnya. 

Seorang muslim sejati akan sangat takut melanggar aturan Allah. Meski secara fitrah manusia tempat salah dan lupa, namun ia akan berusaha meminimalisir kesalahan. Ia akan cenderung pada ketaatan. 

Pertanyaannya, kita mau memilih yang mana ketika kita sadar dengan sesadar-sadarnya bahwa hidup mati kita milik Allah? Pilih menjadi insan yang taat atau maksiat? 

Batu, 28 Agustus 2022

Baca juga:

0 Comments: