Headlines
Loading...

Oleh : Lilik Yani (Muslimah Peduli Peradaban) 

Imbas kenaikan BBM melebar ke seluruh lini. Pemerintah merasa sudah berbaik hati dengan memberikan subsidi. Bantuan Langsung Tunai dianggap sebuah solusi. Mana mungkin bantuan itu bisa mencukupi? 

Kenaikan harga berbagai kebutuhan sudah tak terkendali. Efek dari kebijakan salah strategi.  Bantuan Langsung Tunai mana mungkin jadi solusi. Sementara daya beli sudah melonjak tinggi. 

Dikutip dari REPUBLIKA.CO.ID, - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai Bantuan Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak (BLT BBM) yang diberikan pemerintah guna menjaga daya beli masyarat tidak cukup mengatasi kenaikan harga BBM. Sebab, menurut dia, kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan.

Selain mempersoalkan jumlah besaran BLT, Faisal menilai perlu dilihat lebih dari sisi kecepatan distribusinya. “Kalau untuk BLTnya, tidak cukup karena dampak dari kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan. Selain dari sisi jumlah besarannya, dari sisi kecepatan distribusinya apakah bisa cepat dan menjamin dapat menjangkau semua kalangan miskin yang terdampak,” kata Faisal kepada Republika.co.id, Sabtu (3/9/2022).

Salah Kelola Berimbas Umat Menderita

Hidup di negeri yang notabene gemah ripah loh jinawi. Sumber Daya Alam melimpah ruah bahkan sumber energi. Sungguh mustahil jika harga BBM melonjak tinggi. Jelas hal ini salah kelola akibat ketidakpahaman pemimpin negeri.

Bagaimana tidak, jika pemerintah bisa bersinergi dengan SDM dalam negeri yang dilandasi keimanan tinggi, hingga tak terjadi tindak korupsi. Maka seluruh lini kehidupan akan berjalan lurus, lancar tanpa kendala berarti. Semua pemimpin instansi bekerja sesuai SOP yang disepakati tanpa ada kecurangan dan kemalasan. SDM bekerja sesuai kompetensi. Kalau perlu disekolahkan lagi agar bisa mengelola sumber energi dalam negeri dengan maksimal. 

Jika semua bekerja sesuai aturan masing-masing dengan landasan keimanan dan peduli. Bukan egoisme dan ingin mengeruk kekayaan untuk kepentingan sendiri. Maka sangat berlebihan sumber daya alam negeri ini untuk meriayah seluruh umat di dalamnya. Tercovernya seluruh kebutuhan umat artinya kehidupan umat sejahtera. 

Sebaliknya jika pemimpin negeri tak peduli, sibuk urusan sendiri, sibuk menyambut tamu asing yang notabene musuh yang bermuka manis. Padahal mereka bagaikan singa bengis yang siap menerkam ketika kita lengah. Sedikit demi sedikit kekayaan negeri menipis bahkan bisa habis. Mana hak anak cucu kita nanti jika semua dikeruk musuh tanpa disadari? 

Namun hal itu tak kunjung disadari oleh pemimpin negeri yang kurang peka, tak bisa bedakan mana kawan mana lawan. Terkecoh dengan senyum manis lawan, bagaikan racun berbalut madu. Semua diberikan tanpa pemikiran panjang. 

Kini rakyat semakin terjepit dengan meningkatnya harga BBM. Sungguh ini betul-betul terjadi di negeri gemah ripah loh jinawi. Serasa tak masuk akal. Rakyat menjerit kelaparan minta kebijakan tak dituruti. Ibarat tikus mati di lumbung padi. Bagaimana bisa terjadi? 

BLT Mana Mungkin Jadi Solusi? 

Pemerintah berupaya menjawab jeritan umat dengan membuat kebijakan yang seolah berpihak pada umat. Kebijakan itu berupa BLT BBM (Bantuan Langsung Tunai Bahan Bakar Minyak). Bantuan yang diberikan pemerintah guna menjaga daya beli masyarat terutama yang tidak mampu. 

Apakah bantuan itu cukup mengatasi kenaikan harga BBM? Sementara kenaikan harga BBM jauh lebih besar dibandingkan BLT yang diberikan.

Secara real harga-harga kebutuhan pokok, primer, sekunder sudah naik. Bahkan sebagian sudah naik ketika masih dalam bentuk wacana kenaikan BBM. Sungguh sangat cepat responnya ketika berhubungan dengan BBM naik. Imbasnya sangat panjang dan luas sekali. Bahkan tranportasi juga sudah naik. Jadilah rakyat semakin menjerit karena hampir semua kebutuhan ganti harga. Sementara penghasilan tidak bertambah. 

Bantuan Langsung Tunai yang dijanjikan pemerintah hanya untuk yang tidak mampu. Tidak akan cukup mengcover harga-harga barang dan transportasi yang sudah lebih dulu naik. Jika demikian masih jauh dari kata cukup meski kebijakan BLT diberikan. Artinya bukan BLT yang dibutuhkan umat tapi hidup sejahtera, tercukupi semua kebutuhan hidupnya, bisa hidup aman dan bisa beribadah tenang. Semua dapat dilakukan ketika pemerintah menerapkan aturan Allah yang sudah terbukti 13 abad lamanya. 

Islam solusi segala persoalan. Mengapa tak jadi alternatif Pilihan? 

Pemerintahan yang diterapkan aturan Islam di dalamnya dijamin hidup sejahtera dan aman. Tidak percaya? Sudah terbukti belasan abad Islam mengalami masa kejayaan. 

Zaman Kejayaan Islam ketika para penguasa Muslim mendirikan sebuah pemerintahan terbesar dalam sejarah. Selama periode ini, seniman, insinyur, cendekiawan, penyair, filsuf, ahli geografi, dan pedagang di dunia Islam berkontribusi pada banyak aspek kehidupan.

Pemerintahan Islam berkontribusi pada globalisasi selama Zaman Keemasan Islam. Sebelumnya, ilmu pengetahuan, perdagangan, dan ekonomi dari banyak wilayah dan peradaban cenderung terislolasi. Namun, berkat peran kerajaan Islam, mereka mulai membuka jaringan dan berintegrasi dengan penjelajah dan pedagang muslim.

Jaringan perdagangan diketahui terbentang dari Samudra Atlantik dan Laut Mediterania di barat hingga Samudra Hindia dan Laut Cina di timur. Jaringan perdagangan ini membantu membangun pemerintahan Islam sebagai kekuatan ekonomi ekstensif terkemuka di dunia hingga abad ke-13.

Mengapa pemerintahan Islam bisa berjaya? Itu disebabkan karena pemerintahan Islam menerapkan aturan Islam sesuai panduan yang diberikan Allah dan mengikuti teladan Rasulullah. 

Jika aturan Islam sudah sempurna dan terbukti bisa membuat umat sejahtera, mengapa harus memakai aturan lainnya. Dalam hal kepemilikan Islam sangat menjaga. Jika sumber daya alam maupun sumber energi merupakan kepemilikan umum. Maka tidak boleh dibeli oleh perseorangan maupun corporate. Pemerintah wajib mengelola semaksimal mungkin demi kesejahteraan umatnya. 

Ketika semua pejabat sudah beramanah sesuai tugas masing-masing, maka output yang dihasilkan bisa dinikmati umat. Umat bisa hidup sejahtera, terpenuhi kebutuhan hidupnya, bisa menjalankan ibadah dengan nyaman. Bukankah hidup sejahtera dalam naungan dan rida Allah itu yang diharapkan? Jika pemerintahan yang menerapkan Islam sudah terbukti belasan abad menjadi berjaya, mengapa tidak dijadikan pilihan? 

Sungguh, telah nyata penderitaan rakyat di negeri ini, akibat penerapan sistem demokrasi kapitalis yang jelas bukan bersumber dari Allah pemilik langit dan bumi. Maka saatnya umat Islam kembali menerapkam Islam secara kaffah di muka bumi ini. Demi meraih rida Ilahi.
Wallahu a'lam bish shawwab

Surabaya, 7 September 2022

Baca juga:

0 Comments: