Headlines
Loading...

Oleh Yuliati Sugiono

Dilansir dari Kompas.com (15/9/2022), suporter Persebaya Surabaya, Bonek, marah besar setelah tim kebanggaannya kalah 1-2 dari RANS Nusantara FC pada laga pekan ke-10 Liga 1 2022-2023 yang berlangsung di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Kamis (15/9/2022) sore.

Ini menjadi kekalahan keenam dari sepuluh pertandingan yang sudah dijalani. Usai pertandingan, penonton langsung melampiaskan kekecewaannya . Perlengkapan seperti jaring gawang, bench pemain cadangan, dan papan sponsor tak luput dari amukan suporter.

Aksi itu memancing emosi suporter lain untuk turun sehingga situasi semakin tidak kondusif. Mereka menuntut adanya evaluasi dari pihak manajemen dan tim. Aji Susanto selaku pelatih merasa bertanggung jawab terhadap kekalahan tim.

Bukan sekali ini saja bonek merusak sarana dan prasarana akibat merasa kecewa terhadap kekalahan tim Persebaya. Lantas, bagaimana pandangan Islam terhadap sepak bola dan kejuaraan lainnya?

Perbuatan Melenakan

Allah menciptakan alam ini dengan penuh keseriusan. Keseriusan dalam hidup ini merupakan kepastian dalam tabiat hidup. Manusia diciptakan semata-mata untuk beribadah. Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat: 56: 
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah."

Pengaturan alam secara serius ini memiliki maksud: 
1.  Mengadakan tujuan dalam beramal.
2. Mewujudkan tujuan tersebut.
Kalau tidak memiliki maksud, maka perbuatan itu sia-sia, tak ada nilainya. Maka kita perlu memahami tujuan dan upaya untuk merealisasikannya.

Banyak kaum muslimin saat ini yang hidup terlena dengan hal sia-sia, melalui permainan secara sistemik ("lahwun munadhamun").

Termasuk perbuatan sia-sia adalah menyibukkan diri dengan yang haram, termasuk hal mubah. Akan tetapi hal mubah itu memalingkan kaum muslimin dari menjalankan kewajiban.

Olahraga, apa pun jenisnya,  termasuk kegiatan mubah, seperti sepak bola, renang, lari,  dan lain sebagainya. Namun,  apabila olahraga tersebut dilakukan hingga meninggalkan perkara yang wajib, perbuatan tersebut sia-sia. Bila olahraga dilakukan tanpa meninggalkan perkara yang wajib, maka hukum olahraga tersebut mubah.

Aktivitas olahraga saat ini merupakan bentuk perbuatan yang membuang-buang waktu dan tersistem. Misalnya,  sepak bola dari tingkat RT hingga PSSI dan FIFA. Ada atlit hingga pelatih, dan olimpiade Internasional yang berlaku mendunia untuk semua cabang olahraga. Olahraga sistemik tersebut dilakukan dengan tujuan melenakan kaum muslimin. Kemudian,  program-program kejuaraan pun  direncanakan dari level RT sampai olimpiade internasional.

Semua orang dibuat sibuk untuk menyukseskan acara yang menyedot dana tidak sedikit. Banyak juga pertandingan olahraga yang diiringi dengan perjudian, atau taruhan buat  pemenang.

Di setiap pembukaan Olimpiade, penonton disuguhi tarian-tarian yang mengumbar aurat, aneka hiburan di mana laki-laki dan perempuan bercampur baur (ikhtilat), dan  minuman bir bebas tersedia.  Lengkap sudah aktivitas ini lebih dekat pada keharaman.

Sikap Kita

Bahaya pertandingan sepak bola dan olahraga sejenisnya adalah bisa memalingkan perhatian umat dari aktivitas dakwah dan agamanya.  Akibatnya, hidupnya sia-sia.  Tidak ada tujuan mulia dan kekal dari perbuatan tersebut di dunia. Sementara hukum berdakwah itu wajib, dan hukum sepak bola itu mubah. 

Sudah sepantasnya seorang muslim mengetahui prioritas amal yang dia lakukan agar bisa memilah-milah aktivitas mana yang diprioritaskan dan mana yang ditinggalkan. Meskipun aktivitas itu tidak haram.

Dengan menyibukkan diri dalam  aktivitas sepak bola, 
- Kaum muslimin tidak memahami nilai-nilai Islam.
- Taraf berpikirnya semakin merosot. 
- Kaum muslimin terpalingkan  dari persoalan utamanya, yaitu menegakkan Khil4f4h. 

Umat wajib mengetahui fakta mana saja yang termasuk "lahwun munadhomun", beserta tujuan-tujuannya yang dapat menghancurkan Islam dan umatnya. Jika umat tidak mengetahui tanggung jawabnya, maka dakwah dan hukum-hukum Islam lainnya tak lagi mereka anggap penting.  

Umat lebih sibuk dengan kegiatan yang melenakan, tanpa sadar bahwa mereka disibukkan dengan hal sia-sia. Terlebih-lebih para pemuda. Amat kita sayangkan jika mereka  menghabiskan banyak waktunya hanya untuk bermain sepak bola. Potensi pemuda tersedot untuk hal-hal yang tak berguna.

Ini belum termasuk segala bentuk tindak anarkisme yang ditimbulkan oleh fanatisme suporternya. Begitu pula rasa kebangsaan nasionalisme yang ditiupkan ketika olimpiade. Akibatnya, hal ini memicu permusuhan antar umat Islam karena beda "nation-states" (negara bangsa).

Dengan cara inilah kaum penjajah Barat mengadu domba negeri-negeri kaum muslimin. Tujuan mereka, agar tidak terwujud persatuan kaum muslimin yang membahayakan eksistensi mereka. Kaum muslimin rela menyibukkan banyak waktunya hanya untuk meraih medali emas dalam permainan yang melenakan.  Sementara tanpa mereka sadari, berton-ton emas telah keluar dari negeri kaum muslimin menuju negara penjajah. 
Akankah hal ini terus terulang?

Wallahu alam semesta.

Baca juga:

0 Comments: