Headlines
Loading...
Kembalikan Potensi Generasi Mendatang dengan Visi Pendidikan yang Cemerlang

Kembalikan Potensi Generasi Mendatang dengan Visi Pendidikan yang Cemerlang


Oleh. Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

Hegomoni dunia pendidikan, kini tengah diarahkan kepada dunia usaha dan dunia kerja. Kolaborasi ini menjadi salah satu langkah untuk mewujudkan daya saing peserta didik. Karena tidak bisa dimungkiri, dalam sistem kapitalis saat ini, manusia memang dituntut untuk meningkatkan kesejahteraan materi sekuat tenaganya. Hal inilah salah satu yang melatar belakangi maraknya pendidikan vokasi di negeri ini.

Seperti langkah Kemendikbud yang memfasilitasi kerja sama antar perguruan tinggi dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Tujuannya sangat jelas, mencetak lulusan yang siap pakai dalam dunia usaha dan industri.

Demikian juga dengan peserta didik SMK ada kerja sama dengan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). Kerja sama tersebut akan menguntungkan kedua pihak, terutama lulusan SMK akan lebih mudah diserap oleh dunia kerja.  ( jendela.Kemendikbud.go.id edisi 60/juni/22).

Hal ini sekilas memang terlihat sangat penting dan mendesak, agar peserta didik segera bisa berkontribusi dalam peningkatan pendapatan ekonomi. 

Namun, satu yang perlu di ingat, hal ini jika tidak diimbangi dengan visi dan misi pendidikan yang benar, akan sangat berbahaya bagi masa depan generasi yang akan datang.

Sehingga harus ada keseimbangan antara menciptakan SDM yang siap guna dan SDM yang bisa membangkitkan peradaban bangsa dan umat manusia pada umumnya. Harus ada kewaspadaan terhadap pembajakan potensi generasi muda.

Karena sesungguhnya, pemuda berfungsi sebagai motor penggerak perubahan menuju kebangkitan Islam. Harus ada kesadaran yang dimiliki oleh semua komponen umat, termasuk para orang tua, tokoh masyarakat dan masyarakat pada umumnya. Untuk mengembalikan potensi pemuda sebagai agen perubahan dalam sebuah peradaban manusia, bukan hanya sebagai pekerja demi mencari materi semata.

*Kapitalisme Membajak Potensi Generasi*

Kapitalisme  menjadikan  semua aset pendidikan sebagai barang/modal yang mendatangkan keuntungan. Strategi hegemoni para Kapitalis di dunia usaha dunia industri dengan dunia pendidikan akan mereka manfaatkan secara instan untuk mendapatkan keuntungan para kapitalis. 

Dalam sistem Kapitalis pendidikan merupakan komoditas. Lulusan pendidikan dibentuk sebagai mental pekerja atau sebagai buruh. Lulusan pendidikan hanyalah diarahkan untuk bisa terserap di dunia kerja.

Pemerintah juga tidak luput dari arus kapitalisasi pendidikan ini. Dengan membuat kebijakan lewat undang-undang, menjadikan negara hanya sebagai regulator dan fasilitator untuk mengikuti agenda global. Dunia pendidikan ikut terlibat dalam menunjang perkembangan dunia industri, termasuk kurikulum yang harus diterapkan. 

Ketika negara ini sudah terhegemoni dalam dunia global,  akhirnya negara mengikuti bahkan memfasilitasi dan membuat regulasi.  Jadilah negeri ini dikendalikan oleh ideologi yang menguasai saat ini yaitu Kapitalisme liberal.

Secara politik, negeri ini  tak lagi memiliki kemandirian, mudah didikte asing dan terjerat berbagai peraturan internasional yang jelas-jelas merugikan dan mencederai kedaulatan. Misalnya ada IMF, WTO, World Bank, membuat kesepakatan yang dibuat atas inisiasi lembaga dan negara-negara besar. Secara ekonomi mereka menjajah dalam bentuk jeratan utang dan investasi. Rezim penguasa seolah tak mampu keluar dari jebakan ini. Bahkan besaran utang dan investasi dipandang sebagai sebuah prestasi rezim saat ini. 

Kondisi ini diperparah dengan penerapan sistem sosial dan sistem-sistem lainnya, termasuk hukum, yang berbasis paham sekularisme dan liberalisme.

Inilah yang membuat generasi muda negeri ini diposisikan sebagai buruh asing untuk bisa menggerakkan program mereka. Melalui sistem pendidikan, generasi disiapkan hanya sebagai robot pemutar mesin industrialisasi. Supaya dominasi sistem kapitalisme neo-liberal tetap bisa langgeng. 

Sistem pendidikan yang seharusnya berfungsi sebagai pilar peradaban cemerlang, berubah fungsi menjadi pintu penjajahan berkedok industrialisasi ekonomi. Cengkeraman nilai-nilai sekuler dan hegemoni sistem kapitalisme membuat nilai-nilai moral dan agama menjadi kering. 

Konsep Knowledge Based Economy begitu diagung-agungkan. Sehingga jadilah sistem pendidikan sebagai alat menumpuk materi, yakni sebagai salah satu faktor produksi dan basis pertumbuhan ekonomi. Hal ini telah mengubah karakter umat. Pendidikan yang seharusnya mencetak pribadi dan umat mulia, mandiri, dan bermartabat kini telah berbelok arah. 

Sistem kapitalis telah membelokkan sistem pendidikan yang menghasilkan pribadi dan umat pengekor, pragmatis, individualis, dan hanya berorientasi pada nilai-nilai materi. Secara keseluruhan, penerapan berbagai sistem kapitalis semakin mengukuhkan cengkeraman penjajahan atas nama investasi dan intervensi.

Sistem pendidikan kapitalis membuat ruang pandang generasi menjadi sempit. Hidup seakan hanya untuk mencari pekerjaan dalam rangka memenuhi kebutuhan gaya hidup.  Peserta didik dimotivasi untuk cepat lulus, cepat kerja. Hal ini memperlihatkan, adanya pembajakan generasi pada dunia pendidikan melalui kapitalisasi pendidikan. 

Dunia korporasi mencengkeram erat dunia pendidikan. Akhirnya potensi peserta didik tidak bisa dikembangkan secara maksimal. Pengembangan potensi peserta didik hanya ditujukan untuk memenuhi tuntutan kepentingan ekonomi kapitalis semata. Sistem kapitalis telah membelokkan tujuan pendidikan dan menyetir arah pendidikan sebuah negara.
 
Kerusakan kapitalisasi pendidikan lebih bersifat subtansi bukan sekedar instrumen. Kerusakan sistem kapitalis yang bersifat subtansial meliputi 2 hal, yaitu:

Sekularisasi yakni pemisahan agama dari pengaturan kehidupan. Agama dianggap tidak penting untuk mengatur urusan dunia. 

Yang kedua adalah lepasnya peran negara dalam mengurus umat, termasuk dalam bidang pendidikan. Generasi muda hanya dijadikan sebagai partner barat untuk menjaga agar sistem kapitalisme tetap eksis. Agar mereka bisa tetap melanggengkan cengkeramannya. 
Sehingga para pemuda bisa terjebak dalam abainya penguasaan ilmu, yang bermanfaat untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masyarakat. 


 *Pendidikan Dalam Sistem Islam*

Hal ini jelas akan berbeda cara pandang dengan Islam. 
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak generasi yang memiliki kepribadian dengan pola pikir dan pola sikap yang berbasis ideologi. Sehingga menghasilkan generasi yang mandiri dan inovatif. Generasi yang terbentuk akan memiliki kepedulian dan akan turut serta menyelesaikan permasalahan umat berdasarkan ilmu yang dimilikinya. 

Membentuk generasi yang akan berkontribusi membangun peradaban yang cemerlang. Karena sejatinya umat yang hebat, hanya akan terwujud jika bangsa ini memiliki kemandirian di segala bidang kehidupan. 

Untuk itu dibutuhkan adanya tuntunan atau kepemimpinan berpikir yang berbasis ideologi yang mampu melawan dominasi penjajahan. Itulah ideologi Islam. Ideologi Islam ini tegak di atas asas yang sahih, yakni keimanan akan keberadaan Allah sebagai pencipta manusia, alam, dan kehidupan, serta kemutlakan-Nya dalam pengaturan kehidupan. 

Dari keimanan ini, lahirlah seperangkat aturan hidup yang sangat sempurna dan dipastikan akan mampu mewujudkan tujuan hidup yang diinginkan oleh individu dan sebuah bangsa. Yakni kehidupan yang sejahtera, adil, bermartabat, dan penuh berkah. Hal ini baru akan terwujud jika ada institusi negara yang berlandaskan mabda Islam dan menerapkan aturan Islam dalam sistem kehidupan termasuk dalam dunia pendidikan. 

Ideologi Islam harus menjadi asas bagi tegaknya negara, termasuk menjadi asas bagi sistem politik, ekonomi, sosial, hukum, dan hankam, tak terkecuali dalam aspek pendidikan. Negara ideologis seperti ini dijamin akan mampu tegak berdiri di hadapan negara penjajah dengan penuh marwah. Itulah negara khilafah Islamiah.
           

Daulah Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan berbasis ideologi Islam, yang tidak hanya berorientasi menghasilkan SDM yang sekadar punya skill. Namun, juga SDM yang memiliki kepribadian Islam. Manusia yang paham bahwa mereka hidup diciptakan oleh Sang Pemilik Kehidupan, sebagai hamba yang wajib tunduk kepada-Nya, sekaligus menjadi pengurus alam semesta yang taat pada aturan-Nya. Sehingga wajib memiliki skill untuk menjalankan misi hidupnya.

Visi pendidikan inilah yang akan menjiwai arah dan tujuan sistem pendidikan Islam, juga menjadi nyawa bagi kurikulum dan metode pembelajaran yang diterapkan. Sehingga dari sistem ini terlahir profil generasi yang selain punya hard skill dan soft skill, juga berkarakter pemimpin dengan kualitas ketakwaan yang tinggi.

Mereka siap tampil sebagai problem solver bagi masalah-masalah keumatan dan siap berkontribusi membangun peradaban cemerlang. 

Dengan demikian, bukan seperti output pendidikan hari ini yang disiapkan sekadar untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja, sebagaimana robot yang siap didikte oleh operatornya. Output pendidikan dalam sistem Islam menghasilkan profil generasi kreatif dan inovatif yang dengan ilmunya siap berkontribusi terhadap peradaban umat Islam pada masa yang akan datang.

Ketinggian peradaban Islam yang diikuti oleh kemajuan teknologi umat. Islam menjadikan Daulah Khilafah sebagai negara trend setter, bukan follower. Bahkan menjadi adidaya yang disegani bangsa-bangsa di dunia. Tidakkah kita sebagai umat Islam merindukannya?  Bersatu dalam sebuah sistem yang diridhai Allah Swt.

“Sesungguhnya Imam (Khilafah) itu perisai. (Orang-orang) akan berperang mendukung dia dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Wallahu’alam bi shawab

Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

Baca juga:

0 Comments: