Headlines
Loading...

Oleh: Illa As-Suyuthi (Pemerhati Umat)

Harga telur ayam di beberapa wilayah mengalami kenaikan lebih dari Rp. 30.000 perkilogram (kg). (kompas.com, 26/08/2022).

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio bahwa kenaikan harga telur saat ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. Dan adanya Kenaikan harga telur ayam tersebut terjadi dua pekan yang lalu. (kompas.com, 23/08/2022).

Menanggapi kenaikan harga telur ayam yang  sedang terjadi saat ini, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan bahwa kenaikan harga telur ayam diakibatkan oleh adanya bantuan sosial (BanSos). Sedangkan, menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira mengungkapkan bahwa kenaikan harga telur ayam disebabkan kenaikan harga pakan telur. (kompas.com, 26/08/2022).

Apapun alasan yang dikemukakan terkait kenaikan harga telur ayam, baik oleh pihak Mendag maupun pejabat negara lainnya, tentu tidak mencerminkan adanya sikap empati ataupun peduli terhadap kondisi rakyat dengan kebutuhan mendesak rakyat terhadap telur. 

Jika kita cermati, kenaikan harga telur ayam ini dan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok lainnya yang terus berulang, bukan hanya sekadar kesalahan dari segi regulasi teknis saja. Melainkan, pangkal dari semua masalah ini adalah diterapkannya sistem Kapitalisme Sekularisme neoliberal. 

Dengan diterapkannya sistem ini dalam sendi-sendi kehidupan umat, negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator, bukan lagi sebagai penanggung jawab urusan umat. Negara abai dengan fungsinya sebagai penanggung jawab dalam memenuhi segala kebutuhan dasar umat, baik sandang, pangan, maupun papan. 

Sehingga, ketika negara berlepas tangan dalam perannya memenuhi kebutuhan umat, maka yang terjadi dalam pengadaan kebutuhan dasar rakyat adalah kekuasaan akan dipegang alih oleh pihak korporasi yang hanya menilai sesuatu dengan untung dan rugi.  Perusahaan-perusahaan raksasa milik korporasi yang akan menguasai pasar, untuk itu sangat mustahil stabilitas harga pangan akan terwujud. Negara dalam mengatasi lonjakan harga hanya sekadar menurunkan harga inflasi bukan untuk kesejahteraan rakyat. Maka, wajar jika rakyat lagi yang menjadi korbannya. 

Dengan adanya masalah kenaikan harga telur ayam ini, maka yang akan babak belur adalah rakyat. Sistem Kapitalisme Sekularisme neoliberal ini merupakan biang kerok segala permasalahan yang tengah dihadapi rakyat saat ini. 

Rasulullah Saw telah menegaskan dalam sabdanya yang berkaitan dengan tugas pemimpin atau kepala negara. Sabda beliau Saw, "Imam (Khalifah) adalah (Roo'in) pengurus rakyat dan pemimpin itu bertanggung jawab atas apa-apa yang dipimpinnya." (HR Ahmad dan Bukhori).

Di hadits lain, beliau Saw bersabda, "Khalifah itu perisai (junnah) tempat orang-orang berperang di belakangnya, dan berlindung kepadanya." (HR Muslim).

Kedua hadits di atas, berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Ketika para pemimpin hanya mengutamakan kepentingan para pemilik modal, bahkan individu bukan kepentingan dan kemaslahatan rakyat. Dengan adanya kenaikan harga telur dan bahan pokok lainnya merupakan suatu bukti bahwa pemimpin saat ini dzalim dan tidak berpihak pada rakyat. 

Sungguh sangat berbeda, jika negara dalam mengurusi urusan umat menjadikan Islam sebagai pedomannya, Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai rujukan. Islam dalam Institusi Khil4f4h memiliki kebijakan-kebijakan yang tuntas dalam menyelesaikan permasalahan, seperti lonjakan harga berbagai bahan pangan. 

Adapun, kebijakan khilafah dalam menangani kenaikan harga pangan, khususnya kenaikan harga telur dengan beberapa strategi, di antaranya mengatur penawaran dan daya beli masyarakat, membuat kebijakan pertanian dan peternakan, serta mencegah intervensi swasta asing dan mengatur distribusi. 

Untuk itu, mari kita berjuang bersama demi tegaknya Islam dalam naungan khilafah 'ala minhajinnubuwwah, sehingga kesejahteraan dirasakan oleh umat di seluruh dunia. Allahu Akbar.

Wallahu a'lam bisshowwab

Baca juga:

0 Comments: