Headlines
Loading...

Oleh. Faasya Zarhanna [Mahasiswi dan Pegiat Literasi]

Kasus yang terjadi di Tangerang Selatan ini parah, gara-gara kalah main game online segerombol remaja tega mem-bully temannya sendiri. Tidak main-main, lidah korban sampai disakiti menggunakan rokok yang menyala bahkan disakiti juga menggunakan obeng panas, Astagfirullahaladzim! Sudah seperti difilm-film saja. Mirisnya segerombolan pelaku itu masih dibawah umur. Kenapa bisa setega itu loh, ada orang yang menyakiti temannya sendiri hanya karena gara-gara kalah main game, seremeh itu kah tubuh seseorang sampai-sampai menang game lebih berharga daripada tubuh seseorang?

Inilah generasi-generasi hasil pendidikan kapitalisme, dididik lewat media hari ini. Film yang digemari isinya kekerasan dan hal-hal berbau sadis, dikanal video juga banyak konten kejahatan yang bisa dilihat berbagai usia, ini yang bikin orang yang nonton jadi pengen mempraktekan ke orang lain apalagi kalau pelaku dulunya pernah di-bully, pelaku menjadi ingin membalas dendamnya. Ngeri banget kan efek penerapan sekulerisme. Beginilah jika agama dipisahkan dari kehidupan, generasinya tidak paham agama, kalau ada masalah sikapnya reaktif berbuat sesuka hati tanpa didasarkan atas halal dan haram, melampiaskan marahnya kepada orang lain dianggap sah-sah saja, bahkan menyakiti dan mendzolimi orang lain dianggap tidak apa-apa asalkan emosinya tersalurkan, padahal pasti si pelaku juga tidak ingin disakiti tetapi ia tega kepada orang lain. Prinsip si pelaku itu “gak masalah asalkan bukan aku”. Miris banget kan, ide sekuler bikin orang kehilangan rasa kemanusiaannya.

Sebagai seorang muslim kita harus selalu ingat bahwa segala aktivitas yang kita lakukan didunia akan dimintai pertanggungjawaban sekecil apapun itu, apalagi kalau sampai menyakiti dan mendzolimi orang lain. Bullying fisik, lisan atau jenis-jenis bullying lainnya tidak boleh dilakukan, kita pasti tidak ingin hal serupa terjadi pada diri kita atau saudara kita. Hadist Riwayat Bukhari harus selalu menjadi pegangan kita : “Seorang muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya.”(H.R. Bukhari). Agar kita bisa tahu mana aktivitas yang boleh dan mana aktivitas yang tidak boleh maka harus meluangkan waktu untuk mengkaji Islam Kaffah dan tsaqafah izzah dengan begitu kita bisa menjadi pribadi yang berkepribadian Islam yang menstandarkan tingkah laku kita berdasarkan syariat agama kita. 

Dengan hadirnya Khil4f4h, mindset ini bisa dipahami secara kolektif. Masyarakat sejak usia dini, dididik mulai dari pondasi agama kita yaitu akidah Islam. Setiap orang akan benar-benar menyadari jati dirinya sebagai hamba dan selalu berlomba-lomba dalam ketaqwaan. Generasinya paham bahwa setiap muslim itu bersaudara dan tidak boleh saling menyakiti. Jika ingin eksis mereka melakukannya dengan menjadi ilmuwan yang karyanya bermanfaat untuk umat, sekaligus berdakwah untuk mencerdaskan umat, tidak mencari eksistensi diri dengan mem-bully orang lain. Media pun harus mengontrol konten-konten kekerasan yang tidak bermutu, tidak boleh dipertontonkan karena dapat dicontoh oleh generasinya dan menyebabkan kerusakan moral. 

Media dalam Khil4f4h akan digunakan untuk syiar Islam, yang dipertontonkan adalah tayangan-tayangan yang sesuai syariat Islam, seperti kisah kesatria para sahabat dan generasi terdahulu. Pelaku bullying juga akan ditindak tegas, sanksinya bersifat zawajir yaitu membuat jera dan jawabir yang akan menembus siksa diakhirat kelak, jadi sudah saatnya kita bergabung dalam rombongan yang sama-sama ingin taat Islam kaffah, agar kemuliaan Islam dapat hadir kembali. Mengkaji Islam kaffah dan tsaqafah izzah tidak boleh diskip atau kita lewatkan agar kita bisa mendakwahkan ke orang-orang disekitar kita.

Baca juga:

0 Comments: