Headlines
Loading...
Menjadi IRT, Benarkah Tidak Produktif?

Menjadi IRT, Benarkah Tidak Produktif?




Oleh : Ummu Fahhala
(Pegiat Literasi dan Komunitas Peduli Umat)

Ada sebagian masyarakat yang menganggap menjadi Ibu Rumah Tangga (IRT) tidak produktif karena hanya mengurus anak, suami dan keluarga, tidak punya penghasilan, dan hanya menjadi beban. Bahkan, ada yang berpendapat bahwa urusan karir nomor satu sedangkan urusan pernikahan, keluarga bahkan agama nomor dua, tiga, dan seterusnya.

Ini adalah fakta sebagian besar kehidupan muslimah sekarang yang menjadikan orientasi hidup mereka sebagai aktualisasi diri yang menjauhkan agama dari kehidupan (sekuler), serta hanya mengejar dunia.


Produktif ala Kapitalisme

Tolok ukur kebahagiaan ala kapitalis sekulerisme adalah semata-mata mendapatkan kebahagiaan materi, sehingga bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai kebahagiaan dunia yang sifatnya sesaat. Kapitalisme ini memperdayakan perempuan supaya produktif secara materi, bahkan masifnya gerakan kesetaraan gender  menyebabkan perempuan jauh dari tabiat penciptaannya. 

Banyak pekerjaan bagi perempuan yang bertentangan dengan fitrahnya bahkan diharamkan dalam pandangan syarak. Bahkan, tidak sedikit perempuan pekerja mengalami bentuk-bentuk kekerasan, pelecehan dan sebagainya. Seperti yang ditegaskan Dr. Dra Hj. Ida Fauziyah, M.Si., Menteri Ketenagakerjaan, bahwa masih banyak hambatan yang dihadapi oleh perempuan di dunia kerja, dimulai dari beban ganda yang dihadapi perempuan hingga kekerasan dan pelecehan di tempat kerja. (IDXChannel.com).


Produktif ala Islam

Apa sebenarnya yang kita cari di dunia ini, tentu saja adalah kebahagian, bahagia yang sementara ataukah abadi? Tentu saja kita ingin mendapatkan kebahagiaan yang bersifat selamanya yakni akhirat. Berdasarkan Al-Qur’an surat ali-Imran[3]: 185 bahwa kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah berupa kesenangan yang memperdayakan.

Supaya kita mendapatkan kebahagiaan akhirat, caranya adalah dengan ta’at mencari ridha Allah Swt, dengan ta’at pada seluruh Syari’at-Nya. Allah Swt menetapkan aturan untuk kaum perempuan, diantaranya memberikan tugas utama dan mulia sebagai ummu wa robbatul bait yakni sebagai ibu dan pengatur urusan rumah tangga serta pendidik generasi.

Memang benar bahwa menjadi ibu pendidik generasi tidak menghasilkan keuntungan materi, tetapi sesuatu yang lebih berharga dari materi yaitu mencetak generasi yang unggul, berkepribadian islam yang tinggi, yang kuat, yang memiliki pemahaman agama yang faqqih fiddin, berjiwa kepemimpinan yang luar biasa dan bisa menguasai sains teknologi demi kemajuan peradaban Islam yang mulia. 

Tidakkah kita ingin menjadi perempuan seperti itu?  Itulah Muslimah yang memiliki visi generasi, muslimah yang berkarir surga. Lalu bagaimana dengan karir di dunia, seperti bekerja dan sebagainya. Islam menetapkan bahwa itu semua merupakan aktivitas yang mubah, boleh dilakukan tanpa mengabaikan tugas utamanya dan dilakukan sesuai batasan-batasan syara, diantaranya : bekerja harus dengan ridha seijin suami, menutup aurat dengan sempurna, menjalankan aturan-aturan pergaulan sesuai ketentuan Allah Swt, dan sebagainya.

Tapi ada aktivitas yang lebih mulai daripada yang mubah tersebut adalah berdakwah, mengajarkan Islam kepada umat. Itu telah terbukti dalam sejarah peradaban Islam bahwa ibu tangguh mampu melahirkan generasi unggul, diantaranya ada Ummu Habibah, ibunya imam Assyafi’i seorang ulama besar faqqih fiddin, ahli ibadah, cerdas, akidahnya luar biasa. Ada juga Ummu-nya muhammad al-Fatih, seorang muslim unggul dan terbaik penakluk Konstantinopel yang merupakan negara adidaya pada saat itu, ibunya mendidik dan memberikan visi yang besar pada muhammad al-Fatih terkait hadis dari Rasulullah saw “Kota Konstantinopel akan jatuh  di tangan Islam, dan sebaik-baik pemimpin adalah yang menaklukannya, dan sebaik-baik pasukan adalah yang dikomando pemimpin itu”. 

Generasi unggul bisa lahir dan terbentuk tidak hanya dari ibu yang tangguh saja, tetapi juga butuh sistem Islam yang mumpuni, yang menerapkan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupannya, sehingga dengan segala perangkat aturannya mampu menjadikan generasi umat terbaik, seperti yang dinyatakan di dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110.

Baca juga:

0 Comments: