Headlines
Loading...

Oleh. Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

Aktivitas dakwah adalah menyampaikan Amar makruf, nahi munkar. Sebuah perjuangan melakukan perubahan dari kondisi buruk menjadi baik. Satu bentuk tanggung jawab kita sebagai umat Islam adalah melakukan dakwah untuk memperjuangkan Islam.

Sungguh, saat ini umat sudah merasakan derita yang berkepanjangan. Sangat mencolok mata dan menyesakkan dada. Kebijakan dan kazaliman yang ditampakkan dengan aturan kapitalis sekuler liberalnya membuat umat semakin terpuruk. Setiap hari umat disuguhi dengan masalah yang tidak kunjung usai. Dari masalah generasi muda, masalah keluarga, dan berbagai persoalan yang umat yang belum ada solusinya.

Banyak fakta menyedihkan tampak di depan mata. Kemiskinan akut yang menimpa banyak keluarga, sering membuat miris. Lihatlah bagaimana kisah Abah Yusuf. Beliau seorang kakek tua berusia 73 tahun asal Cianjur. Air matanya menetes tatkala ada orang yang membeli balonnya. Itu adalah ungkapan rasa syukur dan haru. Karena akhirnya ia memiliki uang untuk membeli makanan sekedar untuk menyambung hidup bersama sang istri (MMC 25/9).

Kasus lain juga tidak kalah menyesakkan dada, beberapa bulan telah terjadi 3 kasus kekerasan seksual dalam sepekan. Bahkan ketiga kasus itu terjadi pada anak di bawah umur. Salah satunya gadis tunarungu yang diperkosa pria di Surabaya (MMC 23/9).

*Kapitalis Sekuler Liberal Membawa Bencana*

Fakta di atas hanya segelintir yang terekspos ke permukaan, lainnya masih banyak. Kapitalisme sekuler telah banyak menimbulkan kerusakan dan kesedihan. Bukan hanya manusia, alam dan lingkungan juga terkena akibatnya.

Pembangunan yang lahir dari kerakusan industri korporasi telah memunculkan banyak bencana. Mulai dari bencana kemanusiaan dan bencana alam. Bencana kemanusiaan di antaranya dapat kita lihat dari ketimpangan hidup masyarakat yang semakin lebar. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Si miskin seolah telah kehilangan kesempatan untuk menjadi kaya, akibat keserakahan kapitalisme liberal.

Kekayaan orang-orang terkaya dunia telah mengalahkan pendapatan APBN negara berkembang dan miskin. Begitu juga ketimpangan dalam akses makanan. Sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia dibuang sebagai sampah. 

Hal di atas, sungguh sangat ironis. Di satu sisi, banyak produk makanan yang terbuang percuma. Di sisi lain, banyak warga dunia yang menjerit kelaparan.  Tuntutan gaya hidup masa kini ternyata juga meningkatkan angka kriminalitas. 

Kesehatan mental juga terkena bencana kemanusiaan yang mengerikan.  Seorang ibu di Sulawesi, tega membunuh kedua anaknya dengan racun, sebelum akhirnya ia juga mengakhiri hidupnya dengan gantung diri (CNNIndonesia.com 19/9).

Bencana alam berupa kerusakan lingkungan juga terjadi akibat kerakusan industri. Akibatnya, krisis energi dan pangan mengintai dunia. Belum lagi perubahan iklim global yang terjadi, yang menyebabkan terjadinya krisis air bersih hingga bencana alam lainnya.

*Perlu Perubahan dengan Islam Kafah*

Ideologi kapitalis yang dianut oleh negeri ini, dan dunia pada umumnya sungguh telah melahirkan kerusakan di mana-mana. Ideologi yang mengunggulkan kepentingan bisnis para pemilik modal yang telah mengantarkannya kepada tumpuk kekuasaan. Sehingga wajib disadari sesungguhnya inilah sebab utama berbagai akar masalah yang ada.

Oleh karena itu, harus segera ada kesadaran untuk mewujudkan sebuah perubahan. Perubahan harus dilakukan pada sistem, yakni mengganti sistem yang sudah rusak dengan sebuah ideologi yang telah terbukti mampu mengantarkan umatnya kepada peradaban tertinggi dunia, yakni ideologi Islam.

Hal ini telah dibuktikan selama 13 abad lamanya. Kepemimpinan Islam telah menguasai hampir 2/3 dunia. Tidak ada yang keberatan dengan ideologi Islam, karena kesejahteraan, dan produktivitas gemilang juga dirasakan oleh non-muslim sekalipun. Ini terjadi karena negara mengadopsi syariah Islam kafah dan menerapkannya. Di bawah naungannya, kesatuan pemikiran, perasaan dan aturan itu terjadi. Keamanan terjaga, keadilan hukum terwujud, kesejahteraan merata sebab aturan yang dianut penguasa untuk menetapkan kebijakan tidak diskriminatif dan zalim.

Islam menggariskan bahwa sosok pemimpin, harus memiliki kepribadian Islam yang kuat, selalu bertindak dalam koridor syariah Islam. Mempunyai keimanan individu yang kuat, sehingga sangat takut akan hisab di akhirat. Sehingga pemimpin akan menjalankan amanahnya dengan benar, dan memudahkan urusan rakyatnya. Pemimpin yang tidak akan mengeluarkan kebijakan dan aturan selain yang bersumber pada syariah.

Ketakwaan individu rakyat dan pemimpin yang menyatu, akan menciptakan keaktifan dalam hal saling menasihati dalam kebaikan di masyarakat. Negara akan menjaga kondisi bangsa dalam keadilan dan ketenteraman, serta mewujudkan kesejahteraan yang diharapkan.

Oleh karena itu, perubahan hakiki haruslah diarahkan pada jalan perubahan yang benar. Perubahan haruslah dilandasi dengan semangat untuk meraih rida Ilahi, bukan semata sekadar perubahan biasa. Sebab perubahan hakiki adalah jika syariah Allah Swt.  diterapkan di muka bumi. Sehingga manusia bisa selamat di dunia dan di akhirat. Bisa menikmati dan mewujudkan surga di dunia dan surga abadi di akhirat kelak. Sebagaimana do’a umat muslim yang artinya: “Dan di antara mereka ada orang yang berdoa’a: “Ya tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Aamiin.

Wallahu’alam bi shawab
Isty Da’iyah (Analis Mutiara Umat Institute)

Baca juga:

0 Comments: