Headlines
Loading...

Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto (Praktisi Pendidikan)

Kenaikan harga BBM beberapa hari yang lalu telah menasbihkan bahwa pemerintah telah melepas bisnis bahan bakar minyak (BBM) ke pasar bebas. Di pasar bebas akan bersaing dengan perusahaan BBM milik swasta. Harganya pun akan menyesuaikan dengan harga dipasaran. 

Meski demikian, pemerintah beralasan pembatasan subsidi dan kenaikan harga BBM dikarenakan penerimaan BBM bersubsidi saat ini tidak tepat sasaran. Banyak golongan masyarakat mampu yang menerima dan menggunakan BBM bersubsidi. Benarkah demikian adanya?

Masyarakat harus mampu melihat. Bisnis BBM bukanlah bisnis sekelas UMKM. Ada dominasi dan campur tangan korporasi internasional yang turut mempengaruhi kebijakan pengelolaan minyak dan gas di dalam negeri. Dalam hal ini, dunia internasional menilai dengan melepaskan subsidi BBM dan memberikan kesempatan kepada produsen swasta untuk bersaing di pasar adalah cara cepat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan meningkatnya PDB diharapkan akan merangsang trend positif investasi. Dengan demikian, ekonomi Indonesia bisa tumbuh dan berkembang.

Arahan dan masukan itu mendapat respon positif. Terlebih negara sedang membutuhkan banyak sekali biaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang harus segera dipenuhi seperti utang luar negeri dan pembangunan infrastruktur. Untuk itu, pemerintah pun membuat kebijakan pembatasan subsidi yang berimbas pada kenaikan harga BBM. 

Dunia internasional rupanya telah berhasil "menekan" pemerintah agar segera melepaskan subsidi BBM. Meski dengan alasan subsidi salah sasaran, untuk meningkatkan PDB, atau apapun alasan lainnya. Ah, sejatinya ketika arahan dunia internasional itu dilakukan, yang terjadi adalah negara telah berkongsi dengan korporasi dunia untuk melepas bisnis BBM ke pasar bebas. Meski dengan kebijakan ini mengakibatkan kehidupan rakyat semakin susah. 

Inilah yang akhirnya terjadi. Negara sebagai penjual BBM, rakyat yang membeli. Tidak hanya itu, produsen swasta juga ramai menjadi penjual BBM, rakyat pula yang membeli. Jika sebelumnya hanya Pertamina sebagai BUMN yang menguasai pasar BBM di Indonesia, maka selanjutnya akan muncul pula Shell, VIVO, BP-AKR, dan lainnya.

Demikianlah, para produsen BBM bersaing dan berebut keuntungan dari penjualan BBM. Sedangkan rakyat hanya bisa pasrah dan semakin pusing memikirkan beban hidup. Selamat datang di pasar bebas bahan bakar minyak dan gas. 

Andai saja pengelolaan BBM ini diatur dan dikelola bukan dengan prinsip bisnis. Tapi aturan yang sebenarnya bahwa minyak dan gas sebagai sumber daya alam adalah milik bersama seluruh rakyat, yang pemanfaatannya juga harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Tidak boleh sumber daya alam minyak dan gas dan juga sumber daya alam lainnya dikelola dengan prinsip bisnis. Apalagi dikelola swasta dan pihak asing. Bukankah dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia pun tertulis demikian. Diamanatkan oleh UU bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Demikian yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 2. Mengapa tidak dijalankan saja amanat UU ini?

Pun jika merujuk pada Al-Qur'an dan Sunnah, maka akan ditemui banyak dalil yang mengatur pengelolaan sumber daya alam termasuk diantaranya bahan bakar minyak dan gas. Dan inilah landasan utama yang harus digunakan dalam menjalankan kehidupan. 

Sudah umum diketahui, bahwa haram hukumnya kekayaan berupa sumber daya alam dikuasai secara privat oleh individu atau swasta, terlebih oleh pihak asing. Hanya saja sedikit sekali manusia yang berfikir. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 269, "Allah menganugerahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur'an dan As-Sunah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi Al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi yang banyak. Dan hanya orang-orang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." 

Andai saja umat manusia mau mempelajari dan menerapkan aturan Allah. Niscaya sejahtera adanya. Andai saja umat muslim juga mengerti bahwa satu-satunya cara mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat adalah dengan menerapkan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. Begitulah seharusnya prinsip hidup sebagai muslim. Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: