Headlines
Loading...

Oleh Choirin Fitri

Bestie, setiap kampung di dunia ini memiliki banyak nama. Ada yang berbeda, ada yang sama. Ya, karena dunia ini memiliki banyak kampung sebagai tempat tinggal manusia. Mulai dari ujung barat hingga timur,  utara hingga selatan. Setiap kampung mempunyai nama. 

Berbeda jauh dengan akhirat. Akhirat hanya memiliki 2 kampung: surga dan neraka. 
Tak ada kampung ke-3,4,5, dan  seterusnya. Hanya cukup dua kampung.

Tak ada pilihan pertengahan di antara dua kampung itu. 
Why? Mengapa? 
Karena dalam Islam, hitam dan putih itu jelas. Tak ada wilayah abu-abu. 

Sayangnya, banyak remaja saat ini masih tak percaya dengan adanya dua kampung ini. Bahkan ada di antara mereka yang menganggap kampung akhirat ini tak ada. 

Saat diberitahu tentang dosa yang menyebabkan masuk neraka, misalnya. Mereka berseloroh, "Emang sudah pernah masuk neraka?" Di lain pihak, jika ada yang memberitahu tentang surga, mereka bilang, "Emang sudah dijamin masuk surga?" 

Heeemmm, beginilah risiko hidup di zaman kaum modern yang tak paham urusan akhirat. Banyak yang tak percaya dengan dua tempat yang dikabarkan Allah sebagai tempat abadi ini. Bahkan, mereka cenderung menjadikannya  bahan candaan. Astaghfirullah.

Bestie, dunia ini tidak abadi. Suatu saat nanti kita bakal berkalang tanah. Suatu saat nanti dunia ini akan hancur berkeping-keping. So, mau tak mau kita mesti memilih kampung akhirat. 

Nah, Islam memiliki cara jitu untuk memilih kampung akhirat ini. Yakni dengan pedoman halal-haram.  Halal-haram ini adalah standar perbuatan manusia. Bukan suka dan benci. Bukan pula asas manfaat.

Standar halal-haram dalam perbuatan inilah yang akan mengantarkan manusia pada pilihan atas kampung akhirat,  tempat tinggalnya kelak. Jika ia memilih untuk menjadikan surga sebagai tujuan akhir hidupnya, maka ia akan berupaya melakukan segala hal yang yang berpahala, hal yang dihalalkan Allah. Sebaliknya, bagi perindu neraka, ia akan banyak berkubang pada dosa, hal yang haram.
Na'udzubillah min dzalik. 

Bestie, sebagai seorang muslim, tentu hidup ini tak layak kita  gunakan untuk mengejar neraka,  ya. Muslim sejati akan berupaya sekuat tenaga untuk meraih surga yang luasnya kata Allah sebagai Penciptanya meliputi langit dan bumi. 

Allah berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." 
(QS. Ali-Imran: 133)

Keren kan surga ini? Lalu, apa yang bisa kita lakukan agar kita bisa meraih jannah-Nya? 

Allah telah menjawabnya dalam firman-Nya: 

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan  “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka itulah orang-orang yang beruntung. Siapa saja yang taat kepada Allah dan rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan." (QS. An-Nur:51-52)

Nyatanya, surga hanya tempat orang-orang bertakwa. Lalu, bagaimana caranya agar kita mendapatkan predikat takwa?

Takwa di dalam kamus Ilmu Al-Qur'an dapat diartikan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tingkah laku orang yang bertakwa selalu mencerminkan perilaku mulia dan berusaha menghindari hal-hal yang menjadikan Allah murka. Bukan malah sibuk mencari murka Allah. Astaghfirullah!

Bestie, Allah telah memberikan beberapa rambu agar kita menjadi orang yang bertakwa. Di antaranya: 
Pertama, bertanya kepada orang yang mengetahui. Atau bertanya kepada alim ulama tentang bagaimana menjadi orang yang bertakwa. Bahasa kerennya, mengkaji Islam. 

Kedua, selalu bersama-sama para "shidiiqun" (orang-orang yang benar). Dalam bahasa Jawa yang terkenal, “wong kang saleh kumpulono”. 

Lalu siapakah orang-orang yang benar? Al-Qur’an menjelaskan kaum "shiddiiqun" adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

Ketiga, selalu berkata dengan perkataan yang benar. Bahkan, Allah menjelaskan dalam QS. Al-Fusshilat: 30 bahwa sebenar-benar perkataan adalah orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri.”

Pertanyaan besarnya setelah kita mengetahui hal ini: Kampung akhirat manakah yang kita pilih kelak? Surga atau neraka? Pilihan ada di tangan kita masing-masing. 

Batu, 20 September 2022

Baca juga:

0 Comments: