OPINI
Bahaya Halloween Mengancam Generasi, Butuh Solusi Hakiki
Oleh. Anis Fitriatul Jannah
Halloween. Sebuah istilah yang nampaknya cukup asing bagi sebagian orang, khususnya muslim. Namun, semakin ke sini istilah asing ini menjadi populer di kalangan kaum muslim, bahkan muslim menjadi 'pelaku' perayaan festival tersebut. Contohnya, Arab Saudi. Negara yang terkenal dengan label Islamnya dan kental akan ajaran Islam, turut serta memeriahkan perayaan Halloween ini.
Seiring berjalannya waktu, Arab Saudi kian membuka diri terhadap budaya Barat, termasuk dalam perayaan Halloween. Perayaan kali ini sudah kedua kalinya diadakan. Dekorasi atau pernak-pernik Halloween seperti labu berwajah jahat dan lampu memadati setiap bangunan yang ada, termasuk di zona ekonomi terbesar Arab Saudi, The Boulevard Riyadh. Perayaan Halloween oleh Arab Saudi kali ini dengan alasan ingin memajukan industri desain kreatif. (Tribunnews.com, 1/11/2022).
Setali tiga uang dengan perayaan yang terjadi di Itaewon, Seoul, Korea Selatan. Masyarakat menyambut perayaan ini dengan suka cita. Namun, sayang seribu sayang, perayaan kali ini berujung maut. Bahkan menelan ratusan korban, termasuk di antaranya meninggal, luka-luka dan ratusan orang dilaporkan hilang. Jatuhnya banyak korban diindikasi akibat terkena henti jantung setelah ribuan orang memadati jalan sempit di distrik Itaewon, Korsel, untuk merayakan pesta Halloween. (detiknews.com, 30/10/2022).
Sedikit menilik sejarah Halloween, faktanya festival ini berasal dari tradisi Celtic kuno Samhain. Penduduk yang merayakan festival tersebut mempunyai kepercayaan bahwa pada malam hari sebelum perayaan, yakni tanggal 31 Oktober, roh orang-orang yang sudah meninggal akan berkunjung kembali ke rumah mereka. Ketika itu, banyak orang yang percaya bahwa roh-roh jahat akan muncul kembali ke dunia untuk mengganggu bangsa Celtic. Maka, untuk menakuti para roh jahat tersebut, orang-orang Celtic melakukan sebuah ritual di puncak bukit dengan cara menyalakan api unggun dan mengenakan kostum khusus (menyeramkan) untuk mengusir hantu tersebut.
Tradisi ini berlanjut hingga sekarang, bahkan negara-negara dengan kepercayaan tidak sama pun ikut merayakan, semisal Arab Saudi. Bahkan perayaan di negara itu pun menjadi sorotan. Bagaimana mungkin sebuah kota suci bagi kaum muslim ada sebuah perayaan besar-besaran non Islam? Tentu menjadi sebuah pertanyaan besar. Pertanyaan ini lambat laun mendapat jawaban ketika negara ini mendeklarasikan sekularisme di negaranya. Inilah petaka awal kerusakan besar dan bukti kedangkalan akidah di tengah-tengah umat. Dari sekulerisme ini kemudian tercipta liberalisme dari berbagai sisi.
Peristiwa di Korsel yang mengakibatkan tewasnya ratusan orang yang didominasi oleh pemuda, juga tak lepas dari rapuhnya sistem pengaturan negara. Negara tak punya tolak ukur perbuatan yang benar atau salah. Sehingga segala sesuatu hanya diukur dari materi dan kebermanfaatan belaka. Apapun yang menguntungkan negara, meski merugikan rakyat, maka 'no problem'. Begitulah jika sistem buatan manusia diterapkan. Jauhnya umat dari ajaran Islam menjadi alasan utama masuknya budaya Barat tanpa filter. Barat dengan usaha keras dan bangga terhadap usahanya karena dengan muda memasukkan ide melalui food, fashion, dan fun ke dalam negeri-negeri kaum muslimin. Tentu yang menjadi sasaran adalah kawula muda. Karena saat itu, mereka sedang labil-labilnya. Adapun dampak dari masuknya pemikiran Barat yang kian masif, menyebabkan generasi kehilangan jati diri. Mereka menganggap hidup hanya untuk senang-senang belaka, bahkan mereka cenderung ikut trend, termasuk trend perayaan Halloween ini.
Wajar saja jika generasi tak memahami jati dirinya sebagai muslim. Karena memang tak ada yang memelihara akidah mereka. Tugas memelihara aqidah umat adalah tanggung jawab Khalifah dalam daulah Islam (khilafah). Khalifah akan menjaga kemurnian aqidah umat, hingga tak mudah disusupi tsaqofah (pengetahuan) asing, yang jelas pengetahuan itu bertujuan menyesatkan umat. Namun sayangnya, saat ini ummat tak memiliki pelindung/perisai. Sehingga menjadi tanggung jawab kita bersama menegakkannya kembali.
Selain itu, dalam Islam juga terdapat hukum haramnya mengikuti tradisi orang-orang kafir. Sebagaimana sabda Rasullullah: "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk darinya." Dari hadits ini bisa dipahami bahwa seorang muslim tidak boleh ikut-ikutan tradisi orang-orang selain mereka, dengan alasan apapun, kendati atas nama toleransi.
Wallahu a'lam.
0 Comments: