Headlines
Loading...
Oleh. Ratty S Leman

Ibu-ibu di kamar Rara ternyata sudah berniat bersedekah sebanyak-banyaknya selama di Tanah Suci. Bersedekah tak harus berupa uang. Bu Wati yang di tanah air berjualan jamu, bersedekah dengan jamunya. Dibagi-bagikannha jamu secara gratis selama di Tanah Suci, kata beliau "Di sini gratis, nanti kalau di Indonesia baru bayar". Wah hebat nih, tehnik marketingnya. Membagi sampel gratis sambil beramal. 

Ada lagi Bu Milin yang bermatapencaharian sebagai pengrajin tempe. Setiap waktu makan beliau selalu bersedekah dengan bekal kering tempenya. 

"Setiap hari ditawarkan kemana-mana, tapi kok gak habis-habis juga ya?" kata sang ibu.

 Rara tersenyum geli, "Lha iya Bu, lha wong Ibu bawanya banyak sekali. Tapi kita senang kok tiap hari makan kering tempe gratis. Terima kasih ya, Bu".
 
Bu Kus yang merasa kerokan dan pijatannya enak, bersedekah dengan menawarkan jasanya ke para jemaah, "Ayo ayo ayo ..., siapa yang mau dikerok dan dipijit?" Bapak-bapak tersenyum malu, padahal dalam hati ingin dikerok dan dipijit. Sayang, tukang pijit laki-laki tidak ada. Paling senang ya jemaah ibu-ibu. "Saya mau, Bu", kata Bu A, "Saya juga mau", kata Bu B. "Saya juga mau kok Bu," kata Bu C. "Ya...ya...ya... nanti saya kerok semua, sabar ya, gantian", sahut Bu Kus.

Di kota Makkah ini semua makhluk mendapat berkah sedekah. Burung-burung merpati yang jumlahnya sangat banyak di pelataran Masjidil Haram mendapat sedekah dari para jemaah. Terlepas dari niat yang salah dari beberapa jemaah yang pemberi memberi makanan burung-burung merpati itu. Tadinya Rara pikir para jemaah ingin sekadar berbagi rezeki dengan burung-burung itu. Seorang teman berbisik, ternyata pemberi makan burung merpati itu ada yang punya nadzar tertentu atau dititipi amanah dari saudara di tanah air. Konon ada kepercayaan, dengan memberi makan burung-burung tersebut maka harapan untuk segera mendapat keturunan segera terkabul.  Wah, termasuk tathayurkah anggapan seperti itu? Tak ada dalilnya lho. Hati-hati jika berniat ibadah. Sedekah ya sedekah saja. Jika ingin punya momongan berdoalah kepada Allah dengan sabar dan salat. Luruskan akidah dan jangan kotori tauhid kita hanya kepada Allah. 

Ketika selesai shalat sunnah menunggu waktu subuh di dekat daerah sekitar tempat sai, Rara ditodong untuk bersedekah.  Persis di sebelahnya ada seorang ibu-ibu berbadan besar berkulit putih kebangsaan Turki. Beliau ini awalnya mengusap-usap punggung Rara. Rara tersenyum manis kepadanya sambil bilang, "Syukron". Eh, nggak tahunya tangan Rara di pegang dibawa ke punggung beliau, tangan Rara diusap-usap ke punggungnya. Oh, baru sadar tenyata beliau minta dipijit. Dipijitnyalah Ibu Turki itu tadi, beliau mengangguk-angguk keenakan. Rupanya senang dengan pijitan Rara. Sebagai tanda terima kasih, diciumnya kening Rara. 

Bersedekah memang tidak harus dengan uang, bisa juga dengan ilmu dan tenaga. Kalau teman satu rombongan kita ada yang belum paham tentang berbagai kegiatan selama berhaji kita bisa menjelaskannya sebagai sedekah ilmu kita. Ada beberapa yang belum paham rukun, wajib dan sunah selama berhaji. Larangan-larangan selama berhaji, ya kita sampaikan. Jangan pelit ilmu, jika ada diantara teman-teman kita yang bertanya dan bertanya lagi padahal sudah diberitahu berkali-kali. Dan jangan iseng, setiap yang bertanya dipalakin 1 sampai 5 real he...he...

Bersedekah bagi yang masih gadis seperti Rara bisa dengan cara mengantar ibu-ibu yang sering batal wudhu. Sudah tahu tempat wudhu agak jauh ke belakang masih saja sering banyak yang batal. Begitu bersin katanya langsung otomatis pipis sedikit dan harus ganti pembalut, celana dan berwudhu lagi. Sabar Rara, banyak pahala, bisiknya ketika kerepotan mengantar ibu-ibu teman uminya ke toilet. 

Bagi yang ingin bersedekah dengan uang, Insya Allah tidak akan kerepotan mencari penerimanya. Banyak sekali pengemis di sepanjang jalan dan di sekitar Masjidil Haram, bahkan ada yang nekad masuk ke Masjidil Haram sehingga mengganggu kekhusyukan beribadah. Jika ketahuan askar/polisi mereka pasti diusir keluar. 

Pengemis-pengemis ini ada yang nakal. Kadang-kadang kalau meminta sedekah mereka memaksa. Jika mereka tahu temannya diberi uang, maka yang lain akan berebut meminta. Ada juga pengemis yang suka mencopet. Ada seorang teman yang sedang memeriksa isi dompetnya, tiba-tiba datang 3 orang pengemis mengeroyok dan menarik uang di dompet. Astaghfirullah di tempat suci dan di tengah keramaian mereka berani beraksi. Sebagaimana pahala berlipat ganda, dosa juga berlipat ganda lho. 

Pengemis-pengemis ini sebagian berkulit hitam, terdiri dari anak-anak, orang dewasa, orang cacat dan ada beberapa yang berpakaian India. Pengemis-pengemis ini meminta sedekah kepada para jama'ah dengan menyodorkan tangannya dan mengucapkan "Sabilillah Ya Hajj, sabilillah ya Hajj."

Pengemis-pengemis ini paling takut dengan askar/polisi. Jika ada operasi mereka berlarian kesana kemari. Kalau ada yang ketahuan mencopet maka akan dipukul dan dimasukkan ke dalam mobil polisi berjeruji besi.

Itulah pengalaman Rara, seorang gadis yang diajak ikut Umi dan Abinya berhaji. Kata jemaah haji akhir-akhir ini Masjidil Haram bersih dari para pengemis. Alhamdulillah.

Baca juga:

0 Comments: