Headlines
Loading...
Oleh Firda Umayah 

Mencintai, dicintai fitrah manusia. Setiap insan di dunia akan merasakannya. So sweet banget enggak sih. Yup, rasa cinta memang sudah ada pada setiap diri manusia. Bahkan juga ada di dalam diri hewan lho. 

Mengapa? Karena rasa cinta merupakan salah satu dari tiga naluri hidup. Yaitu gharizatul nau’ atau naluri melestarikan keturunan. Sedangkan naluri yang lain ada naluri mempertahankan diri (gharizatul baqa'), dan naluri beragama (gharizatut tadayun).

Meskipun gharizatul nau’ ada pada diri manusia, naluri tidak bisa muncul begitu saja. Naluri ini membutuhkan rangsangan dari luar tubuh manusia. Hal ini karena naluri ini bukanlah kebutuhan jasmani atau hajatul udhawiyah yang berasal dari dalam tubuh manusia. Seperti kebutuhan makan, minum, buang hajat, atau yang lainnya. 

Kebutuhan jasmani harus dipenuhi karena bisa mengakibatkan sakit bahkan kematian. Tetapi hal yang berbeda ada pada pemenuhan naluri. Termasuk naluri nau'.

Kalau naluri ini tidak dipenuhi, maka naluri ini tidak otomatis membuat manusia sakit atau sengsara. Tapi hanya menimbulkan kegelisahan saja. Itupun sifatnya sementara. Sehingga rasa gelisah ini dapat dihilangkan jika seseorang mengalihkan fokus perhatiannya kepada yang lainnya.

Terus, apa enggak boleh seseorang mencintai orang lain? Tentu boleh dong. Hanya saja, bentuk pelampiasannya harus sesuai syariat Islam. Apa itu? Ya, menikah. Kalau belum siap? Ya, puasa, atau melakukan aktifitas positif lainnya. 

Sobat, tak bisa dipungkiri memang hidup itu harus ada rasa cinta. Kalau enggak, seseorang tidak akan nyaman dalam menjalani aktifitas. Betul tidak? 

Misalnya saja belajar. Kalau seseorang tidak suka dengan belajar atau tidak memahami mengapa ia harus belajar, maka akan muncul rasa malas dalam dirinya. Atau ia belajar dengan usaha yang biasa saja. 

Sebaliknya, jika seseorang belajar karena ia menyukai aktifitas tersebut, maka ia akan merasa nyaman saat belajar bahkan sering belajar mandiri.

Nah, rasa cinta disini, maka harus diposisikan dengan rasa cinta yang benar. Kenapa? Agar rasa cinta ini dapat memberikan kenyamanan, ketenangan bahkan semangat hidup atau hal positif lainnya. Termasuk untuk mendapatkan pahala dan rida Allah Swt.

Maka dari itu, yuk kita pahami rasa cinta dengan benar. Kalau ada yang jadi bucin alias budak cinta maka jadilah bucin yang benar pula. Memangnya ada? Tentu saja ada.

Sobat, sejatinya cinta yang sejati haruslah diberikan kepada Yang Maha Menciptakan, Dialah Allah Swt. Kenapa? Karena rasa cinta Allah kepada hambaNya jauh melebihi rasa cinta hamba kepadaNya. 

Allah Swt telah memberikan banyak nikmat kepada semua hambaNya. Khususnya bagi mereka yang muslim. Allah Swt memberikan nikmat hidup, napas, kesehatan, keimanan, keluarga, dan yang lainnya. Coba saja sobat hitung nikmat yang telah Allah berikan. Pasti tidak akan mampu menghitungnya.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat An Nahl ayat 18 yang artinya, ''Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang."

MasyaAllah, begitu sayang dan cintanya Allah kepada hambaNya. Meskipun hamba tersebut memiliki banyak dosa, maka Allah Swt tak segan untuk mengampuni semuanya.

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat Az Zumar ayat 53-54 yang artinya, "Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”

Meskipun Allah Swt mengampuni segala dosa, namun ada satu dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat An Nisa ayat 48 yang artinya, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya."

Oleh karena itu, yuk arahkan rasa cinta yang benar kepada Allah semata. Dengan cara menaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Hanya saja, seseorang akan tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan jika ia mau belajar untuk memahami syariat Islam.

So, yuk belajar Islam. Dengan cara mengaji Al-Qur'an, lalu memahami isinya, mengamalkan dan menyebarkannya. Pahami pula syariat Islam dari hadits Rasulullah Saw dan juga ijma' sahabat serta qiyas syar'iyah. Jadikanlah rasa bucin kita hanya kepada Allah Sang Pemilik Alam Semesta. Wallahu a'lam bishawab.

Baca juga:

0 Comments: