Headlines
Loading...
Oleh. Ratih FN

Haii, Sob. Siapa kira-kira dari kalian yang tak kenal dengan istilah bullying? Insyaallah semua kenal, ya? Belum lama ini, ramai mencuat kasus perundungan/bullying yang dialami oleh siswa SMK di Cilincing, Jakarta Utara. (Tribunnews.com). Sementara di daerah lain, di Sumedang, beberapa waktu lalu, ada juga seorang siswa SMP yang mengalami perundungan. Bahkan, di Cirebon, ada korban dari kasus bullying ini, yang mana dia adalah seorang disabilitas.

Bullying atau perundungan ini beragam macamnya, ya, Sob. Ada yang berupa verbal atau ucapan-ucapan mengejek, melecehkan. Ada juga yang berupa kekerasan fisik, baik dari yang ringan seperti mendorong, memukul ringan, bahkan sampai pada tingkat yang berat hingga menyebabkan kematian. Innalilahi.

Miris ya, Sob, jika kita membaca atau mendengar berita-berita semacam itu. Kasus bullying atau perundungan ini, bukan hal yang remeh, ya, Sob. Bahkan, bisa dikatakan masalah yang sangat serius, untuk diberikan perhatian khusus. Bagaimana tidak? Kasus bullying ini bukan baru-baru ini saja terjadi. Namun, sudah sejak bertahun-tahun lalu, dan mirisnya terus saja terulang. Seperti, tidak ada solusi tuntas untuk mencegah terulangnya kasus semacam ini.

Padahal, nih, Sob, kasus bullying ini sangat urgent untuk segera ditangani. Mengingat, baik korban maupun pelakunya merupakan bagian dari generasi penerus calon pemimpin umat/rakyat. Kira-kira akan jadi apa umat ini nantinya, bila generasi penerusnya memiliki sikap yang mudah menyakiti orang lain seperti itu. 

Berbagai analisa dan solusi diutarakan oleh berbagai pihak, Sob. Salah satunya, menurut Gubernur Jabar, yang akrab disapa Kang Emil, kasus bullying atau perundungan semacam ini bisa terjadi, karena kurangnya perhatian salah satu pihak, antara orang tua atau sekolah. Karenanya, menurut beliau, penting untuk dipahami bersama bahwa sekolah dalam hal ini guru, saat di sekolah harus bersikap sebagai pengajar sekaligus orang tua bagi murid di sekolah, sehingga tidak hanya mengajarkan materi pelajaran sekolah, namun juga mendidik perilaku. 

Masih menurut beliau, pihak walimurid atau orang tua, juga harus berperan aktif saat di rumah, yakni menjadi guru bagi anak-anaknya. Artinya, orang tua juga aktif mengingatkan tatakrama ataupun norma-norma baik yang sudah dipelajari oleh anak di sekolah.

Lain halnya dengan salah satu sekolah di Bekasi, Jawa Barat. Untuk mencegah adanya tindakan perundungan terjadi di sekolah mereka, pihak sekolah membuat semacam satgas/tim khusus anti perundungan. 

Hmm, kira-kira nih, Sob, apakah solusi-solusi yang dicanangkan oleh berbagai pihak itu sudah cukup efektif untuk mencegah adanya perundungan/ bullying terjadi di sekolah-sekolah? Karena, nyatanya, kejadian yang sama masih terus terulang. Hal ini tidak lain dikarenakan, selama ini, fokus penyelesaian masalahnya hanya pada level individu saja. Baik pembenahan bagi pelaku, maupun pendampingan bagi korban. 

Yang mana, ternyata solusi-solusi jangka pendek itu, tidak menyentuh akar masalah dari terjadinya berbagai kasus bullying tadi, Sob. Yakni, sistem pendidikan yang sekuler, baik secara kurikulum maupun cara pandangnya, yang memisahkan agama untuk turut mengatur di dalamnya. 

Perlu kita ketahui bersama, nih, Sob. Bahwa sistem pendidikan sekuler ini, mendasarkan pendidikannya pada nilai-nilai HAM dan liberal. Sehingga, individu-individu yang ada di dalamnya, terbiasa bebas berperilaku sesuai kehendak dirinya, tanpa berpikir takut dosa, apabila menyakiti orang lain. 

Diterapkannya sistem pendidikan sekuler ini, diperburuk dengan sistem sosial yang rusak, serta media yang juga liberal. Sehingga bebas menayangkan tindakan-tindakan kekerasan, yang mana kemudian banyak ditiru oleh anak remaja kita. Belum lagi ditambah sistem pendidikan keluarga yang juga jauh dari agama. 

Berbeda dengan Islam, Sob. Dalam Islam diajarkan bahwa sesama manusia itu harus saling menghargai, terlebih lagi kepada sesama muslim. Karena, sesama muslim itu adalah saudara. Jadi, tidak boleh saling menyakiti. Bahkan ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa, seorang muslim yang baik adalah yang muslim lainnya selamat dari lisannya. Belum lagi, pemahaman Islam juga mengajarkan, bahwa kita tidak boleh berperilaku liberal/bebas sekehendak diri kita sendiri. Ada batasan perilaku yang terikat dengan hukum syari'at, artinya terikat dengan halal haram dan dosa. 

Jadi, Sob, solusi mendasar atas masalah bullying ini, harus dengan solusi sistemik terintegrasi. Yaitu, perubahan sistem pendidikan sekuler ke sistem pendidikan Islam, lalu pengaturan sistem media yang dikontrol agar hanya menayangkan tontonan yang aman dan bermanfaat untuk anak, serta sistem pendidikan keluarga yang memahamkan para orangtua untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam keluarga, se-dini mungkin. 

Wallahualam bishshawab.

Cilacap, 3 November 2022

Baca juga:

0 Comments: