OPINI
Cianjur Luluh Lantak, Butuh Solusi Bijak
Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
Duka mendalam tengah menimpa masyarakat Cianjur dan sekitarnya. Gempa 5,6 magnitudo telah mengguncang Cianjur 21 November 2022 lalu (detiknews.com, 21/11/2022).
Dari laporan BMKG, gempa bumi terjadi pukul 13.21 WIB, Senin, 21 November 2022. Gempa berpusat di 10 km arah barat daya dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dengan kedalaman gempa 10 km. Gempa yang terdekteksi tidak berpotensi tsunami. Puluhan gempa susulan pun terus terjadi.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjend TNI Suharyanto, mengkonfirmasikan data korban meninggal akibat gempa Cianjur, hingga tanggal 22 November 2022, berjumlah 268 orang (antaranews.com, 22/11/2022). Suharyanto pun mengungkapkan dari 268 korban meninggal, korban yang telah teridentifikasi sebanyak 122 jenazah. Korban hilang sebanyak 151 orang masih dalam proses pencarian.
Banyak bangunan roboh dan tanah longsor yang terjadi akibat gempa tersebut.
Data BNPB pun mencatat hingga Selasa sore (22/11/2022) ada sebanyak 1.083 korban luka-luka dan pengungsi sejumlah 58.362 orang (antaranews.com, 22/11/2022).
Analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gempa yang terjadi di Cianjur berpotensi terulang per 20 tahun sekali (antaranews.com, 22/11/2022). Sebelum gempa yang terjadi kemarin, gempa Cianjur pun pernah terjadi tahun 2000 dan tahun 1982. Demikian ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati. Untuk mengantisipasi gempa yang berulang, rumah-rumah warga yang roboh harus direkonstruksi dengan bangunan tahan gempa.
Cianjur dikenal sebagai wilayah rawan gempa. Karena dilalui patahan sesar aktif yang membentang sepanjang 100 km. Sesar ini memanjang dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu, Kab. Sukabumi, hingga ke timur laut melewati Kab. Cianjur, Kab. Bandung Barat, hingga Kab. Subang. Prof. Dr.-Ing Fahmi Amhar, Peneliti Pusat Riset Geospasial, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan daerah yang berpotensi gempa dapat dipetakan, namun tak dapat diperkirakan waktu terjadinya. Untuk menghindari agar bencana tak menelan banyak korban, setiap negara selayaknya memiliki mitigasi bencana yang memadai.
Mitigasi bencana mutlak diperlukan sebagai usaha preventif. Bukan untuk menghalau bencana, namun mengantisipasi agar korban jiwa dan kerugian yang terjadi tak terlalu besar. Gempa Cianjur, gempa yang tak terlalu dalam, namun menelan korban yang begitu banyak. Menandakan bahwa infrastruktur yang dibangun adalah infrastruktur yang ala kadarnya. Bangunan rumah masyarakat secara umum pun, tak dapat kokoh menahan goncangan gempa. Padahal sudah diketahui bahwa Cianjur merupakan salah satu daerah rawan gempa.
Lagi-lagi, kemiskinan menjadi penghalang didirikannya bangunan anti gempa. Setiap infrastruktur, termasuk rumah, bangunan-bangunan lain, dan juga jembatan banyak yang roboh. Timpaan bangunan inilah yang banyak menimpa dan menimbun korban. Sehingga banyaknya korban tak dapat terhindarkan. Semuanya luluh lantak. Akhirnya menghalangi evakuasi yang semestinya segera dilakukan. Hal ini pun dapat memantik timbulnya banyaknya korban.
Infrastruktur bangunan anti gempa sangat di butuhkan. Apalagi jika wilayah Cianjur telah menjadi "langganan" gempa. Tentu perlu dipikirkan mendalam mengenai usaha preventif yang efektif dan efisien.
Negara wajib memfasilitasi segala yang menjadi kebutuhan primer rakyatnya. Selain sandang, dan pangan, bangunan dan tempat tinggal yang tahan gempa pun mutlak menjadi kebutuhan primer masyarakat yang berada di wilayah rawan gempa. Seperti teknologi yang telah diterapkan di negara-negara rawan gempa, seperti Jepang. Teknologi bangunan yang memiliki pondasi khusus secara struktural untuk menahan beban berat bangunan ke tanah. Tentu bangunan jenis ini tidak murah. Sehingga dibutuhkan subsidi bantuan dari negara untuk merealisasikannya.
Selain infrastruktur sosial, pembekalan tentang edukasi mental spiritual pun sangat dibutuhkan. Menekankan pada rakyat bahwa bencana adalah kehendak Allah Swt, Dzat Yang Maha Kuasa. Manusia tak dapat menghindari. Menyerahkan segalanya hanya pada Allah Swt. Dengan penuh kesabaran. Namun, kesabaran yang dimaksud tak hanya dengan berdiam diri tanpa usaha. Justru sikap ini menitikberatkan pada usaha manusia.
Namun sayangnya, sistem yang kini diterapkan adalah sistem sekularisme yang kapitalistik. Sistem yang memisahkan segala aturan agama dari segala proses kehidupan. Diperparah dengan sifatnya yang kapitalistik. Tak mengutamakan kepentingan rakyat. Tak amanah dalam mengurusi rakyatnya. Infrastruktur yang banyak dibangun justru infrastruktur yang sebenarnya tak benar-benar dibutuhkan rakyat. Seperti jalan tol dan bandara yang minim penumpang. Padahal anggaran daerah masih minim serapan. Namun, giliran rakyat membutuhkan bantuan dana, banyak alasan yang dikemukakan. Sementara, keuntungan-keuntungan para oligarki penguasa terus menghantui anggaran negara. Memprihatinkan. Selain itu, edukasi iman dan takwa yang mendekatkan rakyat kepada Sang Pencipta, minim sekali diberikan oleh negara. Akhirnya, mental rakyat pun limbung, tak bisa menerima segala kenyataan yang terjadi.
Inilah wajah buruk sistem kapitalisme sekuler. Yang benar-benar rusak dan merusak kehidupan rakyat.
Mengingat ucapan Khalifah Umar bin Khaththab r.a, beliau pernah berkata :
“Aku sangat khawatir akan ditanya Allah Swt kalau seandainya ada keledai terpeleset di jalanan di Irak, kenapa aku tidak sediakan jalan yang rata."
Perkataan tersebut menunjukkan bahwa kesadaran Khalifah Umar bin Khaththab yang luar biasa terhadap nasib rakyatnya. Jika keledai jatuh saja beliau sangat takut, apalagi bila manusia yang jatuh akibat jalan yang tidak rata. Bentuk kepemimpinan yang belum pernah tampak dalam sistem sekarang. Umar bin Khaththab, salah satu pemimpin yang sangat memprioritaskan kebutuhan rakyatnya.
Ibnu Umar r.a berkata: saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
"Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakat yang dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya, seorang istri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tangggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dari hal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin akan ditanya (diminta pertangggung jawab) dari hal yang dipimpinnya."
(HR Bukhari dan Muslim).
Begitu tegas Islam memberikan gambaran tentang tugas pemimpin. Yang identik dengan para penguasa yang bertugas membuat regulasi guna memfasilitasi kebutuhan rakyat.
Tak ada pilihan lain. Saatnya berhijrah menuju sistem yang amanah mengurusi segala urusan rakyat. Bukan sistem yang berorientasi pada keuntungan materi yang justru menekan rakyat.
Sistem Islam-lah satu-satunya sistem yang amanah. Sistem yang amanah meniscayakan terlahirnya pemimpin yang mengutamakan segala kebutuhan rakyat.
Wallahu a'lam.
0 Comments: