Headlines
Loading...
 
Oleh. Epi Lisnawati ( Pemerhati Masalah Generasi, Keluarga dan Masyarakat)

Perhelatan besar dunia, KTT G20 Indonesia yang dilaksanakan di Bali telah usai digelar. Acara ini merupakan pertemuan puncak dari rangkaian agenda G20 selama presidensi G20 Indonesia. Harapan besar pada perhelatan ini akan membawa perubahan dunia  ke arah yang lebih baik.  Akankah harapan ini sesuai dengan kenyataan?. 

Forum KTT G20 intens dilakukan setiap tahun dengan menghadirkan masing-masing kepala negara ataupun kepala pemerintahan. Tahun ini, Indonesia resmi memegang presidensi G20 setelah sebelumnya diemban oleh Italia. Dalam kepemimpinannya, Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema 'Recover Together, Recover Stronger'. Ada tiga isu prioritas dalam presidensi G20 Indonesia yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital, dan transisi energi berkelanjutan (Detik news, 15 November 2022).

Anggaran untuk proyek infrastruktur KTT G20 ini menghabiskan anggaran hingga triliunan rupiah. Khusus Bali saja, di 2022, Kementerian PUPR mengeluarkan anggaran Rp505 miliar untuk membenahi kegiatan kawasan utan Mangrove Tahura, Ngurah Rai, perservasi jalan di Nusa Dua-Jimbaran Uluwatu, hingga penataan lanskap bundaran dekat Bundaran Bandara Ngurah Rai Venue, serta pedestrian di sekitarnya. Selain itu, Pemprov Bali juga menggelontorkan anggaran puluhan miliar rupiah untuk penataan kawasan di sejumlah destinasi wisata. Adapun, anggaran terbesar ialah untuk revitalisasi TMII yang mencapai Rp1,08 triliun.( Bisnis.com 10 November 2022)

Semua pihak berharap bahwa acara KTT ini membawa manfaat yang besar untuk negeri. Menurut kompas.com manfaat yang akan diperoleh dari KTT G20 ini yaitu pertama manfaat di segi ekonomi, presidensi G20 diproyeksikan mampu meningkatkan konsumsi domestik hingga Rp 1,7 triliun, penambahan PDB nasional hingga Rp 7,4 triliun, dan pelibatan UMKM, serta penyerapan tenaga kerja sekitar 33 ribu di berbagai sektor.

Kedua, manfaat di segi pariwisata
dilansir dari Indonesia Baik, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan bahwa gelaran G20 berdampak baik bagi sektor pariwisata di Indonesia. KTT G20 ini dapat berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dengan 600 ribu – 700 ribu lapangan kerja baru di sektor kuliner, fashion, dan kriya. 

Ketiga, manfaat di segi UMKM, menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki juga menuturkan bahwa Presidensi G20 mampu mendorong investasi pada UMKM dalam negeri. Sebab, saat ini 80 persen investor global berasal dari negara-negara G20. 

Benarkah manfaat ini akan dirasakan oleh rakyat secara luas dan bukan hanya sesaat saja?. Faktanya Indonesia hanya menjadi pasar negara maju. Sebagaimana diketahui bahwa dalam kapitalisme dunia ini terbagi menjadi negara produsen dan negara konsumen. Negara produsen adalah tempat asal pemilik korporasi global yang bebas mengatur produksi di seluruh dunia sesuai dengan kepentingan ekonominya. Jika melihat negara-negara yang tergabung dalam G20 maka negara produsen adalah negara adidaya yaitu Amerika Serikat beserta negara maju lainnya seperti Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, Australia, Uni Eropa, Cina dll. 

Di sisi lain ada negara konsumen seperti Indonesia, Argentina, Meksiko, Arab Saudi dll. Negara produsen membutuhkan pasar potensial untuk memasarkan produk barang dan jasa mereka, karena itu mereka mengumpulkan negara-negara konsumen dan produsen untuk memastikan agar proses produksi dan jual beli berjalan dengan baik,  konsisten bahkan terus meningkat.

Negeri ini memiliki kekayaan SDA yang luar biasa yang sangat menguntungkan produsen untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan pasokan energinya. Indonesia memiliki tempat untuk proses produksi yang menjadi pertimbangan efisiensi bagi para kapitalis. Jadi Indonesia hanya menjadi sasaran hegemoni negara produsen. Mereka memanfaatkan potensi yang ada di Indonesia untuk mempertahankan manfaat ekonomi yang selama ini mereka nikmati. 

Oleh karena itu semua mekanisme yang mengikat dalam forum ekonomi internasional baik G20 atau yang lainnya hanyalah proyek penjajahan ekonomi. Forum G20 jelas mengacu pada sistem ekonomi kapitalisme yang telah terbukti menghancurkan ekonomi dunia dan memperluas penjajahan di negeri-negeri Islam. Sistem ini hanya menghasilkan krisis yang terus menerus berulang secara berkala

Dalam sistem ekonomi Islam berbasis pada sistem keuangan non riba. Jika riba hilang dalam perekonomian dunia maka akan melejitkan produktivitas, sebagaimana pada saat sistem Islam diterapkan di tengah- tengah kehidupan. Sistem moneter dalam Islam dengan emas dan perak berhasil mewujudkan stabilitas sistem moneter dunia. 

Alhasil sistem ekonomi Islam akan menstabilkan ekonomi secara terus menerus hingga mewujudkan kesejahteraan yang merata atas seluruh rakyat. Dengan menerapkan sistem Islam maka seluruh negeri Islam akan terbebas dan penjajahan negara produsen. Umat Islam akan bangkit memimpin dunia dengan peradaban terbaik. 
Wallohu a'lam Bishowwab

Baca juga:

0 Comments: