OPINI
Gagal Ginjal Butuh Solusi Total
Oleh. Dian Harisah
(Aktivis Dakwah Muslimah)
Dalam konferensi pers Jumat, 21 Oktober 2022 Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa sejak Agustus tahun ini penderita gagal ginjal akut melonjak dengan mayoritas pasien usia balita. Kemenkes telah menerima 241 laporan kasus dengan 133 laporan kematian hingga Jumat (21/10/2022). Laporan tersebut dikumpulkan dari 22 provinsi di Indonesia.
Dalam konferensi pers tersebut juga disampaikan oleh Menkes bahwa kemungkinan besar penyebab utama kematian pasien gagal ginjal akut ini adalah penggunaan obat batuk atau penurun panas berupa sediaan sirop yang mengandung cemaran senyawa etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG) atau etilen glikol butil eter (EGBE). Ditambahkan oleh Kepala BPOM, Penny K Lukito bahwa memang EG, DEG dan EGBE tidak boleh digunakan sebagai bahan baku obat tapi dimungkinkan ada sebagai cemaran dari pelarut obat berupa gliserin, propilen glikol, poli etilen glikol dan sorbitol.
Sontak hal ini membuat panik para orang tua yang di masa pancaroba putra putrinya sering mengalami batuk pilek. Apalagi obat pilihan utama orang tua untuk buah hatinya yang balita adalah sediaan sirop karena rasanya yang mudah diterima balita.
Temuan ini tidak hanya membuat gonjang ganjing para orang tua, tetapi juga tenaga medis baik dokter anak maupun apoteker. Pasalnya, merekalah yang berkecimpung di dunia obat terutama sirop. Dengan alasan melindungi masyarakat, Menkes mengeluarkan edaran larangan penggunaan 102 obat sirup yang ditemukan di rumah pasien gagal ginjal akut.
Hal ini ditindak lanjuti BPOM yang kemudian merilis 5 obat dengan kandungan cemaran EG dan DEG melebihi ambang batas yang diperbolehkan, sebagaimana dikutip dari kompas.com 21/10/2022 yakni:
1. Termorex Sirup (obat demam),
2. Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu),
3. Unibebi Cough Sirup (obat batuk dan flu),
4. Unibebi Demam Sirup (obat demam),
5. Unibebi Demam Drops (obat demam),
Menurut BPOM, daftar obat sirop mengandung etilen glikol dan dietilen glikol di atas ambang batas normal tersebut menggunakan bahan baku pelarut propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan gliserin/gliserol.
Butuh Solusi Total
Tentu kita bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana bisa sediaan sirop yang sudah ada sejak lama tidak menimbulkan masalah tetapi beberapa bulan terakhir diduga menjadi penyebab utama 133 balita meregang nyawa? Terkait hal ini, Associate Professor sekaligus Pakar Bioteknologi Universiti Putra Malaysia, Bimo Ario Tejo PhD mengatakan, kasus pencemaran EG dan DEG bukan pertama kali terjadi di dunia.
Menurutnya, sejak 1937, kasus seperti ini sudah 16 kali terjadi. Penyebabnya ada dua: Pertama, pemalsuan kandungan bahan kimia dengan menggunakan bahan yang lebih murah atas alasan profit. Kedua, lemahnya pengawasan terhadap bahan baku dan proses pembuatan obat (Schier et al, 2009).
Di masa pandemi COVID, harga propilen glikol dan gliserol yang aman dan biasa digunakan sebagai pelarut obat dalam sirop naik terutama, setelah Maret 2021. Tingginya harga propilen glikol dan gliserol ini diperkirakan menjadi sebab beredarnya bahan kimia alternatif yang lebih murah, tetapi berkualitas buruk dan berbahaya," kata Bimo via laman Instagramnya, Sabtu (22/10).
Maka, agar peristiwa serupa tak terulang kembali, aspek pengawasan terhadap produk jadi obat, sangatlah penting. Dalam hal ini, di negeri kita, BPPOM-lah yang bertanggung jawab. BPPOM sebagai lembaga representasi negara dalam menjamin beredarnya obat, makanan dan minuman serta suplemen makanan harus meningkatkan peran dan fungsinya sebagai pengawas. Apalagi, naiknya harga bahan baku pembuatan obat akhir-akhir ini, memunculkan risiko beredarnya bahan baku obat berkualitas rendah dan tidak aman.
Sistem Kesehatan dalam Islam
Islam memiliki pandangan yang khas dalam masalah kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Salah satu buktinya, Islam telah menyandingkan keimanan dengan kesehatan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, " Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat. " (HR. Hakim)
Dalam Islam, kesehatan juga dipandang sebagai kebutuhan pokok publik seluruh warga negaranya baik Muslim maupun non-Muslim. Karena itu, Islam telah meletakkan dinding yang tebal antara kesehatan dan kapitalisasi serta eksploitasi kesehatan. Dalam Islam, negara (Kh1l4f4h) bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara. Rasulullah Saw bersabda, "Imam (Kh4l1f4h) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya. " (HR. Al Bukhari)
Prinsip Sistem Kesehatan Islam
Rasulullah Saw sebagai suri teladan pemimpin negara telah membangun pondasi bagi terwujudnya upaya preventif, promotif dan kuratif dalam kesehatan. Hal ini terjadi saat syariah Islam turun secara sempurna dan diterapkan secara sempurna pula. Sistem kesehatan Islam ini berjalan di atas prinsip:
1. Kesehatan gratis untuk semua
Layanan kesehatan berkualitas dijamin ketersediaannya oleh negara. Semua digratiskan oleh negara bagi seluruh warga negara yang membutuhkannya, tanpa membedakan ras, warna kulit, status sosial dan agama dengan pembiayaan dari Baitul Mal.
2. Layanan berkualitas
Tingginya kualitas layanan kesehatan gratis yang disediakan negara terlihat dari standar layanan yang diterapkan rumah sakit pemerintah. Tenaga medis yang diterima bertugas di rumah sakit misalnya hanyalah yang lulus pendidikan kedokteran dan mampu bekerja penuh untuk dua fungsi rumah sakit: menyehatkan pasien berdasarkan tindakan kedokteran yang terbaharui (teruji); memberikan pendidikan kedokteran bagi calon dokter untuk menjadi para dokter yang bertanggungjawab terhadap keberhasilan pengobatan pasien.
3. Didukung SDM dan sarana yang memadai
Semua ruangan dilengkapi dengan peralatan kedokteran dan peralatan yang dibutuhkan dokter. Setiap rumah sakit juga dilengkapi dengan perpustakaan, apotek dan laboratorium. Para dokterpun mengadakan pertemuan sesering mungkin untuk mendiskusikan kasus-kasus yang dihadapi.
Khatimah
Dari berbagai kasus yang terjadi saat ini maka dibutuhkan pentingnya paradigma kesehatan dan kehadiran negara dalam kesehatan rakyat.
0 Comments: