Headlines
Loading...
Oleh. Salma

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.""
(QS. Yusuf 12: Ayat 53)

Guru, sosok yang sangat berperan dalam mendidik dan menancapkan ilmu pada kita. Perkataannya kita taati, perilakunya kita teladani, wejangannya selalu kita nanti.

Meski guru hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa dan punya nafsu juga. Tapi begitulah posisi guru, seharusnya. Digugu lan ditiru, ditaati ucapannya dan ditiru perbuatannya.

Tapi sekarang tampaknya posisi guru sudah bergeser. Ada sebagian guru yang tak bisa 'digugu' dan 'ditiru' lagi. Guru yang seharusnya memberikan ilmu yang bermanfaat justru turut berperan menebarkan ide dan pemikiran yang bukan berasal dari Islam. Memang ini bukan peran guru an sich, tapi kurikulum pendidikan yang diterapkan negara membuat guru sekadar sebagai penyambung lidah atau  perpanjangan tangan program negara.

Ada juga sebagian guru yang perilakunya sangat tidak bisa 'ditiru'. Sering kita dengar kasus guru melecehkan muridnya sendiri,  melakukan tindak korupsi, dan perilaku menyimpang lain yang tak sepatutnya dilakukan oleh seorang guru. Ini tentu hal yang amat memprihatinkan yang seharusnya tidak terjadi di dunia pendidikan.

Ada pepatah mengatakan, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Bagaimana mungkin bisa mewujudkan generasi yang berkualitas kalau gurunya tidak berkualitas, tidak bisa "digugu" dan 'ditiru" lagi?
Untuk itu peran guru yang sebenarnya harus segera direaktualisasi.

Hal ini tentu perlu peran negara dalam mencetak guru-guru yang berkualitas unggul. Dan negara yang bisa mencetak guru-guru berkualitas unggul tentunya adalah negara dengan sistem yang unggul yaitu sistem Islam. Sistem yang telah terbukti bisa memimpin peradaban dunia selama 13 abad lebih.

Sistem Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan negara, termasuk landasan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan Islam mampu melahirkan guru- guru yang bersyakhsiyah Islamiyah. Sosok guru yang benar- benar bisa 'digugu' dan 'ditiru'. Tugasnya tak hanya mentransfer ilmu saja tapi juga membina syakhsiyah anak didiknya. Hasilnya, bukan hanya anak didik yang tinggi keilmuannya saja tapi juga tinggi adab dan akhlaknya. 

Semoga peran guru bisa kembali sesuai fitrahnya. Aamiin.

Baca juga:

0 Comments: