Headlines
Loading...
Oleh.Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)]

Pendidikan vokasi digadang-gadang dapat mendongkrak tingkat kesejahteraan masyarakat. Karena memfokuskan segala kurikulumnya pada teknis dunia kerja. Hingga tak perlu mengkhawatirkan segala bentuk pengangguran. Namun, nyatanya angka pengangguran masih tinggi.

Fakta tentang pemutusan hubungan kerja masih menjadi monster yang menakutkan bagi para tenaga kerja. Dilansir dari kumparanbisnis.com (24/10/2022), Phillips memutuskan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena anjloknya penjualan. Sebagai akibat dari penarikan ventilator dan peralatan medis dari pasar. Sekitar 4000 pekerja akan terkena badai PHK. Fakta serupa pun terjadi pada Grup Yogya Departemen Store Suryakencana, yang menutup permanen retailnya di Bogor, Senin (31/10/2022) kemarin (Radar Bogor, 1/11/2022). Dan beberapa retail raksasa lain yang juga terpaksa tutup karena produktivitas usaha yang anjlok. Badai PHK pun akhirnya tak terelakkan. 

Pemerhati kebijakan pendidikan, Noor Afeefa, mengungkapkan bahwa sekolah vokasi di bawah kendali sistem sekuler, sangat dipengaruhi selera pasar yang kapitalistik (muslimahnews.net, 2/7/2022). 

Di satu sisi, pendidikan vokasi digalakkan demi menekan jumlah pengangguran. Pendidikan vokasi, yaitu pendidikan yang menekankan pada ilmu terapan, sungguh sangat dibutuhkan. Tujuan utamanya, untuk membangun kualitas sumberdaya manusia yang mampu menghadapi industri 4.0 (Revolusi Industri Generasi ke 4). Apalagi di zaman serba digital, seperti saat ini. Namun, faktanya, vokasi hanya melahirkan tenaga-tenaga kerja teknis, dengan standar gaji yang minimal. Vokasi sesungguhnya tidak menciptakan tenaga ahli di suatu bidang. Sehingga wajar saja, jika sejahtera sulit tercipta. 

Di sisi lain, vokasi hanya tercipta karena pesanan dunia industri. Dalam sistem kapitalisme, dunia kerja dikendalikan oleh para pemilik modal. Otomatis, pekerja-pekerja teknis hanya dapat secuil harapan dibandingkan gaji para pemilik modal yang selangit.

Ditambah lagi fakta bahwa segala biaya kehidupan sangat mahal dan sulit sekali dijangkau. Inilah gambaran kehidupan dibawah kendali sistem kapitalisme sekuler. Situasi ekonomi yang kian mencekam, PHK adalah mimpi buruk bagi setiap tenaga kerja. Mau tak mau harus dihadapi. Tentu hal ini sangat berpengaruh pada lulusan pendidikan vokasi. Masa depan sejahtera yang diimpikan ternyata hanyalah ilusi. Karena sistem destruktif yang kian merusak kehidupan.

Yang lebih memprihatinkan, adalah tergerusnya potensi generasi muda yang sesungguhnya. Melalui pendidikan vokasi, generasi hanya dicetak sebagai "budak" materi para kapitalis. Tak lebih. Padahal generasi muda seharusnya dicetak dengan pendidikan sempurna untuk membangkitkan peradaban dan menumbangkan segala kezaliman. 

Kesejahteraan  hanya dapat tercipta dalam kendali sistem ekonomi Islam di bawah naungan institusi yang amanah, Khilafah manhaj An Nubuwwah. Karena dengan sistem Islam, negara dapat berperan optimal sebagai perisai umat, mengurusi rakyatnya dengan sepenuh hati. Menjamin segala kebutuhan hidup hingga tercapai sejahtera yang nyata. Bukan hanya impian belaka.

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: