OPINI
Islam Datang dari Allah, Apa Hak Manusia Mengatur Islam?
Oleh Murli Ummu Arkan
Lagi-lagi perasaan umat Islam disinggung oleh kata-kata kontroversial tentang agama Islam. Kata-kata tersebut keluar dari lisan Menteri Agama, Yakut Cholil Choumas. Beliau mengatakan dalam 'podcast'nya bersama Deddy Corbuzier, "Agama Islam ini kan bukan dari Indonesia, dari tanah Arab, maka datang ke Indonesia seharusnya menghormati kebudayaan Indonesia." (KlikAnggaran.com, 28/11/2022)
Dari kalimat tersebut, ada dua frasa yang membuat netizen pro dan kontra, yaitu "Islam agama pendatang" dan "Islam harus menghormati kebudayaan Indonesia".
Dua frasa tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa Islam hanya agama milik Arab dan Islam tidak pernah menghargai dan menghormati kebudayaan Indonesia. Benarkah demikian?
Islam adalah agama langit, diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya. Asal usul perjalanan dakwah Islam Nabi Muhammad berawal dari Makkah, Madinah, hingga negeri-negeri jazirah Arab. Meski demikian, bukan berarti Islam adalah agama dari Arab dan hanya milik Arab. Anggapan ini adalah pengkerdilan terhadap agama Islam. Islam datang dari Allah, Tuhan Pencipta alam semesta. Islam diturunkan Allah untuk "rahmatan lil alamin" (Rahmat untuk alam semesta). Di manapun Islam berada, Islam itu sama. Islam tidak bisa di-Nusantarakan, di-Amerikakan, Di-Eropakan.
Tidak relevan jika pembahasan tentang asal mula Islam hanya dibatasi oleh nama tempat. Daerah Arab hanya awal dakwah Islam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bermula. Maka mengatakan bahwa Islam datang dari Arab ini sangat menyinggung perasaan umat Islam.
Selain itu, Islam adalah agama dakwah, yang menyeru umatnya pada kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Jika di sebuah wilayah ditemukan kemungkaran, maka umat Islam wajib mengingatkan dengan Islam. Terlebih lagi jika kemungkaran itu dilakukan oleh orang Islam.
Begitu pun dengan budaya. Jika ada budaya-budaya yang diberlakukan pada masyarakat muslim tapi bertentangan dengan Islam, maka kaum muslimin juga wajib memperingatkannya agar umat sadar dan menjauhi kemaksiatan tersebut, serta tetap berada pada jalur Islam. Di Indonesia, jika ada masyarakat yang melaksanakan budaya beraroma "syirik", umat Islam wajib mengingatkannya dengan mendakwahi mereka. Bukankah seharusnya demikian? Budaya yang harus diatur dengan aturan Islam, bukan Islam yang diatur budaya. Bukankah dahulu "walisongo" datang ke Indonesia juga demikian? Mereka berdakwah Islam lewat budaya. Budaya diatur dengan Al-Qur'an agar tak bertentangan dengan syariat Islam.
Islam juga tidak pernah memaksa umat lain untuk masuk ke dalam Islam. Meskipun dakwah Islam mengajak umat untuk menyembah hanya kepada Allah Swt, Islam tidak pernah memaksa umat lain untuk memeluk Islam. Jika ada umat nonmuslim memeluk Islam, hal itu atas kemauan, kesadaran dan kemantapannya sendiri.
Terkait saling menghargai, menghormati, toleransi Islam pada budaya dan agama lain, Islam sudah mempunyai aturan dan kaidah tersendiri. Makna toleransi adalah cukup membiarkan. Umat Islam diharamkan untuk ikut serta dalam budaya dan perayaan agama lain. Jika ada masyarakat, lebih-lebih muslim melakukan keharaman itu, mereka wajib didakwahi. Dakwah ini bertujuan untuk mengingatkan umat agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّذَكِّرْ فَاِ نَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ
"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin." (QS. Az-Zariyat: 55)
Umat Islam harus saling mengingatkan kepada saudara-saudara muslim lainnya untuk berpegang teguh kepada agama Allah. Bukan malah sebaliknya, mengajak mereka untuk terjebak dalam arus moderasi beragama, yang menganggap semua agama dan budaya itu benar. Akibatnya, umat Islam dijejali dengan ide pluralisme. Dengan ide tersebut, umat Islam terjebak untuk ikut serta dalam berbagai perayaan yang diharamkan dan seharusnya tidak mereka lakukan.
Inilah konsekuensi hidup di negeri yang memberlakukan sistem kapitalis. Kapitalisme tak peduli tentang urusan akhirat; Apakah umat melakukan hal yang halal atau haram? Sebaliknya, Kapitalisme akan terus memerangi Islam agar Islam tidak ikut campur dalam dunia politik di negeri ini. Kapitalisme berusaha untuk:
- Membungkam Islam dan umatnya, agar mereka tidak bisa mengoreksi pemerintah.
- Mengebiri Islam agar Islam tegak hanya dalam ranah akidah dan ibadah.
- Memisahkan umat Islam dari Islam (akhirat) dalam kehidupan (dunianya) dengan asas sekularisme.
Inilah tujuan Kapitalisme agar mudah menguasai negeri-negeri kaum muslimin.
Wahai umat Islam, sadarlah bahwa Kapitalisme:
- Mempermainkan hidup kita. Mereka, agen kaki tangan kapitalis, hendak menjauhkan kita dari Islam agar mudah dijajah dan dikuasai.
- Menjadikan kita sebagai manusia lupa akan tugas utamanya di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah Swt.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS.
Az-Zariyat: 56)
Inilah tugas utama manusia hidup di dunia. Maka, sudah saatnya kita untuk kembali pada syariat Islam secara kafah. Tidak ada naungan sebaik Islam kafah yang membuat hidup berkah di dunia dan akhirat. Yuk, kita semangat belajar Islam kafah, menerapkannya, dan ikut memperjuangkannya dalam kehidupan.
Wallahu a'lam bishawwab.
0 Comments: