Headlines
Loading...
Islam Melahirkan Sosok Pemimpin Ideal

Islam Melahirkan Sosok Pemimpin Ideal

Oleh Siti Aisah, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan Kabupaten Subang)

Bak kacang lupa kulitnya, pribahasa ini menyiratkan makna bahwa seseorang yang sudah berada diatas namun lalai akan janjinya. Inilah yang seringkali terjadi pada pemimpin saat ini. Saat pemilu tidak sedikit dari mereka blusukan memberi kesan merakyat. Tapi setelah duduk di kursi kekuasaan, mereka malah lupa akan rakyat. 

Pendeklarasian calon presiden (capres) 2024 La Nyalla didukung oleh puluhan emak-emak Gresik yang terkumpul dalam MPC Pemuda Pancasila dan Relawan Giri Gresik. Harapannya mereka terhadap Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia sejak 2019 itu tidak lain semoga bisa mengatasi persoalan naiknya harga BBM dan sembako yang bikin pusing. (beritajatim.com, 30/10/2022)

Perlu diketahui Ir. H. La Nyalla Mahmud Mattalitti adalah salah satu pengusaha Indonesia yang sosoknya kontroversial, baik terkait persoalan hukum maupun masalah politik. Sehingga mampukah dari latar belakang seperti ini, mewujudkan harapan rakyat terutama emak-emak. Pasalnya saat ini masyarakat sedang dipusingkan dengan naiknya harga BBM dan meroketnya harga kebutuhan pokok, ditambah listrik yang semakin mencekik. Belum lagi pajak, biaya Pendidikan, biaya Kesehatan dan lain-lainnya. Lantas program seperti apa yang ditawarkan oleh pemimpin semacam ini untuk mencapai kesejahteraan hidup masyarakat.

Masalah yang menimpa masyarakat pada intinya adalah kebutuhan pokok, listrik, BBM, pajak, biaya Pendidikan, Kesehatan dan lain-lainnya meningkat. Bukankah berbagai macam model pemimpin sudah pernah menduduki kursi kekuasaan nomor satu di negara ini. Jadi, bukan sekedar hanya ganti pemimpin/presidennya saja, tapi lebih kepada ganti sistem yang mengatur urusan rakyat. Dengan demikian semua peristiwa yang terjadi ini adalah akibat dari diterapkan demokrasi dan ekonomi kapitalisme ditengah-tengah masyarakat. Demokrasi akan melahirkan UU Liberal dan Pro Oligarki. Sedangkan Kapitalisme akan melahirkan kesengsaraan hidup dan kemiskinan struktural masyarakat.

Sayangnya pemimpin semacam itulah yang akan lahir dari Emak demokrasi. Dalam rahim demokrasi ini akan terlahir aturan yang mewadahi ketamakan dan keserakahan pemimpin. Beberapa capres dalam kontestasi pemilu 2024 ini sudah ramai berlangsung, tidak sedikit pula rekayasa dan kabar bohong sengaja disebarkan untuk menjatuhkan lawan. Strategi politik semacam ini boleh-boleh saja dilakukan, asal tidak melanggar ketentuan pidana dan menyingkirkan aturan moral dan agama dalam penerapannya. Seperti, serangan fajar yang nyata-nyata adalah kasus suap-menyuap tapi tidak terungkap oleh pihak pemberantasan korupsi.

Politik pada dasarnya bisa diartikan sebagai pengurusan urusan permasalahan masyarakat secara keseluruhan oleh negara. Jadi saat calon pemimpin dan para pendukung dalam demokrasi ini sudah membiasakan untuk menyebarkan intrik, terkesan tidak ramah kepada Islam, jauh dari kata kemanusiaan yang adil dan beradab (baca: korupsi) serta menghalal segala cara dalam menaiki tangga kekuasaan. 

Inilah deretan bukti praktik politik sistem demokrasi yang diterapkan saat ini. Dalam prakteknya demokrasi tak mengenal halal dan haram, karena lahir dari sistem yang memang mengganggap agama hanya sebatas ritual saja. Sistem ini pun membebaskan rakyat untuk memilih calon pemimpin atau pemimpin tanpa batasan apa pun terlebih-lebih agama. Selanjutnya sistem ini pun menyamakan kedudukan pemilih. Baik profesor, tidak sekolah, alim ulama, penjahat, bahkan orang dengan gangguan jiwa memiliki suara yang sama. 

Sistem demokrasi ini pula membuka lebar-lebar pintu kekuasaan bagi para koruptor, ahli maksiat, dan penentang hukum Allah. Selama suara masyarakat masih ada untuk mereka. Tak ayal pula hasil dari bentukan sistem ini akan menjalankan dan memutuskan kebijakan serta aturan yang jauh dari syariat agama. Terbuka pula tindakan SSK (suka-suka kami) dalam menetapkan aturan.

Perlu dipahami dalam meningkatkan elektabilitas pemimpin atau capres dengan dikenal luas dan memenuhi kriteria keterpilihan. Salah satunya adalah memiliki citra dan kinerja baik, lalu memiliki prestasi di bidang tertentu. Sehingga terkesan memiliki rekam jejak positif di bidangnya dan khususnya di pemerintah. Dengan demikian akan terbentuk trust (baca: kepercayaan) dari rakyat untuk dipilih. 

Dalam membangun kepercayaan rakyat terhadap calon pemimpin yang memiliki elektabilitas tinggi sehingga mampu memimpin dan memperoleh kepatuhan dan ketaatan dari pihak yang dipimpinnya. Rasulullah SAW merupakan role model kepemimpinan dan uswatun hasanah (sebaik-baik teladan). 

Berikut ini gaya kepemimpinan Rasulullah SAW dalam perspektif Islam antara lain:   
1. Memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Keimanan inilah yang membuatnya menjadikan urusan kepemimpinan sebagai salah satu sarana beribadah kepada Allah SWT.
2. Memiliki paradigma bahwa penguasa adalah pelayan umat, bukan dilayani yang bertugas memenuhi kebutuhan mendasar dan mengatur kepentingan rakyat.   
3. Memiliki  shiddiq (jujur), tabligh (aktif dan aspiratif), amanah (terpercaya), dan fathonah (cerdas).   
4. Selalu membuka ruang diskusi/musyawarah dengan berbagai kalangan, sebagai masukan untuk membuat kebijakan dan memecahkan problem kemasyarakatan.
5. Memiliki integritas tinggi.   Selaras antara tutur dengan tindakan. Tak hanya memerintah, juga memberikan teladan melakukan. 
6. Memiliki sikap adil dalam penegakan hukum dan memberantas kezaliman. Tidak mudah dipengaruhi oleh rasa suka atau tak suka, kawan atau lawan, dekat atau jauh. Berpandangan bahwa hukum berlaku untuk semua. 

Sosok pemimpin seperti inilah yang akan terwujud dalam sistem politik Islam. Sebagaimana Rasulullah SAW, para sahabat, dan pemimpin-pemimpin Islam terdahulu. Mereka adalah sosok nyata pemimpin Muslim yang luar biasa. Atas dukungan dan fasilitas sistem Islam, sehingga mampu melahirkan para pemimpin yang tak hanya shalih, tapi juga handal mengatur urusan umat. Sekaligus menjaganya untuk senantiasa dalam jalur kebaikan. Semoga kita bisa mewujudkannya dalam waktu yang tak lama lagi.   

Dengan demikian cukuplah sabda Rasulullah SAW berikut ini sebagai pengingat,  "Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya." (HR. Bukhari)

Wallahu a'lam bishshawab

Baca juga:

0 Comments: