
Oleh : Rohmawati
Pemerhati Sosial Jakarta
Nasib para buruh kini kian memprihatinkan. Buruh yang sejatinya di muliakan justru di hinakan dengan kebijakan-kebijakan yang tak masuk akal. Namun pemerintah hanya berpangku tangan dengan nasib para pejuang kehidupan. Solusi yang di rencanakan pun tak jua terlaksanakan. Hanya slogan basa basi yang selalu diagungkan oleh negeri dengan tujuan suara bisa di beli. Janji yang dijanjikan oleh negeripun faktanya tidak pernah pasti. Salah satunya janji para menteri untuk menaikan gaji.
Menteri ketenagaan (Manaker) Ida Fauziyah memberikan sinyal positif soal upah minimum provinsi 2023
Ida menyebutkan ada kenaikan UMP namun ia masih merahasiakan kenaikan tersebut. (Cnnindonesia, 30/10/22)
Menurut pemerintah sendiri perencanaan kebijakan tersebut adalah merupakan jawaban yang di berikan oleh pemerintah untuk para buruh. Yang dimana sebelumnya telah menuntut dinaikannya UMP tahun 2023. Namun hal tersebut tak jua diwujudkan. Sehingga dengan ini masyarakat menilai bahwa pemerintah hanya pemangku pada kepentingan penguasa yang tidak berpihak pada rakyatnya. Sebab itu masyarakat menuntut pemerintah untuk memenuhi janji-janjinya terhadap buruh.
Minimnya upah UMP menjadi deretan kisah derita rakyat saat ini. Dimana para penjabat tinggi yang katanya membersamai nyatanya hanya slogan basa basi demokrasi. Alih-alih mengurangi, rakyat justru semakin dibebani dengan gaya hidup negeri yang semakin tinggi. Terutama dari segi ekonomi yang kini semakin sulit di raih.
Inilah fakta yang terjadi dikehidupan yang mengetuhankan materi sebagai kebahagiaan hakiki. Sehingga keadilan sulit untuk diraih. Sebab semua perbuatan yang dilakukan harus mendatangkan pundi-pundi materi. Termasuk juga dalam menetapkan kebijakan aturan dalam kehidupan. Yang selalu bertentangan dengan aturan tuhan.
Para buruh yang sejatinya adalah manusia yang dimana mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan baik berupa uang maupun yang lainnya. Yang dimana dengan uang tersebut dapat menunjang kehidupannya. Hal ini yang sepatutnya mendapatkan perhatian khusus dari sebuah negara bukan justru di buat seolah-olah tak berdaya. Sebab sebuah intitusi negara berkewajiban memberikan keadilan bagi setiap rakyatnya. Termasuk bagi para buruh yang semestinya mendapatkan kesetaraan dan keadilan bagi kehidupannya. Baik dari segi gaji maupun dari segi keamanannya. Sebab para pegawai tersebut adalah merupakan penujang kehidupan anggota keluarganya.
Namun hal tersebut berbeda dengan kebijakan dalam negara Islam. Yang dimana para pegawai atau buruh sangatlah di muliakan. Jasa dan keringatnya dihargai dengan begitu mahal. Negara menjamin segala kebutuhan para buruh baik kebutuhan sekunder maupun primernya. Tak terkecuali juga dengan keamanannya. Sehingga para buruh tidak lagi dipandang sebagai bawahan. Namun di pandang sebagai saudara yang harus diperlakukan dengan sebaik mungkin. Sebagaimana kisah Rasulullah yang begitu amat mencintai para pekerja. Rasulullah pernah menjabat dan mencium tangan seorang buruh dan mengatakan bahwa tangan para buruh adalah tangan yang di cintai Allah dan Rasulnya. Hal tersebut menunjukan bahwa posisi seorang buruh sangatlah terhormat dalam Islam. Sebagaimana yang Allah telah dalam Al-Qur'an.
Allah Swt berfirman :
"Dan masing-masing orang memperoleh derajatnya dengan apa yang di kerjakannya." (Qs. Al-An'am : 132)
Dalam konsep Islam sendiri kesetraan dan keadilan antara pengusaha dan pegawai memikiki kesetaraan yang sama. Yang dimana antara keduanya saling membutuhkan. Sebab dalam Islam sendiri manusia memiliki kedudukan yang sama di mata Allah kecuali ketakwaannya. Karena takwa merupakan kemuliaan seseorang.
Dan kesetaraan dan keadilan ini sejatinya hanya akan terwujud dengan diterapkannya sistem Islam dalam kehidupan. Yang dimana aturannya bukan berdasarkan kepetingan melainkan atas dasar perintah tuhan yang harus di jalankan bagi setiap orang yang beriman yakni aturan Al-Qur'an dan As- Sunnah.
Wallahu a'lam bishowab
Baca juga:

0 Comments: