OPINI
Kepedulian Penguasa Terhadap Tragedi Halloween Korsel Vs Tragedi Kanjuruhan
Oleh. Ummu Arifah
Bulan Oktober 2022 diawali dan diakhiri dengan dua tragedi berdarah yang memakan banyak korban yaitu tragedi Kanjuruhan, Malang dan tragedi Halloween di Itaewon, Korea Selatan. Yang lebih miris, penguasa negeri ini menampakan dua sikap yang berbeda sebagai respon atas dua kejadian ini.
Penguasa Bersama Korban Itaewon
Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas tragedi Halloween yang menewaskan 149 orang di Itaewon, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022) malam waktu setempat. Hal itu disampaikan Kepala Negara dalam bahasa inggris melalui di akun Twitter-nya, Minggu (30/10/2022). Jokowi menyatakan bahwa Indonesia bersama rakyat Korea Selatan sangat berduka. Ia pun berharap korban yang terluka bisa segera pulih. (Kompas.com/4/11/2022)
Pihak penguasa yang terkait juga mengkonfirmasi bahwa dalam peristiwa ini tidak ada warga negara Indonesia yang menjadi korban di Korsel ini. Laporan ini dibuat setelah melakukan koordinasi dengan pihak KBRI Korea Selatan di sana dan memastikan bahwa tidak ada orang Indonesia yang berada di rumah sakit sekitar area Itaewon.
Sebanyak 149 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi Halloween di Itaewon, Korea Selatan, Sabtu malam waktu setempat. Pada Sabtu malam itu, terlapor sekitar 100.000 orang sedang memadati gang-gang sempit dan jalanan berliku di distrik Itaewon ini guna merayakan Halloween. Distrik Itaewon memang menjadi area populer di kalangan anak muda Korea Selatan dan ekspatriat. Disana terdapat puluhan bar dan restoran yang pada Sabtu (29/10/2022) tampak semakin ramai dengan hiasan untuk perayaan Halloween.
Tragedi Halloween Itaewon ini terjadi saat orang-orang berebut untuk keluar dari kerumunan yang terhimpit satu sama lain. Semuanya berusaha untuk keluar dari gang sempit. Naasnya, karena membludaknya orang yang datang dengan kondisi gang yang sempit, akhirnya tak mampu menampung lautan manusia yang ada. Terjepit antara satu sama lain, kurang napas bahkan terinjak-injak orang lain menjadi penyebab tingginya angka korban meninggal dalam tragedi ini.
Realitas Berbeda Dalam Tragedi Kanjuruhan
Jika dilihat secara saksama, terdapat persamaan antara apa yang terjadi di Kanjuruhan di awal bulan Oktober ini dengan tragedi Itaewon di akhir bulannya. Yaitu banyaknya orang yang berusaha untuk keluar lokasi melewati jalan yang sempit. Akhirnya, korban banyak berjatuhan karena sesak napas, terjepit dan bahkan terinjak-injak orang lain.
Atensi besar dunia pun ditampakan sebagai respon bela sungkawa atas dua kejadian berdarah ini. Hanya saja, seakan terdapat perhatian lebih besar yang diberikan oleh penguasa negeri kepada korban Itaewon secara khusus dan publik atau masyarakat Korea Selatan secara umum. Penguasa melalui Presiden Jokowi bahkan memberikan pernyataan melalui akun Twitter beliau untuk secara langsung menyampaikan rasa dukanya. Bahkan, terdapat diksi bahwa Indonesia bersama dengan rakyat Korea Selatan.
Hal ini berbeda dengan apa yang dialami oleh para korban Kanjuruhan baik itu yang meninggal dunia atau pun masih menjalani proses perawatan dan penyembuhan sampai saat ini. Tidak ada atensi yang menggambarkan bahwa pemerintah bersama dengan korban Kanjuruhan. Walaupun keduanya juga berhasil melenyapkan ratusan nyawa dalam semalam.
Kepedulian Penguasa Dalam Sistem Islam
Sistem Islam yang dilandaskan pada syari'at Islam yang diterapkan secara sempurna akan menghadirkan penguasa yang memiliki empati besar untuk rakyatnya. Segala apa yang dilakukan, dipikirkan dan diputuskan semata adalah untuk mencapai kemaslahatan umat karena inilah tujuan dari pelaksanaan tugas negara oleh setiap struktur pemerintahan yang ada.
Islam memberikan sejumlah mekanisme untuk menjaga nyawa dan jiwa manusia. Mulai dari menghadirkan kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan asasi sampai pada pemberian penjaminan keamanan atas segala pemanfaatan fasilitas dan infrastruktur negara yang dibuat. Bahkan, negara mewajibkan ketersediaan dana untuk pembangunan sarana publik yang dibutuhkan umat, tentunya dengan sistem keamanan yang tinggi.
Syari'at Islam sangat menjaga nyawa dan jiwa bahkan di setiap diri manusia, baik muslim atau pun non muslim. Kedua golongan ini tak dibedakan selama mereka sama-sama menjadi warga negara yang mau diatur dengan aturan Islam. Hilangnya satu nyawa amatlah dijaga jangan sampai terjadi. Sebagaimana pernyataan Khalifah Umar bin Khattab saat menjabat sebagai kepala negara kala itu. "Demi Allah jika ada seekor keledai jatuh terperosok dari negeri Irak aku khawatir keledai itu akan menuntut hisab aku di hari kiamat". Hal ini tentu membuktikan bagaimana syariat Islam amat menjaga keberlangsungan hidup setiap individu rakyatnya. Wallahu a'lam bishowab.
0 Comments: