OPINI
Ketika Mahasiswa Ingin Mendapat cuan secara instan.
Oleh : Ni’mah Fadeli (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Ratusan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) terjerat pinjaman dalam jaringan atau pinjaman online (pinjol) untuk penjualan yang ternyata bodong. Para mahasiswa diduga terpengaruh kakak tingkatnya untuk masuk grup WhatsApp usaha penjualan online, mereka diminta investasi dengan meminjam modal dari pinjol dengan keuntungan yang dijanjikan sebesar 10%. Ternyata keuntungan yang didapat tidak sesuai dengan cicilan yang harus dibayarkan sehingga timbul keresahan mahasiswa karena selalu ditagih oleh debt collector. Pengamat keuangan Piter Abdullah menilai hal ini terjadi karena mahasiswa tamak dan rakus, tidak mau bekerja keras sehingga memilih berspekulasi padahal tidak memiliki kemampuan keuangan dan juga kurangnya literasi pengetahuan. Piter yang juga merupakan Direktur Eksekutif Segara Institute sangat menyayangkan hal ini terjadi, apalagi di salah satu perguruan tinggi yang terkenal sangat bagus. (Republika.co.id, 15/11/2022).
Kasus yang hampir sama juga pernah menimpa 70 mahasiswa di Jember yang mengalami kerugian sebesar Rp 500 juta akibat investasi bodong. Menurut Muhammad Siswan Afandi, koordinator mahasiswa yang menjadi korban, para mahasiswa tersebut tergiur untuk melakukan investasi produk pertanian dengan keuntungan yang dapat diambil dalam waktu paling lambat satu pekan. Namun ternyata hingga berbulan-bulan keuntungan yang dijanjikan tak kunjung tiba dan ketika para mahasiswa mengajukan penarikan investasi, pelaku tidak dapat dihubungi dan tidak diketahui lagi keberadaannya. (www.ngopibareng.id, 18/10/2022)
Mahasiswa adalah agent of change (agen perubahan) yang berperan sebagai penggerak masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dengan menggunakan ilmu, gagasan serta pengetahuan yang dimiliki. Berbagai potensi yang dimiliki mahasiswa sangatlah besar, termasuk potensi untuk meningkatkan kemampuan finansial. Hal ini dapat dilakukan mahasiswa dengan berburu beasiswa, membantu penelitian dosen ataupun menjadi surveyor. Namun yang terjadi adalah mahasiswa cenderung ingin mendapat hasil secara instan sehingga memilih mengikuti berbagai investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu cepat tanpa berlelah-lelah meskipun tidak memiliki keuangan yang cukup dan mengandalkan pinjol.
Dunia yang dikuasai kapitalisme menjadikan semua hal di ukur secara materi. Mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya adalah tujuan yang harus dicapai dalam setiap bidang dari kalangan manapun. Termasuk dalam bidang pendidikan dan dilakukan oleh mahasiswa. Usia muda dan minim pengalaman menjadikan mahasiswa mudah tergiur dengan keuntungan yang ditawarkan, hal ini tentu tak muncul begitu saja. Bagaimanapun juga memang ada upaya pihak tertentu yang menyasar kalangan mahasiswa, seperti salah satu bursa efek yang sampai ke kampus-kampus di wilayah Indonesia Timur untuk menawarkan saham sehingga sahamnya didominasi pelajar dan mahasiswa yang berusia 14-25 tahun dengan jumlah 6.088 dari sekitar 17.000 saham.
Pemuda Indonesia, termasuk mahasiswa juga didorong untuk menjadi pelaku UMKM sehingga pemerintah memasukkannya pada kurikulum pembelajaran dalam bentuk Kurikulum Merdeka. Hal ini seperti yang disampaikan Presiden Jokowi dalam pidatonya ketika KTT ASEAN 40 di Pnom Penh dengan tajuk ‘Kapitalisasi, Bonus Demografi dan Penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)’. Maka tidak heran ketika mendapati mahasiswa yang berorientasi materi karena memang tingginya semangat entrepreneur dalam universitas.
Hal ini tentu berbeda dengan pendidikan dalam pandangan Islam. Dalam Islam, pendidikan bertujuan untuk membangun kepribadian Islam dan mempersiapkan para pemimpin umat yang memahami syariat Islam dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam ilmu Islam itu sendiri (ijtihad, fikih, atau peradilan) maupun dalam sains (teknik, kimia, kedokteran dan seterusnya). Dengan arah tujuan yang jelas maka mahasiswa akan paham bahwa dengan kepribadian Islam dan ilmu yang dimiliki akan mengantarnya pada kedudukan yang mulia karena setiap perbuatan bertujuan untuk mencari ridho Allah dan semata-mata tunduk pada syariat-Nya.
Keinginan mendapat cuan dalam cara instan juga tak akan terbersit dalam pikiran karena mahasiwa sibuk memperkaya diri dalam pengetahuan Islam demi menjadi pemimpin di masa datang. Maka sudah saatnya mahasiswa berpikir dalam sudut pandang Islam sehingga mampu mengikatkan diri dalam semua syariat-Nya dan selalu berpihak pada Islam, tidak netral atau oportunis karena hanya Islam yang membawa kebaikan bagi seluruh alam.
Wallahu a’lam bishawwab.
0 Comments: