![Kisah Abi dan Umi Hilang](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1dyBAjbc7JR3Sl4pLiKKKjKt93dAORNLf8ftrEv8eRnjvc7VMBCVeSJStk55s5tJi8O_h5KBowUPqWzD2ZvSIpfLeMii8dsYiB5S8jx6alGVsdSZoaMvITcD64CSqXH_NZxIaxbrxpJY/w700/1668496335970699-0.png)
Cerbung
Kisah Abi dan Umi Hilang
Oleh. Ratty S Leman
Abi dan Umi bercerita tentang bagaimana kisah mereka ketika terpisah dari rombongan haji.
Saat thawaf, keduanya masih bersama rombongan, begitu sai tiba-tiba bertemu Pak Mus di tempat sai. Abi dan Umi tidak menyangka akan bertemu Pak Mus yang rumahnya relatif dekat dengan keluarga Rara.
Pak Mus tidak pernah bercerita, eh ternyata bertemu di tanah suci. Pak Mus seorang yang seorang mubaligh dan pegawai Departemen Agama ini mengatakan jika beliau bertugas mengantar jemaah dari Brebes.
Merasa bertemu tetangga di tempat istimewa, Abi Umi merasa gembira dan mengobrol sebentar kemudian ditahalul oleh Pak Mus. Tidak bisa mengobrol lama, Pak Mus pamit menuju rombongannya yang sudah menunggu.
Selesai mengobrol Umi dan Abi mencari teman-teman satu rombongan. Mereka baru menyadari jika sudah terpisah dari rombongan. Wajah teman-teman satu rombongan tidak terlihat sama sekali meskipun sudah berusaha mencari ke sana kemari.
Entahlah bagaimana ceritanya, Abi dan Umi kemudian memutuskan untuk tetap menunggu di Masjidil Haram saja. Berharap semoga bisa ketemu lagi dengan teman-teman satu rombongan. Keduanya terus menunggu di dalam Masjidil Haram. Jika keluar khawatir makin tersesat. Keduanya hanya minum air zamzam sejak malam sampai siang hari.
Hingga kemudian beliau berdua mencari petugas dan melapor. Petugas menelpon maktab 4 kali, tetapi belum ada yang menjemput juga. Petugas sedikit marah, "Wah Pak, ini maktabnya tidak bertanggungjawab. Ditelpon 4 kali belum dijemput juga".
Alhamdulillah Abi punya inisiatif, minta tolong pada salah satu petugas untuk mengantar ke maktab dan Abi yang akan membayar ongkos taksinya. Begitulah ceritanya , Abi dan Umi diantar petugas Masjidil Haram sampai ke maktab.
Orang-orang tua memang punya potensi besar untuk tersesat karena banyak yang tidak mudah mengingat jalan yang tadi dilewati. Mereka kurang memperhatikan gedung-gedung apalagi tulisan-tulisan Arab, pokoknya asal jalan. Padahal sudah diingatkan, harus diingat-ingat masuk dari pintu berapa nanti keluar dari pintu itu juga. Maka sebaiknya yang sepuh-sepuh sebaiknya didampingi yang masih muda-muda yang relatif bisa diandalkan untuk mengawasi. Lebih aman lagi jika keluar maktab membawa kertas dan pulpen untuk menggambar rute perjalanan yang telah dilalui agar mudah menemukan kembali jalan untuk pulang.
.
.
Menunggu Suci
Ada sekitar 4 hari Rara harus menunggu bersih dari haid. Waktu 4 hari sebenarnya normal saja, tapi terasa lama karena Rara cepat-cepat ingin thawaf qudum.
Waktu menunggu digunakan untuk memulihkan kondisi yang masih capek selama perjalanan dari tanah air sampai ke tanah suci. Kegiatan terpenting baginya adalah mengulang-ulang pelajaran manasik agar semakin yakin, mantap dan lancar nantinya.
Sebenarnya sedih juga ketika Rara mendengar cerita ibu-ibu dan teman-teman yang sudah melihat indahnya Masjidil Haram dan bagaimana menakjubkannya Kakbah. Bagaimana pun juga dirinya harus tetap bersabar. Bukankah dia sendiri yang memutuskan untuk tidak minum pil penunda haid?
Empat hari sebelum berangkat ke Tanah Suci, Rara haid. Karena itu dia memutuskan biarlah yang bulan ini darah haid bisa keluar dulu. Minum pil penunda haidnya di bulan berikutnya saja agar bisa shalat Arbain ketika di Madinah.
Rara berpikir jika minum pil penunda haid jauh-jauh hari sebelum jadwal haidnya, nanti bisa mabuk pil. Apalagi dia paling tidak suka minum obat. Lagi pula darah haid jika ditahan terlalu lama akan menimbulkan penyakit.
Ya sudah, resikonya harus sabar menunggu dan menunggu. Sabar juga dengan pertanyaan orang-orang, "Kok gak sholat, Mbak?" Atau pertanyaan, "Kok gak ke Masjidil Haram?". Jika dijawab, "Sedang haid" biasanya akan ditanya lagi, "Kok gak minum pil, Mbak? Kan tahu disini mau ibadah". Hhmmmm ... Rara senyum-senyum saja dan sabar menghadapi pertanyaan begini. Dalam hatinya bilang, ya iyalah ke sini untuk ibadah, bukan untuk jalan-jalan he ... he ...
Untuk mengisi waktu Rara mencuci baju-baju kotor dan bebenah kamar. Selain itu ia punya kesibukan lain yakni menolong yang tersesat. Ternyata orang tersesat tidak hanya saat di Masjidil Haram saja, tapi juga di maktab. Semua pintu dan kamar hampir sama. Jika tidak diingatkan tinggal di lantai berapa dan kamar nomor berapa bisa pusing mencarinya. Bisa keliru masuk kamar orang.
Beberapa kali Rara menemukan orang-orang yang sudah sepuh berjalan ke sana ke mari, lupa kamarnya dan minta tolong diantar ke kamarnya. Tapi ketika ditanya, "Di lantai berapa, Mbah?" Mereka biasanya lupa dan hanya menyebut nama-nama temannya satu kamar. Yah, mana kita kenal semua orang 1 kloter. Akhirnya Rara suruh beliau duduk di tangga dan menunggu sambil bertanya ke sana ke sini menanyakan barangkali mengenal Mbah-Mbah yang sedang bingung mencari kamar.
Hari-hari pertama di Makkah banyak terdengar berita kehilangan. Kehilangan orangtua, kehilangan suami, kehilangan istri, kehilangan teman 1 regu dan lainnya. Setelah beberapa hari di Makkah keadaan ini bisa diatasi. Insya Allah banyak jamaah yang sudah hapal jalan pulang dari Masjidil Haram, jalan pulang ke maktab, hapal pula kamar masing-masing.
Menurut penuturan beberapa jamaah, ketika berangkat ke Masjidil Haram insya Allah tidak mengalami kesusahan karena hampir semua orang menuju ke sana pada saat dekat waktu salat. Tinggal berjalan mengikuti arus orang ramai, insya Allah sampai. Nah, permasalahannya berbeda ketika pulangnya. Biasanya ini yang membuat bingung. Tadi lewat sini gak ya? Lurus atau belok? Nyebrang jalan atau tidak? Wah, kalau sudah begini andalannya adalah mengikuti kata hati saja sambil banyak-banyak berdoa semoga sampai ke maktab dan tidak tersesat. Repot memang kalau sampai tersesat.
Bersambung [ ]
Baca juga:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwn1z-qW4alS9WG0uXNYw9abBTQkUnD4yrvjMXSlrcJgxpQTXaWt6AK6R3qPfittc16UQ1NitLgdbVZFrtQDNk5Qava1x8POat9AVzf6oQN_qM3XVi1aczrmpLH4haLUwV8i8vYx3LvEamEBFUKyfZcEgpQ6WCm5K6rELPqtWHSM0t3XaRLCbeGPTcsw/s16000/SSCQMedia.com.gif)
0 Comments: