OPINI
Liberalisme, Belenggu Masa Depan Generasi
Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Beragam agenda Barat terus mengancam kehidupan generasi. Mulai dari pacaran, pergaulan bebas, budaya party dan konser, terus mewarnai kehidupan generasi.
Kejadian demi kejadian pun seolah dianggap biasa saja. Seperti yang baru saja viral di media sosial. Sepasang remaja berpacaran sambil tiduran di dalam masjid (kilat.com, 14/11/2022). Sepasang remaja yang dimabuk asmara tersebut masih menggunakan seragam. Sungguh memprihatinkan.
Pacaran, salah satu budaya Barat yang sangat merusak. Bahkan di zaman sekarang, tidak pacaran dianggap kudet, kurang update. Tidak gaul.
Pacaran, termasuk salah satu agenda Barat yang menyelewengkan tujuan generasi Islam agar mereka menjadikan hawa nafsu sebagai raja. Tampaknya, semua usaha Barat berhasil. Generasi muda masuk ke lubang kehancuran. Ini tampak dari semakin liarnya pergaulan bebas dan ramainya perzinaan. Memprihatinkan.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 menyebutkan bahwa 81% pemudi telah berpacaran sedang pemuda 84% sudah berpacaran. Bahkan, mereka mulai berpacaran rata-rata sedari usia 10 hingga 17 tahun (liputan6.com, 22/11/2020). Sekretaris Umum Korps HMI wati ( Kohati) Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Mutya Gustina, memgungkapkan bahwa pacaran berpotensi timbulkan kekerasan seksual.
Pacaran yang terus terbiasa dan membudaya membentuk pergaulan yang kebablasan. Akibatnya, hamil di luar nikah, aborsi hingga tindak kriminal yang sadis, seperti pembunuhan yang dipicu dendam, cemburu, dan kerusakan lainnya.
Selain pacaran, budaya party pun telah menjadi urat nadi generasi. Mulai dari Valentine, Halloween, perayaan tahun baru, bahkan segala macam konser pun diikuti generasi muda. Demi satu kata. Keren. Karena menurut mereka, yang dikatakan modern dan keren adalah segala sesuatu yang kebarat-baratan. Miris.
Belum hilang dari ingatan, tragedi Halloween di Itaewon, Korea. Banyaknya korban jatuh sia-sia karena budaya Barat yang melenakan (CNNIndonesia.com, 2/11/2022). Tak hanya itu, beragam konser seperti konser Berdendang Bergoyang, konser musik dan beragam konser lain juga dilalap habis oleh para pemuda.
Pemuda yang hanya sekedar ikut-ikutan akhirnya ketagihan. Karena komunitas dan lingkungan yang "memaksa" para remaja. Agar "stay tune" pada beragam aktivitas yang sebetulnya nirmanfaat. Bahkan menciptakan perbuatan maksiat semakin menggebu.
Akankah segala kelalaian ini terus membelit masa depan generasi? Lantas akan dibawa kemana nasib generasi?
Sedih rasanya, saat menilik fakta yang kini selalu berseliweran. Pemuda yang kian hari kian tak mengenal arah kehidupan. Generasi seharusnya menjadi ujung tombak perjuangan. Perjuangan melawan penjajahan. Penjajahan yang kini terjadi adalah penjajahan pemikiran yang benar-benar merusak.
Segala kerusakan yang terjadi tak bisa dipungkiri sebagai produk sistem liberalisme yang kapitalistik. Sistem liberalisme, sistem yang memandang bahwa kehidupan berhak mendapatkan kebebasan sebebas-bebasnya tanpa kekangan aturan. Termasuk aturan agama. Sehingga dipastikan bahwa liberalisme pasti menggandeng sekulerisme. Paham yang memisahkan kehidupan dari segala aturan agama. HAM (Hak Asasi Manusia) dianggap sebagai perisai setiap perilaku manusia. Tanpa perlu menilik segala aturan yang mengekang kebebasan. Inilah biang kerok kerusakan.
Saat kerusakan dibiarkan terus menggerus akhirnya kebablasan dan merusak norma serta nilai kehidupan. Parahnya lagi, Barat dijadikan kiblat, panutan berpikir dan bertindak. Kehidupan pun kian hari kian parah. Generasi pun hancur luluh.
Islam sangat menjaga nasib generasi. Generasi wajib dibina dan diedukasi tentang akidah Islam yang sempurna. Negara memprioritaskan pembinaan yang sempurna demi terbentuknya generasi yang gemilang. Generasi muda pun paham betul tentang tujuan hidup yang sesungguhnya. Pantang hidup lalai dan nirakhlak.
Begitu banyak pemuda berprestasi pada masa kejayaan Islam. Usamah bin Zaid, saat berusia 18 tahun, mampu menjadi panglima perang saat jihad akbar menghadapi musuh. Saad bin Abu Waqash, saat usianya 17 tahun mampu melontarkan anak panah di jalan Allah. Beliau termasuk enam orang ahli syuro. Al Arqam bin Abi Arqam, saat usianya 16 tahun, menjadikan rumahnya sebagai tempat dakwah Rasulullah SAW selama 13 tahun berturut-turut. Zubair bin Awwam. Di saat usianya yang ke 15 tahun, ia menghunuskan pedang di jalan Allah. Dan masih banyak lagi pemuda cerdas penuh iman dan takwa. Gemilang dan cemerlang. MasyaAllah. Peradaban Islam yang melahirkan generasi gemilang.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya,
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa' : 9)
Takwa adalah bekal utama para pemuda. Agar mengerti tujuan utama kehidupan. Agar mampu bangkit dengan sebenar-benarnya kebangkitan.
Dalam pepatah Arab, diungkapkan bahwa "Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang". Para calon pemimpin tentu harus kuat, kuat iman, takwa dan beragam ilmu. Agar dapat memimpin umat dengan amanah dan bijaksana. Hal tersebut hanya dapat terwujud dalam sistem Islam. Satu-satunya sistem yang menjaga kualitas generasi. Dengan Islam generasi terjaga sempurna dalam lindungan syariat Islam yang menyeluruh.
Tak perlu ragu lagi. Saatnya campakkan sistem liberalisme sekuler yang menghinakan generasi. Dan menggantinya dengan sistem Islam yang mengemban tujuan mulia. Menggapai ridho Allah SWT di dunia agar selamat di akhirat kelak.
Wallahu a'lam .
0 Comments: