Headlines
Loading...

Oleh. Ummu Irul

Lisan merupakan salah satu anugerah Allah untuk manusia. Lisan termasuk bagian dari  panca indera (lima indera) manusia yang berfungsi sebagai pengecap dan berbicara. Ia diberikan kepada manusia untuk mempermudah komunikasi antara manusia satu dengan lainnya. Andai manusia tidak diberi karunia berupa lisan, bisa  dipastikan manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi. Meskipun ada cara lain misal isyarat, tapi hal itu tidaklah mudah. dibanding komunikasi langsung via lisan. 

Namun demikian, manusia harus waspada terkait dengan lisan ini, terlebih kita seorang Muslim yang meyakini bahwa setiap karunia Allah itu pasti dimintai pertanggung jawaban kelak di yaumul akhir.

Kita semua paham, bahwa lisan bisa berpotensi mengantarkan sang empunya selamat dalam kehidupannya di dunia maupun kehidupan  akheratnya. Namun di sisi lain, lisan itu pintar menyeret manusia menuju kehidupan yang nestapa selama-lamanya. 

Saking pentingnya menjaga lisan, maka baginda Rasulullah Saw telah mewanti-wanti kepada umatnya,

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. al-Bukhari).

Sudah sangat __cetha wela-wela__ pesan Rasulullah ini. Jika ingin selamat hidupnya baik di dunia yang fana ini maupun di akhirat kelak,  maka kita harus menjaga lisan kita. Waspada terhadap apa yang keluar darinya. 

Namun fakta hari ini begitu jauh dari pesan beliau Sang teladan (Rasulullah) ini. Kaum Muslim kerap kali menggunakan lisannya ini, keluar dari koridor yang telah disiapkan oleh Sang Kholik. Lisannya acapkali dipakai untuk melukai hati kaum Muslim yang notabene saudaranya sendiri. Lewat lisannya mereka mengumbar kata-kata yang menghina ajaran Islam, menista warisan Rasulullah serta bertutur kata yang tidak sopan hingga melukai orang lain.

Dan lebih miris lagi di negeri yang mayoritas Muslim ini, yang sering mengumbar lisan tersebut, justru para _punggowo kerajaan_.Mereka yang harusnya memberikan _tuladha_ kepada rakyatnya agar rakyat jelata senantiasa memelihara lisannya, justru hal sebaliknya yang mereka lakukan.

Mengapa para _punggawa kerajaan_ di negeri _wakanda_, tak henti-hentinya mengumbar lisannya? Tidakkah mereka menyadari bahwa segala sesuatu ada konsekuensinya? Ada pertanggung jawabannya, termasuk lisan?

Rasulullah Saw sudah mengingatkan, jika tak mampu berkata baik (sesuai syari'at Islam), maka lebih baik diam. Sebagaimana hadits berikut: "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Jika tidak bisa berkata baik, _diamlah_ Itu pilihan yang diajarkan Rasulullah, _role modelnya kaum Muslim. Jelas sudah pesan itu. Tapi mengapa masih banyak sekali kaum Muslim yang  _mbrengkel dari nasehat itu? Why?_

Tatkala kita telisik, sumber dari perbuatan mengumbar lisan adalah adanya virus kapitalisme dan sekularisme yang sudah beberapa dasawarsa dibiarkan  merajalela di negara ini. Dan berhasil merasuk jauh di benak kaum Muslim di negeri _wakanda_

Dengan pemahaman kapitalisme yang sudah mendarah daging, umat berfikir, "Jika harta ataupun uang serta kedudukan sudah di depan mata, maka sayang jika dilewatkan, meski titah sang majikan bertolak belakang dengan keimanan yang bersemayam di dada."

"Toh agama tidak perlu dibawa-bawa, tatkala berurusan dengan kebutuhan ini," itu lanjut sekularisme. Maka muncullah manusia-manusia yang suka menggunakan lisannya untuk hal-hal yang nirmanfaat. Mereka hanya fokus pada kenikmatan yang secuil itu (harta, tahta) di dunia ini. Na'udzu billah min dzalik!

Lantas adakah obat ampuh untuk membasmi virus kapitalisme -sekularisme,  yang telah berhasil menggerogoti pemikiran kaum Muslim ini?

Jawabnya, ada. Obat mujarab yang harus segera ditelan oleh kaum Muslim adalah Islam,  agamanya sendiri. Jadikan Islam sebagai menu sehari -hari. Jangan pernah ganti menu, yang tidak bersumber dari Islam. Pokoknya _Islam my choice_ Mengapa harus Islam. _Why not?_
Kita ini umat Islam, tidak aneh jika kita mengaplikasikan ajaran Islam dalam segala lini kehidupan. Saat mau menjemput rejeki? Pakailah cara Islam. Ketika mau berbicara? Pakailah etika Islam. Apabila memilih pakaian? Perhatikan rambu-rambu Islam. Jika didaulat menjadi pemimpin? Memimpinlah dengan cara Islam. Jika dipercaya menjadi _punggowo kerajaan_? Jalankan amanah sesuai pesan Rasulullah. Beruntunglah, kita kaum Muslim memiliki agama Islam. Pasalnya Islam memiliki aturan yang super lengkap. Masih mau pilih yang lain?  Jika memilih selain Islam, kecelakaanlah yang akan didapat, tidak hanya di dunia, namun di akherat sekaligus.

Tiada pilihan lagi bagi kita kaum Muslim, yang menginginkan selamat di dunia dan akhirat, kecuali kembali kepada koridor Allah 'Azza wa jalla semata. _Come back to Islam Kafah_ . Dengan Islam maka lisan-lisan kaum Muslimin maupun non muslim akan senantiasa terjaga, dari kata-kata yang unfaedah. Yang ada hanya ucapan-ucapan yang berfaedah dan in syaa Allah membawa berkah.

Mari kita renungkan pesan Nabi kita, Muhammad Saw berikut, 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُو لٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْ أَةُ رَاعِيَة فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُو لَة عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Kalian semua adalah pemimpin dan masing-masing dari kalian akan diminta (pertanggungjawaban) atas orang yang berada di bawah pimpinan kalian. Pemimpin bertanggung jawab atas rakyat. Suami adalah 'pemimpin' keluarga dan ia bertanggung jawab atas mereka. Perempuan adalah 'pemimpin' di rumah suaminya dan ia bertanggung jawab untuk hal itu.( HR.Bukhari Muslim).

Jelas sekali hadits di atas, bahwa setiap manusia itu pemimpin, termasuk memimpin diri sendiri dalam mengelola lisan.

Allah telah berfirman :

۞ لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.( QS. An -Nisa : 114)

Wallahu a'lam bishawab.

Baca juga:

0 Comments: