Headlines
Loading...
Paradoks Moderasi Beragama dalam Menyandera Jati Diri Pemuda

Paradoks Moderasi Beragama dalam Menyandera Jati Diri Pemuda


Oleh Afiyah Rasyad

Narasi moderasi beragama kian gencar dikampanyekan. Layaknya sebuah demo masak yang akan menyuguhkan hidangan lezat, moderasi beragama semakin dijajakan agar banyak peminat, terutama di kalangan pemuda. Mulai banyak kaum muslimin yang mengidap Islamofobia disebabkan oleh moderasi beragama.

Di Balik Ide Moderasi Beragama

Menilik moderasi beragama secara istilah adalah sebagai berikut.  Moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal (tatharruf). Pengertian ini yang kemudian dihidangkan dalam berbagai perhelatan kampanye moderasi beragama. Beragam tudingan, seperti radikal, dilontarkan pada para pemuda jika mereka terlalu kafah ketika  masuk Islam. 

Narasi radikalisme dalam moderasi beragama kian jauh menerobos jati diri pemuda. Di kampus-kampus, isu radikal bertebaran. Siapa pun dari para mahasiswa yang menyuarakan kebenaran Islam akan dilabeli radikal. Bahkan, ada pernyataan  "kampus sarang teroris". Untuk itulah moderasi beragama dianggap penting dan perlu untuk diusung di lingkungan perguruan tinggi. Di balik ide moderasi agama, ada misi besar barat untuk menceraikan Islam dari kehidupan umat dan pemuda Islam.

Sebuah Paradoks

Moderasi agama yang tegak untuk pembaruan Islam dan memberikan stigma pejuang Islam kafah sebagai orang yang radikal membuat pemuda khawatir. Mereka enggan masuk Islam secara kafah sebagaimana firman Allah Swt. Kampanye moderasi beragama membawa hawa yang menyakini bahwa  semua agama adalah sama. Sekilas, tampak indah dan terkesan toleran saat memberikan sapa dan salam pembuka dengan salam keberagaman. Akan tetapi,  keindahan itu justru menyandera akidah kaum muslimin, terutama pemuda muslim, yang sering menjadi target kampanye moderasi beragama.

Label radikalisme merupakan derivasi opini umum terorisme yang menjadi slogan dunia 'war on terrorism' pasca peristiwa 9/11. Narasi radikalisme lebih diintensifkan dalam kancah kehidupan internasional. Narasi tersebut menyasar kepada kaum muslimin, termasuk para pemuda yang taat beragama. Akhir-akhir ini, kampus menjadi lahan narasi radikalisme.

Rasa khawatir berlebihan o terhadap Islam mulai menjangkiti dunia kampus. Moderasi beragama menjadi sebuah paradoks yang justru menjauhkan pemuda dari akidah Islam. Para pemuda enggan menetapkan diri sebagai muslim sejati, muslim kafah yang memfokuskan hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Bahkan pemuda saat ini banyak yang memilih diam seribu bahasa, karena saat menyuarakan kebenaran Islam, risikonya adalah dipersekusi bahkan diintimidasi.

Jati diri pemuda muslim tergadai karena paradoks moderasi beragama. Rasa takut dan khawatir akan identitas dirinya sebagai muslim sangat tampak jelas. Apalagi untuk mengemban dan memperjuangkan Islam kafah, nyalinya sudah ciut. Demikianlah sistem kapitalisme membuat barat terus berinovasi dalam mengaburkan jati diri pemuda melalui ide moderasi beragama.

Posisi Tawar Pemuda dalam Pandangan Islam

Posisi pemuda adalah pemimpin masa depan sekaligus berperan sebagai agen perubahan menuju kualitas bangsa yang lebih baik. Berbicara tentang bangsa yang berkualitas baik, maka menyandarkan kepada moderasi beragama sangat tidak mungkin. Satu-satunya jalan untuk menjadikan jati diri pemuda dalam posisi yang baik adalah dengan kembali pada Zat Yang Maha Baik. Mengapa? Sebab Islam akan meletakkan para pemuda pada posisi yang tepat dengan predikat 'agent of change'. 

Harus ada upaya serius untuk menyelamatkan generasi muda dari moderasi beragama. Pemuda harus disadarkan tentang bahaya moderasi Islam dan mendapatkan gambaran jelas mengenai Islam secara utuh, yakni Islam kafah. Tujuannya tidak lain agar mereka tidak terjebak dalam upaya Barat merusak jati diri pemuda.

Siapa yang harus menyadarkan? Seharusnya negara. Namun karena tugas negara saat ini justru ber'khidmat' pada sistem kapitalisme yang menyuburkan moderasi beragama, maka upaya mengembalikan posisi tawar pemuda  pada jati diri dan fitrahnya akan dilakukan oleh kelompok atau komunitas yang 'sahih', memiliki ide dan metode yang 'sahih' pula.

Kelompok ini akan berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan mengemban ideologi Islam. Upaya memahamkan pemuda dilakukan secara sistematis dari  seluruh aspek kehidupan. Mulai dari lingkungan pendidikan, media, hingga keluarga. Semuanya  harus turut melindungi generasi dengan memberikan pemahaman yang benar tentang Islam. Maka, kelompok yang 'sahih' ini akan terus menyadarkan pemuda untuk berjuang mengembalikan kehidupan Islam sebagai sebuah sistem utuh yang diterapkan oleh negara. Dengan demikian, posisi tawar pemuda akan berada di jalur yang benar.

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: