Headlines
Loading...
Peran Pemuda dalam Memerdekakan Bangsa dari Penjajah

Peran Pemuda dalam Memerdekakan Bangsa dari Penjajah


Oleh Ummu Faiha Hasna

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.  Sahabat muslimah di manapun berada, apa kabarnya hari ini?  Semoga semuanya dalam keadaan sehat wal'afiat dan selalu dalam lindungan-Nya.

Shalawat & salam senantiasa kita haturkan kepada uswah dan qudwah kita, Nabi Allah, Muhammad shalallahu'alaihi wassalam. Semoga kita semua termasuk umatnya yang senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunah hingga Yaumil Akhir khir nanti.  Aamiin ya Rabbal alamin. 

Sahabat Muslimah, pada 28 Oktober lalu, negeri ini kembali memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-94. Peringatan ini merupakan momentum yang menunjukkan peran pemuda dalam memerdekakan bangsa dari penjajahan. Tahun ini, peringatan Hari Sumpah Pemuda mengusung tema “Bersama Bangun Bangsa”.

Di tengah keterpurukan bangsa dalam berbagai aspek, kehadiran para pemuda memang ditunggu-tunggu. Meski demikian, di tengah peringatan peristiwa bersejarah itu, sejumlah masalah pun melingkupi para pemuda.

Pemuda dalam Lingkaran Problematika 

Masa muda merupakan fase ketika manusia berada di titik produktivitas yang tinggi. Semangat mereka membara dengan dukungan fisik yang tangguh. Kreativitas pemuda selalu mengundang decak kagum masyarakat. Sayangnya, potensi besar pemuda ini berkelindan dengan berbagai problem akut yang justru membajak potensi mereka.

Kini, para pemuda biasa memperingati momentum ini sebagai titik tolak perjuangan kemerdekaan. Seperti diketahui,  proses kemerdekaan Indonesia banyak melibatkan peran dari para pemuda.
Sudah dipahami bahwa pemuda merupakan tonggak kebangkitan suatu kaum, terlepas dari kondisi kaum apapun itu. Jiwanya yang mudah terbakar semangat, beegelora, berapi-api, punya jiwa revolusioner dan semangat juang tinggi merupakan beberapa faktor mengapa pemuda selalu memegang peran penting dalam kebangkitan.

Kaum muda sekarang dilenakan oleh segala kemudahan memperoleh arus informasi dari media sosial, sehingga mereka tidak mampu menyaring mana informasi yang baik dan buruk bagi mereka. 

Semangat Sumpah Pemuda itu coba direalisasikan oleh para pemuda dari tahun ke tahun, demi kebangkitan dan kemajuan negeri ini. Namun sayang, setelah lebih dari 70 tahun negeri ini merdeka, kebangkitan yang diharapkan masih belum juga tercapai. Alih-alih, negeri ini malah semakin terperosok ke dalam jurang kemunduran dan kerusakan.
Kezaliman, kemiskinan, kebodohan, korupsi, disintegrasi, kemerosotan moral, termasuk penjajahan dalam berbagai jenisnya terus menimpa negeri ini, seolah-olah badai tak pernah berhenti. 
Kecenderungan kemundurannya terus naik setiap tahun. Indonesia menjadi negara pengutang, dengan jumlah utang luar negeri saat ini mencapai hampir 4000 triliun rupiah.

Kekayaan alam Indonesia melimpah, tapi sebagian besar dikuasai swasta. Masyarakat hanya mendapat remah-remah kecilnya. Suplai energinya buruk.  Jutaan rumah rakyat masih belum diterangi listrik sama sekali.
Walaupun telah terjadi pergantian kepemimpinan beberapa kali, tidak ada pengaruh berarti. Negeri ini terus saja terpuruk. Reformasi 1998 yang diharapkan membawa negeri ini ke arah lebih baik, malah menjerumuskan Indonesia ke jurang neo-liberalisme yang makin menghisap darah rakyat.
Belum termasuk masalah pemudanya sendiri, yang kini terjajah dalam mentalitas dan perilaku menyimpang. Sikap pragmatis, apatis, apolitis, dan permisif telah menjangkiti para pemuda di negeri ini.

Mereka menjauh dari urusan politik dan tidak lagi peduli akan persoalan yang menimpa negeri ini. Yang dipedulikan hanya urusan perutnya sendiri. Kasus pergaulan bebas dan HIV/AIDS di Indonesia menempati urutan tertinggi di kalangan generasi muda. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, pada 2022, sebanyak 1.188 anak Indonesia usia 15—19 tahun mengidap positif HIV. Di sisi lain, penyakit mental menjadi teror baru bagi generasi muda. Tren bunuh diri dan gangguan mental dengan berbagai jenisnya kian meningkat.
Tawuran, penyimpangan seksual (L69T), budaya hidup hedonis dan kebarat-baratan, seperti:  
- Peristiwa kanjuruhan yang menelan korban 180 jiwa.
- Tragedi perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan. Sedikitnya 153 orang meninggal dunia pada Sabtu. 
Belum lagi latah invasi gaya hidup asing, narkoba sudah mendominasi pergaulan dan gaya hidup pemuda sekarang.

Ini jelas sangat jauh dari peran pemuda yang seharusnya  sebagai agen (penggerak) perubahan dan harapan masa depan bangsa.
Ada minoritas dari kaum pemuda yang serius  memperjuangkan kebangkitan negeri ini melalui semangatnya. Sayang, perubahan yang digagasnya pun hanya sekadar perubahan semu. Mereka hanya berusaha mengulang apa yang terbukti gagal membawa negeri ini bangkit. 
Mereka bagai "katak dalam tempurung", menganggap tidak ada jalan lain untuk memperbaiki kondisi negeri ini. Ketika ditawarkan solusi alternatif lain, mereka menolaknya dengan dalih alternatif itu tidak realistis, tidak cocok bahkan mengancam kebhinekaan dan anti-Pancasila!

Sahabat muslimah, membahas setiap sisi kehidupan generasi muda tidak lepas dari arah pandang mengenai kehidupan, berikut sistem yang melingkupi manusia. Tindakan yang manusia lakukan pada dasarnya ditentukan oleh pandangannya mengenai kehidupan. Semua fakta di atas itu menunjukkan bahwa ada yang salah dalam kelahiran dan pembentukan negeri inekularisme-demokrasi yang rusak sebagai dasar negara menjadi akar persoalan dari segala jenis kerusakan yang terjadi. 
Sekularisme-Demokrasi ini melahirkan nasionalisme, yang menjadi spirit dalam sumpah pemuda yang digagas puluhan tahun lalu. Dari sistem ini pula, lahir sistem pemerintahan sekuler, dan turunannya, sistem pendidikan sekuler dan liberal. 
Pemuda dididik sejak awal untuk menjadi robot-robot produksi bagi perusahaan, alih-alih intelektual yang mampu berpikir cemerlang untuk memperbaiki negeri. Faktor-faktor inilah yang menjadikan negeri ini dengan para pemudanya terjebak dalam berbagai persoalan yang tersebut di atas dan  menjadikannya jatuh. 

Di sisi lain, kondisi pemuda saat ini juga tidak lepas dari arus budaya barat yang terus menerornya. Budaya tersebut menyusup di ruang-ruang privat generasi melalui tontonan yang berubah jadi tuntunan. Dunia maya menjadi ruang bebas yang menawarkan hal itu. Karakter dunia maya mudah membuat remaja menyerap dan mentransfer apapun yang mereka dapati di ruang digital.

Pembajakan potensi pemuda kian leluasa. Alih-alih memikirkan bangsa, pemuda kita kian cuek dan tenggelam dalam sifat individualisnya. Jika pun ada suara sosok milenial yang muncul menyuarakan masalah bangsa, suara mereka tersandera dalam euforia politik ala sekularisme.

Ironis, bahwa sumpah pemuda yang dicetuskan tahun 1928 silam yang menjadikan sekularisme dan nasionalisme sebagai landasan berdirinya negara Indonesia dengan harapan bisa membawa kemajuan, justru menjadi kontraproduktif dengan harapan itu sendiri. 
Negara ini terpuruk dan sengsara. Para pemudanya menjadi generasi pembebek tanpa identitas, dan tidak peduli akan nasib negerinya. Walaupun masih ada yang peduli, persentasenya sangat kecil. Itupun cenderung didera kegalauan tentang bagaimana seharusnya memperbaiki Indonesia.
Penyeruan perubahan dengan menumbuhkan kembali semangat nasionalisme dan kembali pada Pancasila dan UUD 1945 tinggal menjadi retorika. Puluhan tahun negeri ini merdeka, namun semua slogan tersebut sama sekali tidak menjadikan negara ini maju. Semangat nasionalisme sendiri justru bersifat lemah dan temporer, sehingga tidak layak untuk menjadi semangat dan ikatan pemersatu demi kemajuan negeri ini.

Jelaslah bahwa kerusakan dan keterpurukan yang dialami negeri ini adalah akibat penerapan sistem (aturan) buatan manusia untuk mengatur berbagai urusan. Kebangkitan dan kemajuan yang berasal dari sistem sekuler hanya kebangkitan semu, rapuh dan mudah hancur.

Islam Akan kembali bangkit di Tangan Para Pemuda Islam

Pemuda dan pemudi muslim saat ini adalah harapan umat di masa yang akan datang, karena mereka adalah calon pemimpin di masa depan. Para pemuda inilah yang kelak harus meneruskan estafet perjuangan untuk meninggikan kalimat Allah. Mereka harus menjaga diri agar selalu berada di jalan yang benar dan menjadi pembela Islam di masa depan. Pemuda harus disiapkan untuk memperjuangkan tegaknya sistem Islam secara kafah dan menjadi pengisi peradaban gemilang.

Maka, tidak ada jalan lain selain mengembalikan kedaulatan pada Allah Swt. Hanya sistem dan aturan-Nya yang layak diterapkan. Sistem ini telah nyata membawa manusia berada di puncak peradabannya selama lebih dari 13 abad sejak masa Rasulullah ï·º. 

Sistem yang benar dan pemimpin yang amanah, yaitu pemimpin yang mau menjalankan setiap aturan Allah dengan konsekuen, menjadi kunci perubahan hakiki yang diharapkan umat manusia, khususnya di negeri ini.
Dengan penerapan aturan Allah, yaitu syariat Islam, dalam naungan sistem Islam, yakni Khil4f4h, negeri ini bisa mengatasi segala persoalannya dengan tepat dan lepas dari berbagai problematika kompleks yang menjeratnya sejak awal kemerdekaan. 
Sistem Islam adalah sebuah sistem yang 'khas', memiliki metode penyelesaian efektif karena memiliki  aturan yang terbaik bagi kehidupan, yakni Kitabullah dan sunah RasulNya, yang menjadi pokok syariat Islam.

Rasulullah ï·º bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni Kitabullah dan sunah Rasulullah.” (HR Ahmad dan Hakim)
Tugas mulia tersebut tentu tidak mudah. Dibutuhkan pemuda-pemudi istimewa yang berkepribadian Islam, dan selalu memiliki kesadaran bahwa mereka senantiasa diawasi oleh Allah. Kesadaran itu yang menjauhkan dirinya dari segala perbuatan yang dilarang oleh Allah. Kesadaran ini akan melahirkan sifat istikamah dalam berpegang pada Al-Qur’an dan sunah. Bahkan, menjadi kebanggaan tersendiri ketika harus tampil beda dengan teman-teman seusianya. Sebuah kebanggaan menjadi seorang muslim yang ber-Islam Kafah. 

Islam tak pernah kekurangan stok teladan pemuda unggulan di sepanjang peradaban. Pemuda muslim masa depan harus mengenal sejarah zaman keemasan Islam yang pernah berjaya selama 13 abad lamanya. Luas wilayah Kekhil4f4h4n Islam saat itu telah meliputi 2/3 belahan dunia. Jumlah para ulama dan ilmuwan juga sangat banyak pada masa kegemilangan Islam. Sistem pendidikan Islam nyata berhasil melahirkan para ulama besar dan ilmuwan yang namanya harum hingga saat ini. Dengan begitu, kebanggaan pemuda akan terus bertambah.

Bagaimana mereka tidak bangga dengan Imam Syafi'i (150 H-204 H), ahli Fiqih, hafiz Al-Qur’an di usia 7 tahun. Di antara karyanya, yaitu: Ar Risalah Al Qadimah (Kitab al Hujjah), Ar-Risalah Al-Jadidah, Kitab al Umm. Belum lagi Imam Hambali (164 H-241 H), ahli Hadis dan Fiqih, karyanya adalah Musnad  Ahmad Hambali. Beliau memeriksa 750.000 hadis dan memilih yang Shahih 40.000. Ada lagi Ibnu Sina/Avecenna (908-1037M), pakar kedokteran, pakar ilmu pemerintahan, filsafat, astronomi, dan matematika. 

Maka menjadi catatan tersendiri bagi pemuda muslim di masa depan, agar mereka senantiasa diliputi rasa takut dan malu jika tidak mampu berkontribusi untuk umat. Salah satunya dengan selalu mengingat firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18-19)

Selain itu, pemuda muslim masa depan juga harus tumbuh bersama dengan teman-teman yang saleh, yaitu teman-teman yang memiliki budaya mulia saling menasihati dalam ketakwaan dan saling menguatkan dalam kesabaran. Bersama mereka, para pemuda-pemudi kita akan  saling menguatkan dalam langkah perjuangan meraih kejayaan Islam kembali, dan mampu bersinergi dalam barisan yang kokoh. Hal ini tentu akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kebangkitan umat. Mereka bisa mewujudkan predikat sebagai umat terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia. 

Menurut Imam Ibnu Katsir, 'khairu ummah' juga bermakna 'khairunnaas', yaitu yang memberi manfaat kepada manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Dengan demikian, 'khairunnaas' adalah orang yang berdakwah menegakkan Islam secara kafah. Bukan penyeru kepada nasionalisme dan Demokrasi sekuler. Bukan pula menjadi bagian dari barisan yang mengokohkan sistem kapitalis, sekuler, dan liberal.

Sudah pasti hal ini tidak mudah.  Ini adalah tugas berat bagi kita sebagai orang tua dari pemuda dan pemudi muslim. Terlebih saat ini kita berada dalam masyarakat dan negara yang telah rusak sedari asas hingga setiap bangunan di atasnya. 

Sudah seharusnya para pemuda berperan dalam usaha mengembalikan kedaulatan hanya pada syara’, dengan berusaha untuk menegakkan kembali Khil4f4h Islamiyyah, sebagaimana dulu para pemuda di zaman Rasulullah dan masa-masa setelahnya. Mereka tanpa lelah berdakwah menyebarkan ide-ide Islam, sehingga berdirilah kekuatan Islam yang berhasil membawa umat manusia dalam kebangkitan dan kemajuan yang hakiki dalam segala sendi kehidupan. 
Peran ini sangat urgen untuk diambil, khususnya ketika ide Khil4f4h dikriminalisasi dan dilarang oleh penguasa korup, dengan alasan-alasan absurd yang tidak bisa diterima akal sehat siapapun.
Dengan begini, peran pemuda sebagai agen perubahan akan terwujud  dengan mempererat genggaman kita pada tali Allah yang kokoh. Di pundak pemuda,  Islam akan kembali jaya. Aamiin 

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: