Headlines
Loading...
Oleh. Arik Rahmawati

Perayaan Halloween di distrik Itaewon Korea Selatan telah menelan korban ratusan orang. Kejadian ini terjadi pada hari Sabtu malam pukul 22.00 waktu Korsel pada hari Sabtu tanggal  29 Oktober 2022. Pesta pora di gang sempit Itaewon setelah bebas dari Covid sejak 2019 di hari Sabtu karena Minggu bertepatan dengan hari libur. Tumpah ruah masyarakat melakukan perayaan besar-besaran. Semakin malam jumlah peserta semakin tidak terkendali dan akhirnya mengakibatkan desakan hingga menimbulkan gagal nafas. 

Kita semua tentunya berduka atas kejadian tersebut. Kita bersedih dengan banyaknya korban jiwa dari generasi muda orang- orang Korea. Mereka yang masih panjang harapan hidupnya ini harus mati terinjak-injak. Tentunya kita juga mengucapkan bela sungkawa kepada rakyat Korsel karena mereka adalah rakyat yang patut untuk dilindungi. Para korban adalah rakyat yang harus dimuliakan hidupnya. Tak sepatutnya mereka kehilangan nyawa secara sia-sia. Tak sepatutnya mereka mendapat perlakuan yang di luar batas kemanusiaan. Oleh karena itu sudah semestinya peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua bahwa kondisi ini tidak seharusnya terjadi. Seharusnya ada penanganan yang lebih baik ke depannya oleh penguasa setempat. 

Kejadian di Itaewon ini mengingatkan kita kepada tragedi Kanjuruhan di Malang beberapa bulan yang lalu. Kejadian di Kanjuruhan beberapa waktu lalu banyak meninggalkan duka. Banyak korban berjatuhan kebanyakan yang berusia muda. Mereka meninggal karena kesulitan bernafas dan terinjak-injak. 

Dikabarkan bahwa presiden Korea Selatan mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas peristiwa tersebut. Presiden menyampaikan pesan bahwa setelah kejadian tersebut menjadi masa berkabung nasional hingga waktu yang ditentukan. 

Lantas apa bedanya dengan kasus Kanjuruhan? Kalau di Korea Selatan Presiden Korsel mengucapkan bela sungkawa dan menetapkan hari berkabung nasional hingga batas waktu yang ditentukan. Sedangkan pada kasus di Kanjuruhan tak ada ucapan presiden  Indonesia untuk berkabung dengan serentak di seluruh Indonesia. Kasus Kanjuruhan seolah kejadian biasa tanpa ada yang perlu dituntut untuk bertanggungjawab. Bahkan konon yang disalahkan adalah bentuk tangga dan konstruksi bangunan. 

Menurut saksi mata bahwa kejadian di Korsel ini sangat mengerikan. Kondisi semakin tak karuan itu menjelang pukul 22.00 waktu Korea Selatan. Ratusan warga memadati gang sempit tersebut dengan kepadatan sepuluh kali lipat dari biasanya. Didapati bahwa pengunjung  juga ada yang memakai narkoba. Dikabarkan juga bahwa pihak keamanan kurang sigap dalam mengamankan acara tersebut. 

Lantas bagaimana Islam memandang tentang keamanan warga? 

Dalam Islam dijelaskan bahwa negara memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kepada rakyatnya dalam hal pendidikan, kesehatan dan keamanan. Tak boleh ada rakyatnya yang mati  sia-sia. Tidak boleh ada pihak pihak yang berbuat kezaliman atas orang lain. Karena nyawa adalah sesuatu yang mahal harganya. Nyawa dalam Islam adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi.Tak boleh ada orang yang merampas nyawa orang lain tanpa alasan yang hak. Membunuh adalah salah satu dosa besar di hadapan Allah Swt yang pelakunya akan mendapatkan hukuman qishos. 

Begitu pula Allah telah memuji seorang hamba jika memberikan kehidupan satu saja manusia ibarat menghidupkan seluruh umat manusia di bumi ini. MasyaAllah. Untuk itu nyawa itu tidak hanya dihitung dengan angka atau jumlah tapi makhluk Allah yang harus dijaga eksistensinya. Tak boleh menumpahkan darah tanpa alasan yang hak. 

Jangankan manusia, hewan pun juga telah diberikan perlindungan yang istimewa ketika Kh!l4f4h Islam diterapkan. Dikisahkan dalam sejarah bahwa jalan yang berlubang yang memungkinkan hewan terperosok ke dalamnya akan menjadi pertanggungjawaban Kh4lif4h kelak di yaumil akhir. 

Untuk itu pemerintah harus bertanggung jawab terhadap keamanan dalam perayaan di tengah tengah warganya. Seharusnya pihak berwajib melakukan antisipasi sebelum acara dimulai dari memastikan berapa orang yang datang dan menyetop jika pengunjung sudah berlebihan. Penguasa memberikan fasilitas yang aman untuk berkumpul. Pihak-pihak yang terkait memberikan fasilitas kesehatan yang memadai. 

Pemerintah dengan segenap jajarannya melakukan briefing atau gladi bersih sebelum acara dimulai. Melakukan berbagai analisa terhadap kemungkinan yang akan muncul jika terjadi chaos

Untuk itu paradigma melindungi rakyat itu harus tertanam kuat kepada para aparatur negara. Tidak boleh ada tendensi membiarkan urusan umat terbengkalai. Mereka akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Kaum muslimin sudah saatnya mewujudkan kepemimpinan yang amanah di tengah-tengah umat. Kepemimpinan yang mampu melindungi umat dari mara bahaya baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Kepemimpinan yang mampu membebaskan umat dari penyembahan kepada selain Allah menuju kepada penyembahan Allah Swt.

Baca juga:

0 Comments: