
Oleh. Choirin Fitri
Sob, manusia enggak sama dengan hewan. Meskipun sama-sama punya otak, tetapi hewan enggak punya akal. Hewan enggak akan bisa mikir seperti kita. Hanya bisa mengikuti insting kehewanan sehingga ia bisa membedakan batu enggak bisa dimakan, sedangkan buah bisa dimakan.
Manusia punya akal. Dengan akal inilah manusia bisa berpikir. Sehingga, ia masuk jajaran makhluk sempurna ya karena akal ini.
Nah, usut punya usut taraf berpikir manusia itu beda-beda. Inilah yang nantinya akan membuat ia bisa atau tidak melakukan sesuatu. So, yuk cek taraf berpikirmu! Masuk kategori apa sih?
Pertama, taraf berpikir dangkal (sutkhi).
Taraf berpikir ini hanya sampai kita tahu nama benda-benda atau apapun di sekitar kita. Misalnya: sama-sama alat tulis, tetapi kita tahu bedanya bolpoin dengan pensil. Kita pun tahu kalau untuk menghapus goresan pensil dengan karet penghapus. Berbeda jika ada goresan bolpoin, kita kudu menggunakan tipe-x untuk menghapusnya.
Taraf berpikir ini biasanya untuk balita yang baru bisa ngomong atau dikenalkan benda-benda di sekitarnya. Dengan adanya pengulangan pemberitahuan anak-anak akan bisa tahu nama-nama apa saja yang ditunjuk untuk disebutkan.
Kedua, taraf berpikir mendalam (amiq).
Taraf berpikir ini lebih tinggi dari berpikir dangkal. Kita enggak hanya tahu nama-nama benda. Lebih dari itu kita tahu unsur yang pembentuk, fungsi, kelebihan, kekurangan, dan berbagai hal lainnya.
Taraf berpikir ini biasanya mulai diperkenalkan saat kita masuk sekolah. Mulai play group sebenarnya sudah diajarkan, meski masih sederhana. Seiring bertambahnya usia kita akan banyak diajak berpikir dan dikenalkan dengan lebih baik.
Taraf berpikir ini yang paling banyak dimiliki oleh para ilmuwan. Mereka meneliti satu objek tertentu, mengembangkannya, hingga berbagai pemikiran yang dihasilkan dari proses penelitiannya masih masuk kategori berpikir mendalam. Belum sampai kategori pemikiran tertinggi.
Ketiga, taraf berpikir cemerlang (mustanir).
Taraf berpikir ketiga ini adalah taraf berpikir paling tinggi. Tak hanya cukup berpikir hingga mampu menyebutkan nama-nama apapun seperti taraf berpikir rendah. Tak juga hanya bisa menganalisa suatu benda seperti taraf berpikir mendalam. Taraf berpikir cemerlang sampai pada satu titik kesimpulan bahwa ada yang menciptakan dan mengatur setiap apapun yang bisa diindranya.
Contoh: ketika kita keluar ruangan dan melihat ke atas. Benda mirip kapas yang melayang-layang kita enggak hanya bisa menyebutkan awan. Kita pun tak cukup bisa menyebutkan jenis-jenis Awan berserta fungsi dan cara terbentuknya. Namun, kita bakal berpikir lebih jauh. Siapa sih pencipta awan? Siapa pula yang mengatur awan hingga ia tak jatuh berserakan?
Jika kita sampai pada satu kesimpulan besar bahwa yang menciptakan awan dan mengatur awan adalah Allah, maka kita sudah masuk taraf berpikir cemerlang. Why? Karena kita menyadari betul bahwa Allah adalah Al-Khalik Al-Mudabbir, Pencipta sekaligus Pengatur.
Allah berfirman dalam surah Saba' ayat 9:
اَفَلَمْ يَرَوْا اِلٰى مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ اِنْ نَّشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الْاَرْضَ اَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِّنَ السَّمَاۤءِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيْبٍ ࣖ
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka kepingan-kepingan dari langit. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya)."
Sob, perhatikan ayat ini! Ini adalah salah satu ayat dari banyak ayat yang memerintahkan kita untuk berpikir. Bukan berpikir dangkal atau mendalam, tetapi berpikir mustanir alias cemerlang.
Kita harus sampai pada satu kesimpulan besar bahwa berkat kekuasaan Allah-lah langit yang tinggi itu tidak jatuh menimpa kita. Berkat kekuasaan-Nya pula kita enggak terbenam di bumi saat kita berjalan.
Memang Allah is the best Rabb. Rabb terbaik yang menciptakan kita dengan sempurna serta mau mengatur kita agar tak salah arah. Sayangnya, seringkali kita enggak mau berpikir mustanir. Efeknya ada banyak sisi hidup yang kita enggak mau terikat dengan aturan Allah. Efeknya? Pasti kerusakan yang terjadi. Bukan malah kebaikan.
Coba aja bayangkan andai langit tetiba membangkang pada Allah. Heeemmm, bisa-bisa kita tertimpa reruntuhannya. Namun, luar biasanya makhluk Allah bernama langit ini enggak pernah membangkang.
Beda banget dengan kita. Allah memberikan aturan pada kita untuk mensyukuri nikmat tubuh yang sempurna. Eh, berani-beraninya kita mengubahnya dengan oplas alias operasi plastik yang efek jangka panjangnya malah merusak tubuh kita. Plus, dosa pula karena melanggar aturan-Nya.
So, efek positif dari berpikir cemerlang ini akan membuat kita makin taat pada Allah. Kita bakalan menjadikan Allah sebagai Al-Khalik Al-Mudabbir dalam segala hal. Tanpa tapi, tanpa nanti. Yakin deh!
Batu, 6 November 2022
Baca juga:

0 Comments: