Headlines
Loading...
Oleh. Noviana Irawaty

Terkejut melihat _test pack_ bergaris dua. Tak disangka tak dinyana, aah masa sih, benarkah ini? MasyaAllah alhamdulillah, bersimpuh sujud syukur, menangis bahagia. 

Diagnosa dokter lima belas tahun silam, terjadi ketidakseimbangan hormon yang dihasilkan indung telur. Ini bisa menyebabkan kista, miom, kanker, bahkan mandul. Ya Rabbiy...

Kukira hanya punya anak satu saja. Lanangku kini telah remaja empat belas tahun. “Alhamdulillah Kak, Allah ngasih Kamu adik, insyaAllah rumah bakal ramai dan ceria dengan kehadiran adik bayi.”

Doa yang kujadikan zikir saat hamil sambil mengelus perut adalah doanya Nabi Adam as. dalam QS. Al A’raf, 23.

 رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِ نْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

Robbanā zholamnaā anfusanā wa il lam taghfir lanā wa tar hamnā lanakūnanna minal khōsirīn

“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”

Filosofinya, Allah menyukai hamba yang bertobat dan memohon ampunan. Sehingga Allah berkenan menjadikannya bersih suci kembali. Pada kondisi ini, ketika seorang hamba berdoa dan bersandar kepada-Nya, maka Allah akan malu jika tidak menyambut dan mengabulkan. MasyaAllah... Ternyata inilah yang membuatku tegar. Allah ingin aku merintih mengadu hanya pada-Nya...

Pada kehamilan lima bulan, tangan dan kaki mulai membengkak. Ah wajar, mungkin ini bawaan bayi, beda sama kakaknya dulu. Tak punya pikiran macam-macam yang membuat waspada. 

Hingga memasuki bulan ketujuh, kondisiku semakin buruk. Memaksaku segera kontrol ke dokter mata. “Tak ada kelainan di mata Ibu. Ibu langsung ke dokter kandungan ya!” Kutangkap dokter curiga sesuatu, tapi entah apa itu.

Akhirnya lanjut ke dokter kandungan. Setelah USG dan tensi, dokter Dea berkata, “Ibu... Ibu gak boleh pulang ke rumah ya, langsung ke RSUD, saya rujuk sekarang,”

Deggg... “Ada apa Dok? Separah itu kah kondisiku?” Tapi nyatanya memang netra ini tak berbohong, pandangan jarak satu meter, selebihnya semakin kabur. Kepala rasa berat sekali. 

Ternyata bukan butuh kacamata akibat bawaan bayi. Tangan, kaki, badan bengkak semua, pusing tak tertahankan, mata kabur berbayang... “Ibu kena PEB! Tensi 170. Kondisinya kritis, Ibu makan dulu sebelum opname nggih!” 

Tueng tueng apa itu PEB, serius gak ngerti. Gak pernah ngebayangin kena pre eklampsia, apalagi ini masuk kasus yang berat. Secara normalnya aku gak pernah darah tinggi, malah cenderung rendah tensi di bawah 100.

Maka pas hamil tidak menyangka akan terkena darah tinggi, digenjot aja itu keju dan yang asin-asin gurih, syukak. Tidak menyangka tensi yang diserang. Ya Rabbiy ternyata... sangat berbahaya hipertensi saat kehamilan. Saat hamil, tensi harus dimanage dengan baik.

Kondisi tubuh yang semakin lemah membuat feeling melanglang buana. Ada rasa seakan hendak pergi jauh dan tak akan kembali, hati mendadak senyap, tenang, dan ikhlas... “Apakah ini waktunya? Jika ini waktunya, ya Allah ampunilah hamba yang penuh khilaf dan dosa ini, berilah rahmat-Mu... aku pasrah...”

Namun di samping itu juga menyeruak rasa bahagia, teringat kematian menjadi satu-satunya cara bertemu dengan Rob-nya. “Titip suami dan anak-anakku ya Allah... Engkau Penjaga Terbaik.” sambil kuelus perut buncitku. "Maafin Ummi ya Nak, Ummi sayang kamu..."

Dokter memberi kesempatan tiga hari, jika kondisi membaik maka tak perlu terminasi. Whatssss... denger kata-kata itu saja sudah merinding dan bergidik tubuhku. Terminasi its means akhir. Aku gak mau. Walau dokter membahasakan dengan halus, dicesar itu agar janin bisa dibesarkan di luar kandungan. Sudah tujuh bulan. Cukup umurnya. 

Namun hasil tes lab menunjukkan kondisi memburuk, detak jantung bayi makin melemah. Bila tidak segera ada tindakan, bayi makin stres di dalam kandungan, ibu juga makin kritis. Aduh Dik... Tak ada jalan lain, Abi tandatangani surat operasi. 

“Abi, maafin dan ridai Ummi ya.” pintaku sambil memandang penuh kasih padanya. “Huss jangan pikirin yang macam-macam, iya Abi ikhlas memaafkan dan meridai Ummi. Ummi fokus aja insyaaAllah sembuh, berjuang untuk buah hati kita ya.” Namun tetap saja hatiku merasa di ujung tanduk, sebentar lagi aku menemui-Nya...

Akhirnya, malam hari jadwal operasi tiba, tak menunggu lama hanya lima belas menit, nampak punggung putih mulus bayiku. MasyaAllah cantiknya dirimu Dik. “Laki atau perempuan Dok?” “Alhamdulillah salihah Ibu.” MasyaAllah alhamdulillah anak perempuan sesuai harapan kami. Anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan, pas sepasang.

Tak lama setelah dokter menjahit bekas operasi, badan menggigil hebat kedinginan, aku drop... “Ya Allah ini kah waktunya? Ampunilah aku ya Allah...” aku tak sadarkan diri.

Keesokan harinya aku terbangun, kuraba pipiku. Aku masih berada di ruangan rumah sakit, “Eeh beneran kah ini ya Allah?”

Alhamdulillah ‘ala kulli hal... aku masih hidup, masih berada di ruang observasi. Belum boleh kembali ke kamar perawatan. “Bagaimana kabar bayiku ya Allah, kemana Abi?”

Tik tok tik tok tik tok, menunggu seakan lama sekali detik berjalan. Akhirnya pukul sepuluh, Abi diizinkan masuk. Setelah menyalami dan mengecupku, dia memegang erat tanganku dan berkata lirih, “Ummi... bagaimana kabarnya... Ummi, Ummi tenang, sabar, dan kuat ya... Abi habis mengantarkan putri kita pulang ke rumah. Mazaya sudah beristirahat dengan tenang Ummi... Allah telah memberinya surga tempat terbaik. Adik hebat Ummi, matanya membuka saat Abi azankan lalu menangis. Sempat menghirup udara dunia sekitar dua jam.” 

“Ya Allah, jadi... firasat itu untuk bayiku...” Tak terasa menetes air mata... kupeluk abi.

Sesaat limbung diriku. Namun aku segera teringat Allah selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya, walau yang dirasakan sakit, pedih, pahit, dan getir. Selalu ada hikmah yang baik di balik ujian dan cobaan. 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." (QS. Al Baqarah, 2: Ayat 286)

Robbanā zholamnaā anfusanā wa il lam taghfir lanā wa tar hamnā lanakūnanna minal khōsirīn.

“Limpahkan kesabaran, keikhlasan, dan kekuatan ya Allah, ini yang terbaik, Allah telah menyelamatkan putri kecilku.” InsyaaAllah adik Mazaya yang akan menjemput Ummi Abi di surga... “Tunggu Ummi, Abi, dan Kakak ya Sayangku.”

Baca juga:

0 Comments: