
Oleh. Vivi Nurwida (Aktivis Muslimah)
Ternyata isu terorisme masih menjadi jualan yang terus ingin digelar oleh rezim represif anti Islam. Otak fitnah selalu mengaitkan antara terorisme dengan ajaran Islam. Serangan dan tuduhan keji terhadap Islam begitu nyata, ironinya kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak lain di luar Islam tidak pernah dianggap sebagai tindakan terorisme.
Contoh kasus yang baru-baru ini diberitakan, sebagaimana dikutip dari jawapos.com, 28/10/2022, bahwa Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) menduga jika Siti Elina, perempuan bercadar yang mau menerobos masuk ke Istana Negara adalah simpatisan ormas terlarang dan sering mengunggah propaganda Khilafah pada akun media sosialnya.
Sementara itu dilansir dari detik.com terdapat perdebatan terkait penyematan diksi "teroris" terhadap KKB, KKB dianggap kelompok kriminal biasa yang tidak punya dasar ideologi guna mengganti negara. Kalaupun ada sikap anti-Indonesia, maka sikap tersebut lebih bersumber pada rasa diperlakukan tidak adil selama ini. Serta ada pula alasan-alasan lain yang bertumpu pada HAM.
Tentu ada maksud jahat dan fitnah keji yang sengaja diframingkan terkait bahwa tindakan terorisme itu identik dengan Islam dan ajarannya. Sedang, jika yang melakukan aksi kekerasan yang tidak bertopeng Islam dianggap sebatas "aksi kriminal biasa". Lantas, ada apa gerangan?
Tuduhan Tidak Berdasar
Rupanya masyarakat sudah cerdas menanggapi tuduhan keji ini. Dalam jawaban mayoritas komentar di media sosial Twitter tersebut, netizen lebih banyak tidak percaya terhadap tuduhan yang diserahkan. Akun @azhari misalnya, men-tweet "Nampaknya rakyat sulit percaya. Dalam teori konspirasi siapapun bisa jadi pelakunya". Sementara itu akun @anakkucing1453 menuliskan komentar "heleh, anggota-anggota, coba review 3 kitab mutabbanat kalau bisa".
Tuduhan yang disematkan oleh rezim dan jajarannya adalah tuduhan yang tidak berdasar. Bagaimana tidak, Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan kasih sayang. Islam mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan dengan baik bersama siapapun, sekalipun bersama orang-orang kafir. Islam bahkan mengharamkan membunuh manusia tanpa hak.
Bagaimana mungkin wanita yang memang benar berhijab melakukan aksi kekerasan. Pasti ada fitnah keji mengatasnamakan Islam yang sengaja dinarasikan. Seperti yang sudah-sudah, pelaku hanya menjadikan pakaian yang identitas umat Islam ini sebagai topeng. Dalam kehidupan sehari-harinya ternyata terbongkar tidak seperti itu. Sudah jelas, ada dalang dibalik ini semua. Ada tuduhan keji yang tidak mendasar. Terlebih, mereka dihubung-hubungkan dengan ormas yang memperjuangkan tegaknya syariat Islam. Sudah jelas bahwa hal ini sangat jauh dari kenyataan dan tidak dapat dibuktikan.
Anehnya lagi, pihak penegak hukum selalu sigap, gerak cepat terkait kasus yang berbau terorisme. Namun, masalah-masalah genting lain, lebih sering lambat ditangani. Bahkan ada kasus setelah viral baru ditindaklanjuti. Seperti: dugaan pelecehan anggota KPI, Pemerkosaan 3 anak di Luwu Utara, kasus pemerkosaan mahasiswi yang merupakan kekasih anggota kepolisian dan juga laporan penolakan kasus pencurian oleh Polsek Pulogadung.
Stop Stigmatisasi Ajaran Islam!
Narasi negatif yang tidak ada habisnya ini tentu akan berdampak buruk pada kehidupan umat Islam, tak terkecuali umat Islam di Indonesia. Jika Stigmatisasi ini terus diaruskan, bukan tidak mungkin umat akan terpengaruh, dan mereka akan ikut-ikutan membenci agamanya sendiri. Bahkan, yang lebih mengerikan adalah memusuhi dan menentang ajaran Islam, diantaranya adalah ajaran Khilafah.
Khilafah Islam adalah institusi yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia. Namun, dengan framing negatif yang sengaja diluncurkan membuat tidak sedikit dari kalangan umat yang menghindar atau membenci wadah pemersatu umat ini. Padahal khilafah adalah ajaran Islam, haram untuk dinistakan.
Selain itu stigmatisasi ajaran Islam ini juga akan berdampak lenyapnya gambaran Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna, menjadi agama yang hanya mengatur urusan-urusan ibadah mahdhah (shalat, puasa, haji, dan lain lain). Sedangkan untuk urusan terkait muamalah seperti pendidikan, pemerintahan, ekonomi, pergaulan, kesehatan dan lain sebagainya tidak terlihat. Alhasil, Islam sebagai mualajah musykilah atau solusi atas problematika kehidupan tidak nampak. Padahal, sejatinya Islam mampu mengatasi segala persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Memang benar, bagi musuh-musuh Islam jelas gerakan penegakan syariah dan Khilafah akan menjadi penghalang bagi hegemoni kapitalisme-sekularisme. Maka dari itu mereka terus menerus mengaruskan opini buruk tentang Islam. Tentu, mereka berusaha untuk memadamkan cahaya Islam, hingga kaum muslimin enggan kembali dalam kehidupan Islam.
Sudah seharusnya umat pandai-pandai memfilter informasi yang masuk. Umat harus membentengi diri dengan cara meningkatkan pemahaman Islam yang benar. Mereka harus menyadari betul propaganda yang dilakukan oleh kafir barat yang tidak rela kaum muslim bangun dari tidur panjangnya.
Kaum muslim harus paham, bahwa hanya dengan hidup dalam kehidupan Islam, yang menerapkan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafahlah propaganda yang menyerang Islam hanbis-habisan dapat teratasi dengan tuntas. Karena, stigmatisasi terhadap ajaran Islam dapat tumbuh subur hari ini karena didukung oleh sistem yang memisahkan antara agama dengan kehidupan sebagai aqidahnya, yakni sistem Kapitalisme-sekularisme.
Wallahu a'lam bisshowab
Baca juga:

0 Comments: