Headlines
Loading...
Terorisme, Alat Kapitalisme untuk Stigmatisasi Islam

Terorisme, Alat Kapitalisme untuk Stigmatisasi Islam

Oleh. Murli Ummu Arkan 

Terorisme sepertinya sudah menjadi pembahasan umum di Indonesia. Siapa yang tidak kenal dengan kata ini. Seperti yang dikabarkan dalam banyak media, kejahatan terorisme sepertinya tak pernah luput terjadi setiap tahunnya di Indonesia. 

Bukankah terorisme itu berkaitan dengan perbuatan yang berkaitan dengan kekerasan. Namun pada kenyataannya banyak kabar berita di negeri ini yang sepertinya salah sasaran untuk menangkap seseorang yang disebut teroris. Mayoritas isu terorisme terus dikaitkan dengan Islam.

Seperti halnya kejadian di Kecamatan Sampang Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Seorang pria berinisial S yang berprofesi sebagai guru ditangkap Densus 88 di jalan raya. Ditangkap dengan alasan dimintai keterangan ke Jakarta terkait dengan aksi terorisme. Padahal rekan kerja dan keluarga mengenal baik bahwa S orang yang baik. Bahkan Kepala Sekolah dimana S mengajar mengatakan, " Orangnya baik, mustahil terkait teroris." (Kompas, 17 Oktober 2022)

Selain itu juga ada kabar berita seorang muslimah bercadar berinisial SE yang tertangkap saat mencoba masuk ke dalam istana negara dengan membawa senjata pistol. Hasil sementara pemeriksaan BNPT menduga muslimah tersebut adalah simpatisan ormas radikalisme yang dilarang oleh negara. Dinilai SE mempunyai paham radikal yang kerap memposting ide Khilafah di media sosial. (Deli.suara.com, 26 Oktober 2022)

*Stigmatisasi Islam*

Setiap ada isu terorisme di negeri ini,  nampaknya sudah menjadi pemahaman di masyarakat bahwa aksi terorisme itu disandangkan pada seorang muslim/muslimah yang lebih dekat dengan ajaran Islam. 

Seperti halnya yang terjadi pada SE yang mengenakan gamis dan cadar dalam keadaan membawa pistol akhirnya hal itu langsung menstigmatisasi Islam seolah-olah aksi terorisme dilakukan oleh kebanyakan seorang wanita yang berpakaian seperti itu. Banyak pula dimasyarakat yang memahami terorisme disandang oleh mereka yang berjenggot, celana cingkrang, kerudung besar, berjubah, bergamis, dan lain sebagainya. Akhirnya hal itu membuat masyarakat muslim menjauhi busana-busana tersebut yang notabene sebenarnya ajaran Islam. Walhasil, umat Islam semakin phobia terhadap Islam. Umat muslim mengambil Islam hanya dalam ranah ibadah magdhoh saja.

Selain itu kata Khilafah juga disematkan oleh pemerintah sebagai pemahaman terlarang dan radikalisme yang harus dijauhi umat, termasuk juga untuk umat muslim sendiri. Padahal Khilafah adalah ajaran Islam. Dari semua empat madzhab, Khilafah adalah kewajiban umat muslim yang harus ditegakkan. Seharusnya hal ini menjadikan perhatian besar untuk umat muslim. Jika dasar negara ini tidak bertentangan dengan Islam seharusnya kata Khilafah tidak dilarang. 

Selain itu jika kita bandingkan dengan aksi kekerasan yang dilakukan KKB, kenapa hal ini selalu luput dari isu terorisme? Bukankah mereka lebih melakukan tindak kekerasan hingga terbunuhnya banyak korban?? Mereka pun juga berusaha untuk bisa merdeka sendiri?? Lalu kenapa tidak pernah disebut aksi terorisme?? Selalu saja aksi terorisme selalu dikaitkan dengan Islam, yang menjadikan Islam semakin terpojok dan menjadikan syariat Islam bernilai buruk dalam pandangan umat termasuk umat Islam sendiri. 

Dalam sistem Kapitalisme,  isu terorisme terus dijadikan senjata untuk menghalangi umat dekat Islam. Mereka tidak rela jika umat muslim kembali pada syariat Islam. Akhirnya membuat banyak propaganda -propaganda untuk membuat umat phobia dengan Islam. Dengan pemahaman radikalisme, terorisme, anti Pancasila, anti NKRI mereka sematkan pada orang-orang yang berpegang teguh pada syariat Islam. Padahal banyak korupsi, suap, kejahatan dan kriminalitas di negeri ini yang dilakukan oleh orang-orang yang kerap mengatakan mereka cinta Pancasila dan NKRI. Tidak heran jika ada insiden kekerasan yang itu dilakukan oleh kaum muslim, hal itu akhirnya menjadi isu terorisme dan dibesar-besarkan. Padahal kejadian tersebut masih belum jelas. Dari hal ini akhirnya isu terorisme cocok digunakan sebagai alat stigmatisasi Islam agar masyarakat semakin phobia dengan Islam.

Sampai kapanpun sistem Kapitalisme tidak cocok untuk kaum muslimin. Sistem Kapitalisme bertentangan dengan ajaran dan hukum-hukum Islam. Nyatanya, umat Islam saat ini selalu dihalangi untuk bisa bersyariat Islam. Dengan dalih tidak sesuai dengan budaya dan nilai-nilai Pancasila. Padahal negeri ini mengakui kemerdekaan karena berkat Rahmat Allah Swt. Jika saat ini umat muslim melaksanakan ajaran dan syariat Islam bukankah hal itu wajar? Lalu kenapa selalu dihalangi??

Kita bisa melihat banyaknya informasi pengajian -pengajian yang dibubarkan dan Ustadz-Ustadz yang dipersekusi dengan alasan bermuatan kelompok radikalisme dan terorisme. Sedangkan untuk acara-acara hiburan banyak dipersilakan dan didukung pemerintah, padahal tak bermanfaat untuk generasi bangsa. 

Dari sini jelas Kapitalisme tidak berkenan jika umat Islam lebih dekat dengan Islam. Islam terus dikekang dan menjadi korban untuk kepentingan Kapitalisme. Islam tidak pernah diberikan kesempatan dan ruang untuk memperbaiki negeri ini.  Masihkah kita mempercayakan hidup ini pada sistem Kapitalisme?? Sistem yang dari dulunya rusak dan banyak menghasilkan kerusakan. Umat semakin tak jelas mau dibawa kemana arahnya. Maka  saat ini umat butuh sistem yang benar. Tidak lain sistem tersebut adalah Islam. Sistem yang berasal dari Allah pencipta alam semesta. Tentunya sistem inilah yang bisa mengurus umat dan alam ini dengan benar mengingat bersumber dari Wahyu Allah Swt.

Wallahu alam bish showab.

4 November 2022

Baca juga:

0 Comments: