Oleh. Iis Nopiah Pasni
Abidzar memperhatikan bundanya yang sedang memasukkan buah duku ke beberapa kantong kresek kecil. Mereka baru saja panen buah duku di kebun milik nenek Abidzar di Dusun Muara Enim. Alhamdulillah, pulangnya mereka diberi sekarung duku oleh nenek.
Abidzar duduk sambil menikmati buah duku. Sesekali ia membantu bundanya memasukkan buah duku itu ke dalam kresek kecil.
Buah duku merupakan buah tahunan, tumbuh subur di pulau Sumatera. Neneknya Abidzar mempunyai kebun yang ditanami duku dan durian. Walaupun hanya ada beberapa batang saja, tetapi alhamdulillah selalu berbuah lebat.
"Bang, tolong antar ini ya, ke tetangga," kata Bunda meminta tolong kepada anaknya yang berumur hampir tujuh tahun itu.
"Bun, duku di dalam kantong kresek ini dianterin semua ya?" tanyanya polos.
"Iya, anterin ini ya, Nak," kata Bunda Isna lagi.
"Bun, mengapa harus sering sedekah?" tanya Abang Abidzar pada bundanya.
"Ya harus sering sedekah, Bang. Amal itu harus disegerakan," kata Bunda singkat.
"Apa sih manfaat sedekah?" tanya Abidzar lagi, seperti biasa ia selalu penasaran.
"Manfaat sedekah itu banyak ya, Nak, di antaranya memperpanjang umur," Bunda Isna menjelaskan. "Selain itu, sedekah adalah salah satu ibadah yang istimewa. Dengan bersedekah berarti memudahkan menghapus dosa-dosa. Ada yang namanya Hadist Sedekah yang menyebutkan bahwa sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api. Ini hadist riwayat At-Tirmidzi, Bang," kata Bunda Isna menjelaskan panjang lebar pada anaknya yang selalu ingin tahu.
"Nah, misalnya nih, Abang Abidzar dikasih temannya makanan, Abang suka nggak?" tanya Bunda Isna.
"Ya suka dong, Bun," kata Abidzar cepat.
"Abidzar jadi sayang 'kan pada teman yang memberi makanan tadi?" tanya Bunda Isna lagi.
"Ya sayang lah, Bun," kata Abidzar lagi.
"Nah itulah dahsyatnya pemberian sedekah. Menimbulkan rasa cinta dan sayang," kata Bunda Isna menambahkan.
"Masyaallah, ya, Bun. Banyak sekali manfaatnya ternyata," kata Abidzar takjub.
"Masih banyak manfaat sedekah yang lain, Bang," kata Bunda Isna lagi sambil memberikan beberapa buah duku yang sudah dikupas kepada Abidzar.
"Masih ada, Bun, beneran?" tanyanya tak percaya.
"Iya, syaratnya ... sedekahnya itu lillahi Ta'ala. Niatnya karena Allah," kata Bunda lagi.
"Sedekah itu akan jadi amal jariah, Bang. misalnya sedekahnya berupa ilmu yang bermanfaat. Ilmunya selalu digunakan untuk kebaikan, untuk dakwah dan lain-lainnya, dan sampai sekarang masih digunakan," kata Bunda menjelaskan pada Abidzar.
"Masyaallah, kebayang 'kan, Nak, banyak sekali pahalanya. Orangnya sudah meninggal dunia, tapi amal jariahnya terus mengalir ... walau sudah tiada, Semoga bisa seperti itu, Aamiin," kata Bunda lagi.
"Aamiin ya rabbal Aalamiin," kata Abidzar juga.
"Bun, biar Abang antarkan pesanan ini agar Abang dapat pahala juga," kata Abidzar sambil membawa empat kantong kresek kecil yang berisi buah duku.
Satu persatu kantong kresek itu diberikan kepada tetangga mereka.
Abidzar kembali lagi dan mengambil empat kantong kresek kecil untuk dibagikan lagi.
"Wah ternyata menyenangkan ya, Bun, bisa berbagi," kata Abidzar antusias.
"Iya, seru ya, Bang?" kata Bunda lagi.
"Iya, Bun, seru!" kata Abidzar senang.
"Yuk, kita makan duku lagi, Bun," ajak Abidzar sambil membawa mangkuk plastik kosong untuk wadah sampah kulit dukunya.
"Masyaallah pinternya, tanpa disuruh Abang sudah ambil tempat sampahnya," kata Bunda memuji anaknya yang gercep.
"Kan lihat Bunda tadi, Bunda makan duku tadi 'kan siapin dulu tempat sampahnya," kata Abidzar lagi sambil mendekatkan mangkuk plastik itu ke wadah duku tempat mereka duduk.
"Ya, Bang, harus siapin tempat sampahnya ya, nggak boleh buang sampah sembarangan," kata Bunda lagi.
Sampah kulit duku juga bisa digunakan sebagai pupuk kompos. Kulit duku tersebut dimasukkan ke dalam tanah lalu ditimbun lagi.
"Bun, kapan ya kita ke kebun duku lagi?" tanya Abidzar lagi.
"Tadi kata Nenek, insyaallah Minggu depan kita ke kebun lagi. Suka nggak, Bang?"
"Suka, Bun." Abidzar sudah membayangkan naik perahu ke kebun nenek yang letaknya di seberang sungai.
Tentu saja Abidzar menyukai kegiatan ini, pengalaman yang baru bagi hidupnya pergi ke kebun nenek. Serunya lagi untuk ke kebun neneknya itu harus menyeberangi sungai Lematang yang lumayan deras. Atau bisa juga menggunakan sepeda motor melewati jembatan gantung bila suka tantangan.
"Bun, Abidzar tak sabar mau ke kebun Nenek lagi, beneran seru loh, Bun!" kata Abidzar. Bunda mendekati Abidzar lalu mengacak rambut anaknya.
Bahagianya, Allah Subhanahu Wata'ala masih memberi nikmat-Nya yaitu kesempatan untuk menikmati buah duku dan bahagia bisa berbagi dengan tetangga terdekat, Ar rizki minallah.
Muara Enim, 28 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: