OPINI
Adab Seorang Muslim ketika Mendengar Bacaan Al-Qur’an
Oleh. Yulweri Vovi Safitria
Warganet dibuat heboh sekaligus geram dengan beredarnya video seorang qariah sedang membaca ayat-ayat Al-Qur’an disawer oleh ulah beberapa orang oknum laki-laki. Tidak hanya disawer (ditaburkan uang ke kepalanya), beberapa lembar uang kertas diselipi di sela-sela khimarnya.
Miris, itulah ungkapan yang tepat menyaksikan fenomena umat Islam hari ini. Tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya alias tak beradab. Tidak sedikit pula komentar muncul bahwa Islam dirusak oleh umatnya sendiri.
Tertib dan diam ketika mendengar bacaan Al-Qur’an, bukan sekadar adab dalam menghargai orang lain, ataupun adab dalam majelis ilmu, melainkan sebuah perintah yang turun langsung dari Allah Subhanahu wa Taala. Dengan maksud agar kita yang mendengarkan mentadabburi dan merenungi kandungannya.
Tidak Beradab
Menyawer Qariah atau Qari merupakan tindakan tak beradab. Pasalnya, orang yang disawer sedang membaca ayat-ayat Allah, bukan bernyanyi atau bermain. Meski berdalih itu tradisi atau ingin menghormati Qariah atau Qari. Perilaku menyawer sungguh tak pantas dilakukan, apalagi oleh seseorang yang mengaku beriman kepada Allah Subhanhu wa Taala dan Kitabullah (Al-Qur’an).
Tidak hanya itu, tindakan menyawer orang yang membaca Al-Qur’an sangat jauh dari adab seorang muslim dalam mendengar bacaan Al-Qur’an.
“Apabila dibacakan Al-Qur’an, perhatikanlah dan diamlah, maka kalian akan mendapatkan rahmat.” (QS. Al-A’raf: 204)
Menurut Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) menjelaskan bahwa, apabila Al-Qur`an dibaca, maka dengarkanlah bacaannya dengan seksama. Jangan berbicara atau menyibukkan diri dengan hal lain, agar kalian mendapatkan rahmat Allah.
Dalil tersebut menunjukkan betapa pentingnya menjaga adab ketika mendengar kalam-kalam Allah dibacakan. Sebab Allah akan memberikan anugerah dan rahmat-Nya kepada orang-orang berimana yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan tenang dan tidak sibuk dengan hal lain.
Terlebih lagi Qariah yang notabene adalah seorang muslimah, dan Islam jelas melarang menyentuh dengan sengaja wanita yang bukan mahram, meskipun hanya bagian pakaian (khimar)nya. Patut diduga sebagai tindakan tidak memuliakan wanita muslimah.
Dampak Moderasi Beragama
Berbagai tindakan pelecehan terhadap agama Islam maupun simbol-simbolnya merupakan dampak dari kampanye moderasi beragama yang belakangan ini terus dikampanyekan. Pemikiran Islam moderat yang dinisiasi oleh para kapitalis-sekuler terus meracuni umat, sehingga tidak lagi memperhatikan bagaimana adab dan akhlak sejati seorang muslim.
Pelecehan ataupun penghinaan terhadap agama, ulama, dan ajaran Islam menjadi sesuatu yang mudah dijumpai. Hal yang tidak patut dilakukan, baik itu bagi seseorang yang beragama Islam maupun kafir.
Tidak ada pembelaan dari negara terhadap berbagai tindakan tersebut, kecuali oleh sekelompok masyarakat yang memiliki ghirah Islam yang kuat, dan berlandaskan akidah Islam yang kuat pula. Tentu usaha tersebut tidak bisa berjalan secara maksimal, sebab tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.
Oleh sebab itu perlu kiranya kesadaran umat, untuk kembali kepada ajaran Islam. Tidak perlu mengikuti hal-hal yang berbau Barat yang semakin menjauhkan kita dari akidah Islam.
Menghormati para pembaca Al-Qur’an tidaklah dengan bentuk saweran, namun dengarkan dan pahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca. Berilah hadiah dengan cara yang makruf, bukan dengan cara melempar uang atau menyelipkan pada anggota tubuhnya.
Khatimah
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah Subhanahu wa Taala yang diturunkan kepada Baginda Rasulullah salallahu alaihi wa sallam. Maka sudah sepatutnya, ketika kalam Allah Subhanahu wa Taala dibaca, maka kita harus diam, mendengar, merenung, dan mengmalkan seluruh apa yang terkandung di dalamnya.
Jangan pula berbuat gaduh ketika Al-Qur’an sedang dibaca, sebagaimana perlakuan orang-orang kafir. Sebab orang-orang kafir selalu punya cara untuk menjauhkan umat dari Al-Qur’an dan jalan Islam yang lurus.
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS. Al-Fushilat: 26).
Dengan mendengar bacaan ayat-ayat Al-Qur’an sepatutnya menambah keimanan kita kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagaiman firman Allah Subhanahu wa Tala:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”(QS Al-Anfal: 2).
Menambah keimanan tidak hanya meyakini keberadaan-Nya, dan juga ciptaan-Nya berupa langit dan bumi dan apa-apa yang ada di dalamnya, namun juga meyakini bahwa tidak ada aturan hidup yang lebih baik dari aturan yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, jika kita ingin selamat di dunia maupun di akhirat.
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi)
Wallahu a'lam bis shawwab
0 Comments: