motivasi
Ayo, Kita Berjuang Bersama
Oleh. Ratty S Leman
Semakin hari semakin sesak rasanya dada oleh banyaknya berita yang tak bisa dinalar oleh akal sehat dan tak bisa diterima oleh hati yang fitri.
Ada berita tentang orang tua yang membunuh anaknya atau sebaliknya, anak membunuh orang tuanya. Ada pula anak menuntut orang tuanya, anak remaja yang ramai-ramai hamil di luar nikah, anak remaja menculik anak kecil kemudian menjual ginjalnya. Belum lagi kasus pornografi dan kaum sodom yang merajalela.
Astaghfirullahal adzim, sungguh murka Allah telah ditampakkan dengan banyaknya bencana. Gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang, tanah longsor dan aneka bencana lainnya. Tak juga sadarkah kita akan semua kekeliruan ini?
Kekuasaan dipegang oleh orang-orang tak amanah, rakus dan semena-mena. Orang-orang baik dan benar dipersekusi. Lihat saja, para alim ulama yang lurus mereka bungkam dan persekusi. Mereka ganti dengan para ulama suu' yang cinta dunia.
Generasi muda diserang dari berbagai arah melalui perang pemikiran. Dengan dalih moderasi beragama, mereka mencoba mencampuradukkan agama. Semua agama sama, maka salinglah berkompromi. Begitu ajakan mereka. Bukan toleransi yang saling menghormati perbedaan.
Aku hanyalah seorang ibu yang miris melihat lingkungan sekitar. Muda-mudi yang tak paham arah hidup, pergaulan bebas, hedonis, narkoba dan sejumlah tindak kriminal lainnya.
Aku berusaha menjaga anak-anakku begitu ketatnya. Tapi kulihat, orang lain tak mengemban amanah anak dengan baik. Dibiarkannya anak-anak mereka dididik oleh situasi dan keadaan. Keluarga abai, masyarakat abai dan bahkan negara yang seharusnya mengayomi mereka justru yang paling abai.
Mengapa semua bencana ini Allah izinkan hadir di tengah-tengah kita? Pasti jawabannya sudah paham semua. Bahwa kita telah abai pada perintah dan larangan-Nya.
Kemiskinan di mana-mana, rakyat semakin menderita, korupsi dan kolusi adalah hal biasa. Ekonomi dibangun atas dasar riba, politiknya kotor, sistem sosialnya rusak, apalagi budayanya yang mendekati musyrik dilestarikan.
Aturan Allah dibuang dicampakkan. Mereka merasa lebih bisa membuat aturan sendiri untuk diri mereka. Tuhan di rumah ibadah saja, tak usah mengurusi urusan kehidupan. Sholat, puasa, zakat dan haji saja sebanyak-banyaknya. Tapi tak usah perduli bagaimana mengatur politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negeri. Sekulerisme telah merasuk dalam jiwa kaum muslimin, ditambah cara berpikir liberal dan serba materialisme. Lengkap sudah penderitaan umat manusia karena sok pintar mengatur dirinya sendiri.
Tak bosankah kita dengan segala macam problem yang ada? Semrawut, carut marut bagai benang kusut. Tak paham harus diurai dari mana problematika umat yang kompleks ini?
Pilihan mereka adalah kapitalisme versus sosialisme. Tak mengertikah mereka bahwa Islam adalah sebuah ideologi juga? Bukan sekedar ritual agama. Jika hanya mengajarkan ibadah madhah semata seperti salat, puasa, zakat, haji. Maka tak perlu Rasulullah pergi ke medan perang dan tak perlu Rasulullah berdakwah selama 13 tahum di Makkah dan dilanjutkan berhijrah ke Madinah untuk membuat kekuatan Daulah Islamiyah.
Islam telah berjaya selama 13 abad di dua per tiga dunia. Saat itu alam semesta merasakan baldatun thayibatul wa rabbun ghafur, negeri yang sangat berkah karena keberkahan langit dan bumi tercurah atas rida Allah.
Tak inginkah masa itu terulang kembali? Atau sudah pasrah dan pesimis dengan keadaan saat ini? Kalau aku secara pribadi, sebagai seorang muslim sangat ingin merasakan bahagia dan kesejahteraan hidup dalam naungan Islam. Kehidupan yang bebas riba, tidak berperang melawan Allah. Politiknya bersih, hukum Allah dilaksanakan dengan total atau kaffah. Kehidupan sosialnya diatur dengan baik sehingga tata pergaulan masyarakat sesuai dengan fitrah insaniyahnya. Tak akan banyak kejahatan merajalela. Budayanya mendekatkan diri kepada Allah, bukan malah musyrik atau menyekutukan Allah.
Kehidupan seperti itu akan datang kembali, bisyarah bahwa akan datang masa Daulah Khilafah Ala Minhaji Nubuwah yang kedua. Yakinkah kita sebagai seorang muslim? Orang-orang kafir yakin makanya mereka berjuang agar masa itu tidak segera datang dan menghalanginya. Sebagai seorang muslim kita harus meyakininya. Jika belum maka harus banyak mengaji dan mengkaji lagi Al Qur'an, hadist, ijma, qiyas dan kitab para ulama.
Alhamdulillah telah banyak yang yakin masa kemenangan dan kejayaan yang kedua itu akan segera datang baik diperjuangkan atau tidak. Tapi akan ada janji yang pasti dari Allah, pahala bagi orang-orang yang memperjuangkan dan membela agama Allah. Kemenangan itu harus diupayakan dan diperjuangkan. Seperti halnya musuh yang berjuang mati-matian untuk mencegah masa itu datang. Mereka dan kita sama-sama berjuang. Bedanya orang-orang kafir, munafik dan musyrik berjuang sendiri. Sedang kaum muslimin berjuang bersama Allah. Mereka capek, kita juga capek. Mereka berkorban untuk diri mereka, kita berjuang untuk agama Allah.
Melihat fakta yang ada. Masihkah malas untuk bergerak? Masih memikirkan urusan diri sendiri yang tak ada ujungnya? Tak inginkan sedikit berkontribusi untuk memperjuangkan agama ini? Ikutlah berdakwah walau dengan satu ayat yang kau punya. Dengan lisanmu atau tulisanmu ajaklah manusia mengenal Allah. Karena dakwah adalah kewajiban semua muslim beriman. Kewajibanmu dan kewajibanku. Tak boleh malas, tak boleh abai apalagi meninggalkan kewajiban ini. Dakwah bukan monopoli dan kewajiban para ulama dan ustadz, namun kewajiban setiap diri yang mengaku beragama Islam.
Banyak komunitas dan wadah untuk lebih mengenal Islam. Komunitas Sahabat Surga Cinta Al Qur'an salah satunya. Kita setiap hari diwajibkan berinteraksi dengan Al Qur'an. Membaca, mentadaburi, mengamalkan dan mendakwahkannya. Senangkan jika kewajiban kita bisa tertunaikan walau usahanya masih seujung kuku. Tapi Allah melihat ikhtiar kesungguhanmu.
Ayo, jangan malas bergerak. Ambil Qur'anmu, baca, tadaburi, laksanakan dan dakwahkan. Biarkan seluruh alam semesta raya tahu indahnya Islam, nikmatnya iman Islam, bahagianya jika ber-Islam dan sejahteranya kita jika Islam diterapkan secara utuh atau kaffah. Yuk, kita mulai ambil peran membangun peradaban. Ambil gawaimu dan ceritakan tentang harmoni indahnya Islam kepada dunia. [ ]
0 Comments: