OPINI
BANJIR MELANDA NEGERI, SAATNYA INTROSPEKSI DIRI
Oleh. Ummu Hanik
Awal tahun 2023, ditandai dengan banjir yang melanda negeri ini. Sejumlah daerah disinyalir mengalami banjir besar dan mengakibatkan aktivitas warga dan sejumlah sarana umum lumpuh total. Wilayah yang terkena banjir di antaranya adalah Jawa Tengah meliputi daerah Semarang dan sekitarnya.
Pantauan detik.com menyebutkan titik-titik banjir Jawa Tengah ada di jalan Pantura Kudus, pantai Marina, desa Pacar Kecamatan Tirto Pekalongan, terminal Jati Kudus, Jari Wetan dan Kaligawe.
Penyebab banjir yang melanda daerah Semarang ini, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, adalah hujan deras dan berintensitas tinggi di Kota Semarang pada Sabtu, 31 Desember 2022. (tempo.co)
Sementara itu, CNN Indonesia menyebutkan menurut para peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) banjir Rob di sejumlah wilayah pesisir utara Jawa, termasuk Semarang, lebih disebabkan oleh faktor cuaca, siklus bulan, terjadinya penurunan muka tanah dan pemanasan global yang cenderung menguat. Beberapa faktor itu dianggap cukup ekstrem dalam mengakibatkan banjir yang menggenangi wilayah pesisir Utara Jawa.
Apapun faktor penyebab, faktanya Semarang Jawa tengah memang sering mengalami banjir. Bahkan hampir setiap tahun, bisa dipastikan banjir melanda kota Semarang. Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan Semarang menjadi kota langganan banjir. Selain disebabkan oleh topografi yang drastis antara daerah pesisir dengan daerah di selatan yang berupa perbukitan, juga banjir kiriman yang berasal dari daerah hulu pesisir Semarang. Hal terakhir yang diyakini menyebabkan banjir adalah adanya air pasang.
Persoalan banjir harusnya menjadi perhatian pemerintah untuk segera dicarikan solusi. Jika beberapa faktor penyebab sudah diketahui, hendaknya pemerintah segera mengambil tindakan, agar banjir tidak semakin menyengsarakan rakyat. Banjir janganlah dianggap semata-mata sebagai bencana, namun lebih karena kurangnya kontrol terhadap penanganan masalah lingkungan.
Adanya banjir juga harus menjadikan muhasabah bagi semua kalangan. Jika banjir dianggap sebagai musibah, maka harusnya bisa menjadikan semua pihak mengambil pelajaran atasnya. Jika banjir dianggap sebagai peringatan, maka hendaknya segera bertaubat atas semua perilaku yang menyimpang.
Pemerintah bertanggung jawab penuh atas semua yang terjadi di tengah rakyatnya. Jika banjir terkait dengan perilaku maksiat yang berkembang, maka pemerintah hendaknya menghimbau dan mengajak agar semua rakyat segera bertaubat dan memperbaiki diri. Selain itu, perbaikan sarana prasarana juga harus segera dilakukan. Terutama perbaikan lingkungan yang menjadi sumber masalah.
Belajar dari sejarah Islam, fakta menyebutkan bahwa kepemimpinan Islam telah memberikan jasa layanan terbaik untuk umat. Khilafah Islam telah memberikan solusi yang efisien, meliputi hal yang harus dilakukan sebelum, ketika, dan setelah banjir.
Di Media Umat, telah disampaikan secara jelas mengenai upaya Kh!l4f4h dalam mengatasi banjir. Pertama, jika penyebab banjir karena keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air, maka upaya-upaya yang akan ditempuh di antaranya membangun bendungan-bendungan penampung curah air dari aliran sungai dan hujan. Selanjutnya memetakan daerah rendah yang rawan banjir dan memberikan kebijakan larangan membangun pemukiman masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu, juga dibuat kanal-kanal baru atau resapan air agar tanah bisa menyerap air secara maksimal. Kontrol terhadap kebersihan sungai, danau dan sekitarnya akan langsung diawasi oleh kh!l4f4h .
Kedua, Kh!l4f4h akan membuat kebijakan terkait pembukaan pemukiman, atau kawasan baru, yang harus menyertakan variabel-variabel drainase, penyediaan daerah serapan air, dan penggunaan tanah berdasarkan karakteristik tanah atau topografinya. Perizinan akan diberikan, jika bangunan rumah, toko dan lainnya memenuhi syarat yang ditetapkan. Untuk penanganan bencana-bencana alam, maka dibentuklah badan khusus yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan berat, evakuasi, dan pengobatan yang memadai. Adanya kawasan hutan lindung dan buffer yang bisa dimanfaatkan hanya seijin kh!l4f4h, juga menunjang terjaganya lingkungan sekitar.
Ketiga, ketika terjadi bencana banjir yang memakan korban, maka perlu dilakukan penanganan secara cepat. Hal utama yang dilakukan adalah menyediakan tenda, makanan, pakaian, dan pengobatan agar korban bencana alam tidak semakin menderita. Penguatan mental para korban dalam menghadapi musibah juga diberikan melalui pemberian motivasi oleh para alim ulama. Mereka diyakinkan bahwa setiap musibah adalah kehendak Allah untuk menguji para hamba-Nya agar semakin kuat dalam beriman dan bertakwa. Mereka juga harus dikuatkan agar tetap sabar dan ikhlas dalam menghadapi musibah.
Demikian hal yang harus dilakukan sebagai bentuk introspeksi diri saat terjadi bencana berupa banjir. Pemerintah bersama rakyat harus bergerak bersama dalam mengatasi musibah. Tak hanya perbaikan sarana prasarana tapi juga perbaikan sistem kehidupan. Jika selama ini hukum buatan manusia yang dipakai, maka hendaknya segera kembali pada hukum Allah. Karena sejatinya setiap musibah yang ada adalah pengingat umat manusia agar semakin memperbaiki diri menuju ketaatan kepada syariat Allah secara totalitas dan kaffah dalam kepemimpinan kh!l4f4h.
0 Comments: