
OPINI
Fungsi Masjid Yang Dikerdilkan Oleh Sekularisme
Oleh. Barozah Alfajri (Pemerhati Masalah Sosial)
Pesta demokrasi adalah agenda yang senantiasa dinantikan. Bagi sebagian besar rakyat mengharapkan perubahan dan perbaikan agar kehidupan menjadi kian sejahtera. Maka tak ayal, kontestasi perpolitikan jelang tahun 2024 mulai gencar disuarakan oleh parpol-parpol Indonesia. Baliho-baliho, poster, bendera dan berbagai sarana lainnya yang digunakan untuk memeriahkan serta mengampanyekan partai masing-masing mulai terpampang dan terpasang di mana-mana. Tak terkecuali di masjid yang baru ini terjadi di Cirebon. Ada salah satu partai politik yang memasang bendera di masjid. Sontak hal ini menimbulkan pro kontra di masyarakat dan banyak yang mengkritik. Sehingga muncullah statement Wakil Presiden Indonesia Ma’ruf Amin untuk tidak menjadikan masjid dan tempat ibadah lainnya untuk berkampanye di dalamnya. (REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR)
Selain itu di Jakarta- Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi DKI Jakarta KH Samsul Ma’arif juga mengimbau kepada pimpinan partai politik, calon kepala daerah maupun calon legislatif untuk tidak menggunakan tempat-tempat ibadah sebagai sarana berkampanye (NU Online, Jumat 6 Januari 2023).
Berbicara tentang perpolitikan di sistem kapitalis sekuler sangat berbeda dengan perpolitikan di sistem Islam. Dalam sistem sekuler kapitalis politik hanya sebatas mendapatkan kursi kekuasaan, sehingga tak perlu heran jika antara parpol satu dengan yang lain saling berebut massa dan kursi jabatan. Mereka berlomba-lomba untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan meninggikan nama baik partai atau kelompok sendiri. Tanpa mempedulikan kepentingan yang lebih dari pada sekedar mendapatkan kursi kekuasaan yakni kesejahteraan rakyat itu sendiri.
Rakyat diperlukan hanya ketika mereka membutuhkan suaranya dalam pemilu, namun sayang ketika sudah di atas mendapatkan kursi kekuasaan mereka lupa dengan rakyatnya. Itulah ciri politik dalam sistem sekuler saat ini. Dari pemahaman yang keliru tentang makna perpolitikan menjadikan mereka memisahkan agama dari perpolitikan itu sendiri. Karena memang secara asas, sistem kapitalis sekuler memisahkan agama dari kehidupan. "Jangan bawa-bawa agama dalam masalah politik", "Jangan berbicara masalah politik atau negara dalam masjid." Para khatib akan dikenakan hukuman jika berbicara politik di dalam masjid, dan berbagai statement lainnya. Padahal Islam adalah agama yang sempurna, mengatur hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Dalam Islam tidak ada kata pemisahan agama dari kehidupan. Islam adalah mencakup akidah ruhiyah yakni membahas tentang pahala dosa, surga dan neraka. Sedangkan akidah siyasiyah yakni membahas tentang perpolitikan baik luar maupun dalam negeri, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain lain.
Berbeda halnya dengan sistem sekuler kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya sebatas ibadah mahdhoh saja, salat, puasa, zakat, haji yang berkaitan hubungan manusia dengan Tuhannya. Sedangkan bagaimana bermuamalah atau hubungan manusia satu dengan yang lain seperti dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi, tak terkecuali masalah perpolitikan dan lainnya tidak diatur dalam sistem ini.
Saat ini, di sistem kapitalis sekuler partai politik tidak berperan sebagaimana yang ada pada sistem Islam. Parpol dalam sistem sekuler hanya mementingkan kelompok serta manfaat bagi individu.
Sehingga dalam sistem sekuler manusia sendiri yang membuat aturan, padahal sejatinya manusia sifatnya lemah, serba kurang. Jika ia membuat aturan sendiri maka pasti akan menimbulkan kesengsaraan, kehancuran seperti yang kita alami saat ini.
Yang perlu kita pahami bersama adalah makna politik itu sendiri, di dalam Islam politik atau siyasah dalam bahasa Arab berarti mengurusi urusan umat. Bagaimana negara mengurusi urusan umat dengan landasan yang benar yakni landasan ketakwaan kepada Allah, bukan landasan kepentingan seperti dalam politik kapitalis.
Tak terkecuali masjid, di dalam Islam masjid adalah sarana untuk beribadah sekaligus kegiatan untuk mengurusi urusan umat, kegiatan pendidikan dan politik dengan makna yang benar seperti yang dijelaskan diatas. Jadi tidak ada pemisahan agama dari politik karena Islam mengajarkan detail dan gamblang serta sempurna bagaimana menjalani kehidupan ini sesuai apa yang telah Allah turunkan. Seperti yang telah dilakukan Rasulullah saw dan para sahabat dahulu, beliau membangun masjid di Madinah dan kegiatan di dalam masjid adalah aktivitas mengurusi urusan umat bukan hanya sekedar ibadah mahdhoh saja untuk salat. Bahkan lebih dari pada itu. Untuk bermusyawarah membangun serta menjadi sarana pendidikan untuk mendidik umat agar mereka paham tujuan hidup di dunia.
Dari sini tampak jelas perbedaan bagaimana Islam memaknai politik itu sendiri yang tidak dipisahkan sama sekali dari kehidupan. Landasannya adalah ketakwaan bukan kepentingan. Berbeda halnya dengan kapitalisme. Sehingga menjadikan kesengsaraan bagi umat manusia karena landasan mereka bukan lagi ketakwaan kepada Allah Swt tapi kepentingan, yakni kepentingan kelompok dan individu itu sendiri. Lantas masihkah kita ragu dengan aturan Islam yang sempurna dibandingkan dengan aturan buatan manusia yang lemah? Aturan manakah yang lebih baik dari pada aturan Allah sang pencipta alam semesta?
Wallahu a'lam bishawab.
Baca juga:

0 Comments: