Headlines
Loading...
Oleh. Teti Purwasih Firdaus

Di alam kapitalis saat ini, gaya hidup hedonis sangat menggurita. Dari para pejabat, artis, ASN hingga mahasiswa jelata yang tidak punya penghasilan pun, telah menjadikan keinginan sama dengan kebutuhan. Mereka berbangga-bangga dengan merek-merek ternama.

Demi meraih keinginan, mereka mengganggap hidup dengan utang dan riba menjadi hal biasa. Padahal demi gengsi serta hasrat keinginan yang menggebu pada materi. Untuk pembayarannya, tidak segan mereka menutupinya dengan pinjol. Tutup lubang gali lubang menjadi hal biasa. Tidak sedikit menyekolahkan SK ke bank sebagai agunan.

Aplikasi paylater, serta tawaran pinjol lainnya menggoda untuk berutang. Belum lagi kartu kredit serta cicilan 0 % sangat menggiurkan. 
Belanja beli motor, HP dan barang-barang lainnya saat ini, menawarkan kredit. 
Para sales pun akan sigap semangat memprosesnya segera, dibandingkan beli dengan cara kontan. 

Mengapa demikian? 

Karena ternyata menunggu lengah nasabah, jika menunggak atau terlambat pembayarannya maka menjadi santapan empuk lembaga, nasabah akan kena denda. Denda keterlambatan inilah yang menjadi pemasukan 

Akhir-akhir ini banyak yang terlibat pinjol, ternyata karena tunggakan yang menjerat menyebabkan sengsara dan banyak menimbulkan masalah lain. Terjerat pinjaman bunga berbunga akhirnya bunuh diri, menjual rumah, menjual mobil, menjual motor, bahkan melacurkan diri, juga pencetus perceraian. Jeratan riba juga membuat jatuh miskin serta menjadi lemah karena tekanan dari pemberi pinjaman yang berbasis riba. 

Dampak kepada individu demikian rusaknya. Apalagi hutang negara. Akan banyak sekali dampaknya bagi rakyat. Lambat laun akan menjadikan negara tergadai, siap didikte dalam berbagai hal. Politik, ekonomi, serta seluruh perundang-undangan yang diterapkan sesuai kehendak si pemberi utang berbasis riba ini. 

Demikian yang kita alami saat ini. Riba menyengsarakan kita, hingga membuat kita bangkrut dan tidak berdaulat lagi. Untuk menutupi pinjaman berbasis riba ini akhirnya mengajukan pinjaman lagi untuk menutupi utang ditambah tunggakannya. 

Rakyat jelata terjerat dengan Bank emok alias rentenir. Pengusaha kecil dan menengah dengan KUR. Pemerintah melalui utang luar negeri yang digawangi IMF maka lengkaplah sudah riba menggurita di bumi ini. 

Dalam suatu hadis Rasulullah menyebutkan bahwa tidak akan terjadi kiamat sebelum zina merajalela serta riba menjadi biasa.

Pelaku riba menurut Islam akan dibangkitkan kelak dalam kondisi gila. Mereka sebenarnya juga akan diperangi oleh Allah dan Rasulnya. 
Ngeri sekali. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 39, Artinya: "Dan, sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)".

Masalah riba juga tercantun dalam QS. 
Ali-Imran ayat 130, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir." 

Juga disebutkan dalam firman Allah, 
Al-Baqarah 275-276, menggambarkan para pelaku riba yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba, jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak meninggalkan, maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika kalian bertaubat, maka bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat zalim lagi terzalimi. Dan jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah sampai datang kemudahan. Dan bila kalian bersedekah, maka itu baik bagi kalian, bila kalian mengetahui." 

Begitu juga dalam surah An-nisa ayat 160-161) yang artinya: "Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka. Dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih."

Seorang yang beriman kepada Al-Qur'an tentu akan berbeda dalam mensikapi perintah dan larangan Allah. Ketika Allah memerintahkan lewat Rasul dan Al-Qur'an, mereka akan patuh sepenuhnya tanpa keberatan. Masyarakat Islam dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, juga akan taat dan patuh sebagai wujud ketakwaan individu, masyarakat dan negara. 

Bukan sebaliknya, malah sengaja melakukan riba baik berlipat ganda atau sedikit. Semuanya adalah haram. Harus bagaimana lagi mengubahnya supaya tidak terlibat riba? 

Gaya hidup hedonis inilah yang harus dikikis habis, hidup sesuai kebutuhan jangan berdasarkan keinginan. Seorang muslim juga harus mengetahui mana halal dan mana yang haram. Sehingga mempelajari Islam menjadi sebuah keharusan.

Hidup sesuai kebutuhan bukan keinginan,  merasa cukup dan qona'ah dengan keadaan. Akidah Islam harus diperkuat. Pola pikir serta pola sikap Islam, akan menjadi tameng  gempuran gaya hidup hedonis dan konsumtif.

Ternyata semua sangat sulit jika kita lakukan sendirian, maka perlu adanya sinergi yang positif antara orang tua atau wali, keluarga,  lingkungan/masyarakat, termasuk sekolah , perguruan tinggi dan negara. Ini hanya ada dalam Sistem Pemerintahan Islam. Yaitu Daulah Islamiyah ala minhajin nubuwwah. Wallahu a'lam. [ ]

Baca juga:

0 Comments: