Headlines
Loading...
Oleh: Iis Nopiah Pasni 

Ayahnya Abidzar dan Si sulung Haikal sedang di samping rumah, hendak  menangkap ayam di kandang ayam. Tak lama terdengar suara gaduh ayam.

"Bun, ini ayamnya sudah ayah sembelih, airnya sudah mendidih apa belum?" tanya Pak Riswanto pada Istrinya, sambil meletakkan baskom hitam ke dapur.

"Airnya belum mendidih, Yah, sepertinya sebentar lagi," jawab Bunda Isna sambil melihat ke arah baskom yang ditaruh suaminya tadi.

"Oh ya, ini kopi untuk Ayah," kata Bunda Isna meletakkan segelas kopi panas itu di meja makan.

"Makasih ya," kata suaminya sambil mendekatkan segelas kopi hitam pekat kearahnya.

Tak begitu lama terdengar suara air mendidih, Bunda langsung mematikan kompor.

"Biar Ayah saja yang bersihin bulu ayamnya, Bunda siapin aja bumbu opornya," katanya pada istrinya.

"Oh ya sudah kalau begitu," kata Bunda Isna lalu meletakkan ceret berisi air panas dekat baskom hitam tadi. Bunda Isna berkutat di dapur mempersiapkan bumbu opor.


"Ini Bun, ayamnya sudah bersih," kata Pak Riswanto pada Istrinya, ayam tadi langsung dimasak opor.

Abidzar sedang mandi di kamar mandi, Dek Hani pas Subuh tadi bangun lalu  tidur lagi. Si Sulung sedang menjemur pakaian di depan.

"Bun, Abidzar laper, mau makan," kata Abidzar setelah mandi pagi.

"Iya, buruan pake baju dulu, biar nggak kedinginan," kata Bunda Isna. Abidzar lalu segera ke kamar dan memakai baju bersih. Nampak tambah ganteng memakai kaos bergaris dan celana warna hitam.

"Bun, mau makan pakai lauk ayam yang tadi disembelih," katanya lagi sambil memegang tangan Bundanya yang sedang mengaduk masakannya.

"Iya, sebentar ini ayamnya belum matang, tunggu dulu ya nak, sabar," kata Bunda Isna pada anaknya yang tak sabar ingin segera sarapan.

Bunda Isna memelihara ayam kampung di samping rumahnya, ayamnya ada satu ekor dan hari ini ayam itu disembelih untuk lauk makan keluarga mereka.

"Bun, Abidzar baru tadi lihat cara menyembelih ayam," kata Abidzar bercerita dengan semangat  pada Bundanya.

"Ternyata nggak boleh asal potong ya, Bun?" tanyanya polos.

"Iya Bang, nggak boleh asal potong," jawab Bundanya.

"Emang kenapa Bun, kalau dipotong asal saja?" tanyanya lagi.

"Kalau dipotong atau disembelih asal saja maka hukumnya haram memakan ayam yang disembelih asal sembelih  tadi, karena saat menyembelih  tidak mengucapkan nama Allah," kata Bunda menjelaskan pada Abidzar 

"Ketika menyembelih hewan nggak boleh pake pisau tumpul, harus pisau yang gimana, bang?" tanya Bunda Isna pada anaknya.

"Harus pisau  yang tajam, Bun, kayak pisau punya Ayah tadi," jawab Abidzar mantap.

"Iya betul, harus pisau yang tajam, tidak boleh menyakiti hewan, ya nak," kata Bunda lagi sambil mengaduk masakannya yang sudah ditunggu Abidzar.

"Bun, terus gimana lagi?" tanyanya ingin tahu tentang menyembelih hewan.

"Ketika menyembelih hewan itu harus menghadap ke kiblat lalu membaca:  Bismillahi Allahu Akbar,"  kata Bunda Isna menjelaskan pada putranya.

"Ternyata semua ada aturannya ya Bun," kata Abidzar lagi.

"Iya, Masyaallah ya Agama Islam mengatur semua kehidupan sehari-hari kita dari bangun tidur hingga tidur lagi, semua diatur agar terhubung dengan Allah SWT," kata Bunda menjelaskan panjang lebar.

"Dan setiap melakukan sesuatu itu harus  menghadirkan Allah, ingat Allah, ingat bahwa apa yang kita lakukan ada hisabnya,"  kata Bunda lagi.

"Iya Bun," kata Abidzar.

"Oh ya Bun, tadi Ayah yang menyembelih ayam, nah kalau  Mamas yang bantuin memegang kaki dan sayap ayamnya, Bun," kata Abidzar menceritakan pengalaman pertamanya melihat ayahnya menyembelih ayam.

"Bun, nanti belikan ayam yang kecil-kecil ya Bun?" kata Abidzar merengek.

"Untuk apa ayamnya Bang?" tanya Bunda lagi.

"Mau dipelihara, Bun," jawabnya sambil nyengir.

"Iya Insya Allah kalau kita ke pasar, trus ketemu yang jual ya," kata Bunda lagi.

"Tapi kalau nggak ada yang jual nggak boleh nangis ya," kata Bunda Isna mengingatkan Abidzar.

"Iya Bun, Insyaallah," kata Abidzar mantap.
Abidzar lalu membawa kursi dan naik k3 kursi mau melihat ayam yang sedang dimasak Bundanya.

"Mau nyicipin nggak?" kata Bunda Isna menawari Abidzar.

"Mau! mau!" kata Abidzar antusias.

"Tolong, ambil sendok ya Bang," pinta Bunda Isna. Abidzar bergegas turun dari kursi lalu mengambil sendok di atas meja makan.

"Ini Bun," kata Abidzar lalu duduk di kursi menunggu Bundanya mengambilkan sesendok kuah opor ayam.

"Gimana Bang, enak nggak," tanya Bunda penasaran.

"Enak Bun!" jawab Abidzar memuji masakan Bundanya dengan mata berbinar.

Tentu saja Bunda Isna  senang dipuji masakannya oleh anaknya.

"Pokok'e mantap, Bun," kata Abidzar memuji Bundanya sambil memamerkan dua jempolnya.

"Alhamdulillah sudah matang ayamnya, Bang," kata Bunda lagi lalu mematika kompornya.

"Bunda siapin dulu lauk dan sayur tumis juga sambalnya ya, Abang panggil Ayah, Mamas dan Dek Hani ajak makan bersama," kata Bunda Isna pada Abidzar.

Akhirnya mereka sekeluarga makan opor ayam bersama.

Muara Enim, 24 Desember 2022



Baca juga:

0 Comments: