Headlines
Loading...
Oleh. Iis Nopiah Pasni

Abang Abidzar sedang bermain dan bercanda bersama Dik Hani.  Tampak Si Abang sedang  menggelitik adik perempuannya itu.

Suara tawa mereka berdua memecah keheningan. Rumah pun jadi ramai oleh mereka.

Bunda Isna sedang membaca buku di teras sambil sesekali mengobrol santai bersama  suaminya. 

Si sulung, Mas Haikal sedang berkutat di dapur memasak mie goreng.
Mie yang sudah direbus itu ditiriskannya lalu ditumis dengan bawang merah, bawang putih dan lada, lanjut memasukkan sayur caisin dan wortel parut tak lupa menambahkan irisan sosis dan memasukkan telur dan bumbu lainnya. Ini tentu saja menggugah selera makan mereka. Mie goreng ala Chef Mas Haikal sudah siap.

"Dik, Yuk kita makan mie goreng.  Nih udah matang," ajak Haikal pada kedua adiknya. Mereka bertiga makan dengan lahapnya.

Selesai makan, Abidzar langsung meletakkan piringnya ke tempat cuci piring.

"Makasih Mamas, mienya, enak banget," kata Abidzar pada kakaknya.

"Sama-sama, Dik," jawab Haikal yang sedang mengambilkan segelas air putih untuk Dik Hani.  Sedangkan Dik Hani mengacungkan jempolnya ke arah kakaknya. Haikal membalasnya dengan senyuman.

"Bun, lagi ngapain?" tanya Abidzar ketika ke teras depan. Bunda Isna menutup buku yang dipegangnya lalu meminta Abidzar membaca judul buku itu.

"Mengenal Ciptaan Allah," kata Abidzar pelan. 

"Oh ini buku yang pakai nama Abi di dalamnya ya Bun?" tanya Abidzar antusias.

"Iya, Tokoh ceritanya memakai nama Abang ya dan buku ini adalah buku antologi bersama cernak pertama Bunda, Bang," kata Bunda Isna sambil tersenyum dan mencari tulisannya di dalam buku itu.

"Coba Abang baca, ini," kata Bunda Isna sambil menunjuk tulisan judul tulisannya.

"Abi dan Burung Jalak Kerbau," kata Abidzar pelan membacanya.

"Masya Allah senangnya dengar Abang Abidzar sudah bisa membaca," kata Bunda Isna sambil tersenyum.

"Harus terus dilatih ya, Bang," kata Bunda Isna lagi.

"Siap, Bun," jawab Abidzar singkat.

"Bun, masih kecil dulu Bunda suka baca buku cerita apa?" tanya Abidzar penasaran.

"Waktu masih kecil, Bunda suka banget  baca buku bergambar tentang Kisah Nabi dan Rasul Allah, Bang," kata Bunda Isna sambil tersenyum. Seketika itu Bunda Isna teringat masa kecilnya. Saat itu ia dan teman-temannya berebut buku bergambar kisah tentang Nabi dan Rasul Allah.

Waktu itu Ia masih duduk di sekolah dasar, Madrasah Ibtidaiyah Negeri. Ia memilih buku cerita bergambar tentang Kisah Musa 'alaihi salam, karena  sangat terpukau dengan cerita tongkat Nabi Musa yang bisa membelah lautan. Masya Allah.

"Bunda suka baca buku bergambar kisah Nabi Musa 'alaihi salam. Ukuran bukunya itu lebih lebar dari buku biasanya, tapi halamannya tidak begitu banyak," kata Bunda Isna mulai bercerita.

"Seperti anak-anak pada umumnya, Bunda waktu  kecil juga menyukai buku cerita bergambar, sampai rela berebut Loh ... Bang," kata Bunda Isna lagi.

"Kok, sampai rebutan gitu, Bun," kata Abidzar penasaran.

"Ya rebutan karena buku seperti itu di perpustakaan sekolah Bunda waktu itu jumlahnya hanya sedikit," kata Bunda  Isna menjelaskan.

"Kenapa waktu kecil Bunda suka baca kisah Nabi Musa 'alaihi salam?" tanya Abidzar lagi.

"Iya Bunda waktu kecil suka kisah Nabi Musa Alaissalam itu karena gigihnya perjuangan Nabi Musa 'alaihi salam untuk dakwah agama, yaitu mengajak umatnya hanya untuk menyembah Allah Swt.," kata Bunda lagi.

"Ayo Bang, ada berapa mukjizat Nabi Musa 'alaihi salam?" tanya Bunda Isna pada anaknya.

"Abang tahu dong, mukjizat Nabi Musa 'alaihi salam itu ada sembilan, Bun," jawab Abidzar mantap.

"Masya Allah, anak cerdas bertakwa, benar Bang," kata Bunda Isna.

"Allah berfirman dalam QS. Al-Isra: 101 bahwa Nabi Musa dianugerahi sembilan mukjizat yang nyata. Artinya: "Sungguh, Kami telah menganugerahkan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata...," Nah, ini Abang Abidzar tentang mukjizat Nabi Musa 'alaihi salam.

"Abang ingat nggak, apa saja mukjizat Nabi Musa alaihi salam itu?" tanya Bunda Isna.

"Tongkat Nabi Musa itu bisa membelah lautan dan tongkat Nabi Musa bisa berubah jadi ular yang sangat besar, Bun," jawab Abidzar antusias.

"Terus apa lagi?" tanya Bunda Isna lagi.

"Terus, Tangan, Kutu, belalang, topan, katak, Laut, darah dan  Gunung Sinai," jawab Abidzar mantap.

"Masya Allah, harus diberi hadiah nih, anak cerdas bertakwa ini," kata Bunda Isna langsung memeluk putranya itu sambil memberikan sepiring donat kentang dengan toping mesis coklat kesukaan Abang Abidzar.

"Makasih, Bun," kata Abidzar sambil memeluk bundanya dan langsung mencomot satu donat mesis coklat kesukaannya itu.

"Eh, baca doa mau makan dulu, Bang," kata Bunda Isna mengingatkan Abidzar yang sudah membuka mulutnya.

Dengan cepat Abidzar menutup mulutnya lalu berdoa.

"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma bariklana Lana fii maa razaqtana waqina adza bannar," kata Abidzar membaca doa lalu makan donat kentang tersebut dengan lahapnya.

"Makannya pelan aja, Bang," kata Bunda Isna lagi, sambil tertawa melihat kelakuan anaknya itu.

Muara Enim, 29 Desember 2022

Baca juga:

0 Comments: