Headlines
Loading...
Menatap Tahun 2023 dengan Harapan Membangun Peradaban Gemilang

Menatap Tahun 2023 dengan Harapan Membangun Peradaban Gemilang

Oleh. Ummu Faiha Hasna
(Pena Muslimah Cilacap)

Jika ada harapan di masa depan, maka ada kekuatan di masa sekarang. Masa depan tidak akan menjadi menakutkan jika dipersiapkan dari sekarang. 

Sampai akhir tahun 2022 telah banyak problem yang terjadi yang belum terselesaikan dengan tuntas di tanah air tercinta. Apalagi hal ini terkait dengan kondisi generasi mudanya. Dari problem narkoba, kriminalitas, korupsi hingga transaksi online yang menjerat banyak korban. Meski demikian, kasusnya masih tergolong tinggi dan semua itu sebagian besar pelakunya dilakukan oleh para pemuda yang notabenenya adalah aset bangsa.

Dikutip dari republika, 1 Januari 2023, Kapolri menyatakan angka kejahatan atau tindak pidana selama kuruwaktu 2022 mengalami kenaikan sekitar 7,3 persen dibanding pada tahun 2021 lalu. Pada tahun 2021 lalu ada 257.743 tindakan kejahatan sedangkan tahun 2022 sebanyak 276.507. Dalam kasus kriminal ini banyak diberitakan di media sosial bahwa mayoritas dilakoni oleh pemuda.

Kapolri juga melaporkan adanya peningkatan kasus investasi ilegal di masyarakat selama 2022 yaitu dua puluh delapan kasus investasi ilegal yang sebelumnya hanya sebanyak 24 perkara. Investasi ilegal yang menonjol yaitu kasus Binomo yang menimbulkan kerugian delapan puluh tiga koma tiga miliar rupiah dengan jumlah korban seratus empat puluh empat orang. 

Terungkapnya kasus ini menyeret crazy rich kalangan pemuda yang ditetapkan sebagai tersangka. Di sisi lain, kejaksaan agung mengklaim, penanganan perkara tindak pidana korupsi sepanjang 2022, memecahkan rekor angka kerugian negara dan kerugian perekonomian negara mencapai seratus empat puluh dua triliun rupiah. Salah satunya adalah kasus korupsi yang menyeret pemuda usia dua puluh empat tahun dalam kasus suap senilai satu miliar rupiah.

Kriminalitas yang telah dilakukan pemuda hari ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu pertama faktor internal dan kedua faktor eksternal. Faktor pertama, internal (dari dalam), yaitu karena tingkat pemahaman agama yang menjadikan iman seseorang rendah. Dari keimanan yang rendah ini membuat orang mudah emosi, kalut dan bermaksiat. 

Tak dipungkiri bahwa dalam kehidupan sekuler telah menjadikan pemuda mengukur kebahagiaan dari materi dan kenikmatan jasadiyah. Bahkan tanpa peduli cara mendapatkannya halal ataukah haram. Inilah gambaran kehidupan yang sedang menyelimuti pemuda hari ini yakni kehidupan yang meniadakan peran agama sebagai pengatur kehidupan. 

Faktor kedua, adalah faktor dari luar (eksternal) seperti kondisi ekonomi sosial dan produk hukum itu sendiri yang tidak lepas dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme dengan sistem politik demokrasinya. Sistem rusak ini telah menciptakan kesenjangan yang lebar baik si kaya atau si miskin. Sistem yang rusak ini telah menciptakan kemiskinan sistemik di tengah masyarakat. Sebab sistem ekonomi kapitalisme menyerahkan kekayaan milik umat pada para pemilik modal atau kapitalis dan telah mengeruk harta individu masyarakat dengan pajak tinggi hingga menambah kesulitan hidup mereka melalui tingginya harga sandang, pangan dan papan. Dengan berbagai persoalan tanpa solusi akibat sistem kehidupan yang rusak ini menjadikan harapan perbaikan kondisi pada tahun 2023 sangat tipis.

Belum lagi saat ini para pejabat fokus dengan agenda pemilu tahun 2024. Pengurusan umat akan makin terbengkalai dan pemuda yang berperan sebagai calon pemimpin masa depan sebuah bangsa untuk membangun peradaban gemilang tidak akan mungkin terwujud dalam sistem saat ini.

Sejatinya, harapan adanya perubahan yang membawa perbaikan hanya ada ketika Indonesia menerapkan Islam secara menyeluruh (tidak setengah-setengah). Dengan begitu, terwujudnya generasi calon pemimpin yang berkualitas hanya dapat terwujud secara sempurna dalam bingkai negara yang menerapkan syariat Islam yakni Khil4f4h Islamiyah.

Khil4f4h akan membentuk generasi agar pemudanya memiliki kepribadian Islam melalui proses pendidikan yang baik. Sebuah proses menanamkan keimanan terhadap Islam sebagai jalan satu-satunya sistem kehidupan yang benar. Mengajarkan hukum syariat dan membiasakan peserta didik dalam ketaatan sempurna. Dengan pendidikan Islam ini, mampu mencetak generasi bertakwa bukan sekedar menguasai ilmu dan pintar berteori. Akan tetapi, dari pengetahuan yang dimiliki itu mampu membangun pemahaman yang tercermin dalam amalnya. Keimanan yang menjadi pondasi kekuatannya.

Dalam sebuah kitab Usus at Ta'lim al Manhaji disebutkan tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam bagi peserta didik, membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu keislaman atau tsaqofah Islamiyah dan membekali peserta didik dengan ilmu-ilmu yang diperlukan dalam kehidupan seperti sains dan teknologi.

Jadi, fungsi strategis pendidikan tidak hanya mentransfer berbagai pengetahuan seperti sains dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Lebih dari itu pendidikan adalah instrumen pembentuk peradaban dan pandangan hidup suatu bangsa atau umat.

Namun, pendidikan yang baik dan berkualitas ini tidak bisa terlaksana bila tidak ada kehadiran negara yang mendukungnya serta sebagai penanggungjawab. Hal ini berdasarkan sabda Nabi, "Imam itu adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Al Bukhari)

Dalam sistem kepemimpinan Islam, negara hadir memastikan setiap anak dan pemuda bisa memperoleh pendidikan secara cuma-cuma melalui pengelolaan penuh negara atas kepemilikan umat untuk diwujudkan menjadi berbagai fasilitas kebutuhan pokok masyarakat seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kehadiran negara juga akan menjamin penanggung jawab keluarga yakni ayah atau suami memiliki pekerjaan layak dan mendapat penghasilan yang mencukupi kebutuhan keluarga. 

Kehadiran negara pun bertanggung jawab penuh menerapkan sistem pergaulan Islam. Tidak akan dibiarkan pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan tidak akan dibiarkan adanya makanan dan minuman yang merusak fisik dan akal seperti narkoba dan miras. Demikian halnya juga dengan upaya mencetak generasi calon pemimpin umat, khil4f4h akan menjatuhkan sanksi pada siapapun yang terbukti melakukan pelanggaran yang mengancam terwujudnya generasi yang berkualitas. 

Alhasil, penerapan syariat Islam yang sempurna dalam naungan sistem Islam akan mencetak pemuda yang taat kepada syariat dan siap memimpin umat membangun peradaban gemilang. Wallahu A'lam. [ ]

Baca juga:

0 Comments: