![Pengungsi Rohingya Terlunta Tanpa Pembela dan Penjaga](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYCnQ9GopDX2f6d7SB97EnyxlO5_hZiAHqX6qtJtJnBcFDqP04vJ0_otlnOU46G3dNKdjf1o6Sxb5yBl00BUnqFal1JGAxlZ9MzhZCCEDMnhyphenhyphenm732RrGpPvZWKDcE2cJ9SW6Yy4ShgDlk/w700/1673046258831494-0.png)
OPINI
Pengungsi Rohingya Terlunta Tanpa Pembela dan Penjaga
Oleh. Ummu Faiha Hasna
(Pena Muslimah Cilacap)
Ratusan orang Rohingya kembali terdampar di Aceh dalam dua hari berturut-turut. Rombongan pertama tiba di Pesisir Desa Ladong, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar, pada Minggu (25/12/2022). Kapal yang mengangkut 57 pengungsi Rohingya itu diduga bocor dan rusak lalu terbawa angin ke perairan Aceh.
Keesokan harinya atau Senin (26/12), sebuah kapal yang berisi setidaknya 174 orang sampai di pesisir Desa Ujung Pie, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie. Salah seorang
pengungsi Rohingya yang terdampar di Kabupaten Pidie, Somusa Khatu, berusia dua puluh tiga tahun mengatakan mereka berada di lautan lepas selama empat puluh dua hari.
Di tengah perjalanan, mesin kapal rusak. Selama sepuluh hari mereka tidak makanan karena tidak lagi tersedia persediaan. Ada dua puluh enam orang meninggal, tujuh diantaranya perempuan (bbc, 28 Desember 2022)
Bukan pertama kali ini kaum Muslimin Rohingya mengalami kezaliman. Di negeri asalnya mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh pemerintah Myanmar. Banyak diantaranya rumah-rumah mereka yang dibakar, mereka diusir, dianiaya, dan mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya.
Di saat mereka ditempatkan di Bangladesh camp, kondisi camp yang jauh dari kata layak. Akhirnya kaum Muslimin mengalami eksodus dari tanah mereka. Mereka berlayar tanpa arah ke negeri-negeri Muslim terdekat. Dan mereka berharap mendapatkan kehidupan yang lebih layak di tanah saudaranya. Hanya dengan bermodalkan papan kayu tradisional ratusan kaum Muslimin Rohingya nekat berlayar. Namun, perjalanan itu pun sangat berbahaya serta penuh dengan resiko. Tidak sedikit diantara mereka yang terkantung-kantung di Lautan lepas, lapar dan dahaga mereka tahan, serangan penyakit pun datang menghampiri hingga mereka harus meregang nyawa.
Malang, mereka terusir tanpa pelindung. Bahkan di saat mereka tiba di pantai pun, mereka masih dalam keadaan terlunta-lunta. Apa boleh dikata, hidup tanpa pelindung dan penjaga, tanpa jaminan hidup bagi mereka. Ada yang mengusirnya dan ada yang memberi penampungan sementara.
Payahnya, PBB yang dikatakan sebagai polisi dunia tidak mengambil sikap tegas atas kejahatan manusia di zaman kiwari ini. Misalnya saja saat Kaum Muslimin Rohingya kandas di Aceh bulan Desember 2022 lalu, perwakilan UNHCR di Indonesia hanya menyatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia terkait penentuan tempat/lokasi khusus untuk penampungan sementara untuk negara lain. PBB tidak mendorong dan memaksa mereka untuk membantu pengungsi Rohingya. Kenyataannya, Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk menerima pengungsi yang masuk. Dikarenakan sampai sekarang ini Indonesia belum meratifikasi Convensi Relating to The Status of Refugees (konvensi 1951) Protocol Relating ti the Status of Refugees (protokol 1967).
Inilah sikap hipokrit lembaga dunia kapitalisme saat ini. Sistem kapitalisme tidak akan benar-benar berdiri di samping kaum Muslimin. Jika kaum Muslimin tidak memberi keuntungan pada mereka, solusi yang ditawarkan senantiasa bersifat pragmatis. Semisal dengan penampung seperti Rohingya. Sikap ini sekaligus menunjukkan bahwa solusi persoalan Rohingya tidak akan terselesaikan secara tuntas dan pengungsi Rohingya akan terus terlunta-lunta. Sebab, pangkal permasalahan ini adalah kezaliman penguasa Myanmar kepada kaum Muslimin. Rohingya yang tidak diakui oleh petugas setempat.
Persoalan kaum Muslimin Rohingya tidak akan pernah selesai dengan bentuk himbauan, ajakan atau seruan saja. Ini masalah global bukan hanya masalah kemanusiaan semata yakni menyangkut keselamatan jiwa kaum Muslimin dan kezaliman rezim Myanmar yang seharusnya mendapat ganjaran atas perbuatan biadab mereka. Oleh karena itu, masalah ini sejatinya hanya bisa diselesaikan ketika ada sebuah negara Islam yakni Khil4f4h.
Khil4f4h adalah perisai atau junnah untuk kaum Muslimin yang akan melindungi mereka dari berbagai bahaya, ancaman, serta kezaliman lainnya.
Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :" Sesungguhnya al imam (Khalifah) itu perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya untuk mendukung dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. (HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lainnya)
Maka, jika negara Khil4f4h hadir di tengah-tengah kaum Muslimin, negara akan membela dan melindungi hak-hak kaum Muslimin di Rohingya, melakukan kerja nyata dengan kekuatan dan pengaruh politiknya, memberi sanksi tegas kepada rezim myanmar yang sudah menganiaya kaum Muslimin Rohingya. Kemudian Khil4f4h akan mengirim pasukan untuk membebaskan kaum Muslimin dari kezaliman rezim Myanmar dan akan menjadi jalan dibebaskannya Myanmar dengan Islam. Ini semua semata untuk mewujudkan jaminan nyawa, harta, dan kehormatan kaum Muslimin. Bahkan jaminan ini juga berlaku pada orang kafir yang terikat dengan Khil4f4h yakni kafir dzimmi atau kafir mu'ahid.
Salah satu bukti bahwa Khil4f4h menjaga nyawa manusia adalah peristiwa pada masa Khilafah Utsmaniyah. Khalifah saat itu Sultan Bayezid 11 pernah mengirim angkatan laut Ottoman di bawah komando Kemal Reis ke Spanyol untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi ysng terusir dari Spanyol dengan adanya Dekrit Al Hambra pada tahun tiga satu Juli seribu empat ratus sembilan puluh dua. Sultan mengirimkan pengumuman ke seluruh wilayah dalam otoritasnya untuk menyambut para pengungsi dan memberi izin untuk menetap di wilayah Ottoman dsn menjadi warga negara. Sultan Bayezid mengancam akan menjatuhkan hukuman mati kepada setiap orang yang mengancam keras pengungsi Yahudi atau menolak mereka dari negeri Muslim. Seperti inilah perlindungan yang akan diberikan Khilafah kepada kaum Muslimin. Tidakkah umat ini menginginkannya kembali?
Wallahu A'lam bish Shawab.
Baca juga:
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwn1z-qW4alS9WG0uXNYw9abBTQkUnD4yrvjMXSlrcJgxpQTXaWt6AK6R3qPfittc16UQ1NitLgdbVZFrtQDNk5Qava1x8POat9AVzf6oQN_qM3XVi1aczrmpLH4haLUwV8i8vYx3LvEamEBFUKyfZcEgpQ6WCm5K6rELPqtWHSM0t3XaRLCbeGPTcsw/s16000/SSCQMedia.com.gif)
0 Comments: