Headlines
Loading...
Resolusi Perubahan 2023: Mengukuhkan Jati Diri Umat dengan Ideologi Islam

Resolusi Perubahan 2023: Mengukuhkan Jati Diri Umat dengan Ideologi Islam

Oleh. Yulweri Vovi Safitria

Sejak runtuhnya pusat kekhalifahan Turki Utsmani, umat Islam mulai tercerai berai, tersekat oleh nasionalisme. Berbagai skenario jahat yang dimotori oleh kafir Barat terus menghantam umat Islam. 

Di tengah arus globalisasi, perkembangan paham kapitalisme kian terbuka lebar, yang dikuatkan oleh ideologi kapitalis dan tatanan dunia baru. Barat terus memusuhi Islam dan umat Islam. 

Sejak Perang Salib pada 1095-1291 M, dendam kaum kafir atas pemerintahan khilafah islamiyah tidak pernah padam. Dalam buku The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, karangan Samuel Hutington, umat Islam adalah satu-satunya peradaban yang pernah menaklukkan Barat. Maka oleh sebab itu, banyak kalangan di Barat mewaspadai kebangkitan Islam, sebagaimana saran dari Hutington. (Hutington, The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order, 1996: 209-210).

Kondisi Umat Islam di Tengah Globalisasi

Serangan terhadap Islam dan umat Islam belakangan ini semakin kian nyata. Mulai dari pengarusan Islam moderat di kalangan umat, tuduhan intoleran, radikalisme, ektrimisme, terorisme, hingga moderasi beragama, seolah tidak pernah berhenti disematkan kepada Islam dan umatnya.

Islam moderat, dengan paham pluralisme, mengganggap semua agama sama. Memisahkan agama sebagai ranah pribadi, dan negara tidak boleh ikut campur. Akal menjadi standar membuat aturan, baik atau buruk, benar atau salah.

Mereka yang fokus dakwah untuk menerapkan Islam secara kafah, dan menginginkan kehidupan yang diatur oleh Islam, akan dilabeli radikal, intoleran dan harus dihentikan, sebab menurut mereka, ini akan membahayakan tatanan dunia baru dengan ide kapitalisme-sekularisme.

Oleh sebab itulah, para pengusung kapitalisme melakukan berbagai cara dan upaya untuk menjaga eksistensi tatanan dunia baru tersebut dari bangkitnya Islam politik.

Toleransi dan Moderasi Beragama
Islam moderat atau Islam jalan tengah, dianggap relevan di tengah umat beragama, dan menjadi solusi di tengah keberagaman agama. Menganggap semua agama sama, dan semua umat, apapun agamanya akan sama-sama berdampingan di surga. Bersikap santun terhadap L687Q, perayaan agama bersama sebagai wujud toleransi. Dan berbagai perilaku lainnya yang bertentangan dengan akidah Islam.

Berbagai agenda untuk mengkampanyekan moderasi beragama terus dilakukan, seperti dengan sosialisasi ke sekolah-sekolah, hingga program kampung toleransi. Untuk mewujudkan toleransi yang diinginkan kapitalis-sekuler. (detik.jabar.com, 23/12/2022).

Penguatan paham moderasi beragama dengan dalih toleransi dan HAM, bertujuan untuk membendung agar umat tidak lagi fanatik dan bangga terhadap agamanya. Alhasil, banyak umat yang takut berislam kafah, karena takut dicap radikal, ekstrim dan label lainnya, yang seyogyanya label tersebut bukanlah untuk umat Islam, melainkan kepada mereka yang suka bermaksiat, zalim, dan semena-mena.

Upaya memaksakan ideologi kapitalisme dengan tuduhan intoleran, radikal, ekstrim semakin menjauhkan umat Islam dari ideologi Islam, dan perjuangan umat untuk menegakkan syariat Islam.

Jati Diri Umat Islam

Allah Subhanahu wa Taala menciptakan manusia dilengkapi dengan segala potensi kehidupan, gharizah, dan akal. Akal pula yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya, akal juga menjadikan manusia memiliki potensi lebih tinggi dari makhluk lainnya.

Oleh sebab itu, dengan kelebihan akalnya itu, manusia harusnya sadar bahwa penciptaannya di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Bukan sebaliknya, menggunakan akal untuk membuat berbagai aturan sesuai dengan keinginan nafsunya.

“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS As-Sajdah: 7-9).

Sebagai orang yang beriman, kita pasti sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara. Akan ada kehidupan yang kekal dan abadi yaitu akhirat. Saat menyebut akhirat, hanya ada dua pilihan tempat kita pulang, surga atau neraka.

Maka, orang-orang yang beriman sudah tentu menginginkan dan mengharapkan surga sebagai tempat kembalinya. Pertanyaannya, sudahkah kita hidup sesuai syarat untuk menuju surga-Nya?

Khatimah

Umat Islam perlu memahami pertanyaan mendasar tentang tiga hal. Dari mana ia berasal, untuk apa diciptakan, dan akan ke mana setelah kematian.

Sebagai hamba Allah Subhanahu wa Taala, umat Islam memiliki kewajiban untuk beribadah dan taat kepada-Nya, sebab Allah telah menjadikan umat Islam sebagai pemimpin bagi peradaban manusia. Dan hal tersebut telah Rasulullah salallahu alihi wa sallam contohkan, dan dilanjutkan oleh para Khulafa Rasyidin dan para khalifah lainnya.

Dan ini membuktikan bahwa kebangkitan umat Islam karena ideologi Islam yang diemban kala itu. Ideologi Islam sukses mengantarkan umat Islam ke masa gemilang, menjadi umat terbaik.

Dan yang tidak kalah penting pula, umat harus mewaspadai bahaya moderasi beragama dan Islam moderat dengan memperkuat akidah Islam, mempererat ukhuwah Islamiyah dan bersama memperjuangkan kembali kehidupan Islam ala minhaj an-nubuwwah.
Wallahu’alam. [ ]

Baca juga:

0 Comments: